pada waktu optimal pengukuran cuplikan darah, yaitu pada jam ke-48 setelah pemejanan karbon tetraklorida 2 mLkgBB.
10. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah lima puluh dua ekor tikus dibagi secara acak ke dalam delapan kelompok perlakuan. Kelompok I kontrol nefrotoksin diberi larutan karbon
tetraklorida 2 mlKgBB secara intraperitonial. Kelompok II kontrol negatif diberi minyak zaitun
Olive Oil
dosis 2 mLkgBB. Kelompok III kontrol ekstrak metanol-air biji
Persea americana
Mill. dosis 350 mgkgBB yang diberikan pada waktu 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Kelompok IV
sampai dengan kelompok VIII berturut-turut diberi ekstrak metanol-air biji
Persea americana
Mill. dosis 350 mgkgBB pada selang waktu 1, 4 dan 6 jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Pemberian ekstrak metanol-air biji
Persea americana
Mill diakukan secara oral. Kemudian setelah 1, 4 dan 6 jam pemberian ekstrak metanol-air biji
Persea americana
Mill. dilakukan pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB secara intraperitonial.
Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata pada waktu yang sama dengan waktu optimal pengukuran cuplikan darah, yaitu pada jam ke-
48. Cuplikan darah kemudian diambil serumnya untuk diukur aktivitas kreatinin serum.
11. Pembuatan serum
Darah tikus diambil melalui sinus orbitalis mata dan ditampung dalam
eppendrof
1,5 ml melalui dinding tabung, didiamkan selama 15 menit. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit dan diambil
supernatannya serum, supernatan ditampung dalam
eppendrof
1,5 mL. Serum yang belum diukur kemudian disimpan dalam lemari pembeku
Freezer
.
12. Penetapan kadar kreatinin serum
Alat yang digunakan untuk menganalisis kadar kreatinin serum adalah vitalab mikro. Kadar kreatinin serum diukur pada panjang gelombang 340 nm,
suhu 37 C dengan faktor koreksi -1745. Kadar kreatinin serum dinyatakan dalam
mgdL. Pengukuran kadar serum kreatinin dilakukan di Laboratorium Biokimia- Anatomi Manusia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut, sebanyak 50 μL serum dicampur
dengan reagen I sebanyak 1000 µL, divortex selama 5 detik. Didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan penambahan
reagen II sebanyak 250 μL, divortex 5 detik dan dibaca serapannya setelah didiamkan selama 2 menit.
13. Pembuatan formalin 10
Formalin yang diperoleh memiliki konsentrasi 37. Untuk memperoleh formalin dengan konsentrasi 10 maka dilakukan pengenceran formalin dengan
cara mengambil sebanyak 270 mL formalin 37, dimasukkan dalam labu takar 1 L dan ditambah dengan aquadest hingga batas tanda, digojog hingga homogen.
14. Pencuplikan organ ginjal tikus untuk pengamatan gambaran histologis
Tiga ekor hewan uji tikus jantan Wistar diambil secara acak untuk kemudian dikorbankan dengan menggunakan eter. Selanjutnya dilakukan nekropsi
hewan uji tikus untuk kemudian diambil organ ginjalnya. Organ ginjal dicuci dengan larutan saline 0.9 dan disimpan dalam wadah bertutup yang telah diisi
dengan formalin 10 untuk selanjutnya dibuat preparat di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil