1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintah, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah
dan sistem pengendalian internal terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan mengenai kualitas laporan
keuangan kini semakin hangat untuk diperbincangkan, adanya kasus-kasus tentang buruknya kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia
khususnya di Provinsi DKI Jakarta menjadi isu hangat yang perlu dikaji lebih dalam. Hal ini merupakan bukti dari kurangnya memahami standar akuntansi
pemerintah, kurangnya memanfaatkan sistem informasi akuntansi keuangan daerah serta buruknya sistem pengendalian internal sehingga mampu
menimbulkan pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan yang dibuat. Di Indonesia, salah satu bentuk konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntanbilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang ditetapkan Susilawati Riani, 2014.
2 Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. SAP merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai
kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia Nugraheni Subaweh, 2008.
Menurut Sari et al, 2014 Selain pemahaman terhadap standar akuntansi pemerintah, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah juga
sangat penting dalam menciptakan laporan keuangan yang berkualitas. Pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah merupakan penerapan
sistem mulai dari pengelompokkan, penggolongan, pencatatan dan pemrosesan aktivitas keuangan pemerintah daerah ke dalam sebuah laporan keuangan
sebagai suatu informasi yang nantinya dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan keputusan oleh masing-masing SKPD dalam proses
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Sistem pengendalian internal merupakan salah satu tolak ukur yang harus di
gencarkan pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangan. Karena sistem pengendalian internal mampu membentuk struktur organisasi, metode
dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan pemerintah daerah Udiyanti et al, 2014.
3 Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak pihak yang akan
mengandalkan informasi dalam laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai dan informasi tersebut harus mempunyai nilai Pujiswara et al, 2014.
Salah satu kasus mengenai kualitas laporan keuangan pemerintah daerah seperti yang dilansir dalam website Viva
www.viva.co.id , adalah pada
semester I tahun 2012, Badan Pemeriksa Keuangan RI telah memeriksa sebanyak 527 laporan keuangan, yang terdiri atas 91 laporan keuangan di
lingkungan pemerintah pusat, 430 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD, serta 6 laporan keuangan badan lainnya, termasuk BUMN. Dalam
pemeriksaan keuangan di lingkungan pemerintah daerah, BPK telah memeriksa 426 LKPD tahun 2011 dari 524 pemerintah daerah dan 4 LKPD tahun 2010.
Hasil pemeriksaan BPK atas LKPD Provinsi selama semester I tahun 2012, menunjukkan kasus-kasus pemeriksaan yang sering terjadi antara lain
permasalahan pengadaan barang dan jasa berupa kekurangan volume pekerjaan dan atau barang sebanyak 61 kasus senilai Rp. 21,44 miliar. Kekurangan
penerimaan dari denda keterlambatan pekerjaan sebanyak 39 kasus senilai Rp. 9,09 miliar, serta aset daerah yang dikuasai pihak lain sebanyak 12 kasus senilai
Rp. 108,08 miliar. Sementara itu, hasil pemeriksaan atas LKPD kabupatenkota selama semester I tahun 2012 juga menunjukkan kasus-kasus pemeriksaan yang
sering terjadi, antara lain kekurangan penerimaan daerah sebanyak 455 kasus senilai Rp. 230,55 miliar, kekurangan volume pekerjaan dan atau barang
4 sebanyak 322 kasus senilai Rp. 72,82 miliar, serta potensi kerugian daerah akibat
piutangpinjaman atau dana bergulir tidak tertagih sebanyak 80 kasus senilai Rp. 119,56 miliar. Secara umum, hasil pemeriksaan atas LKPD tahun 2011
menunjukkan perbaikan kualitas penyajian laporan keuangan dibanding LKPD tahun 2010 yang diperiksa pada semester I tahun 2011. Jumlah LKPD yang
memperoleh opini WTP mengalami peningkatan, namun dibandingkan dengan jumlah seluruh LKPD, LKPD yang memperoleh opini WTP tersebut relatif
masih kecil, yaitu 16 persen. BPK berharap agar pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas penyajian LKPD sehingga dapat memperoleh opini yang
lebih baik di masa yang akan datang. BPK juga berharap agar pemerintah daerah melakukan perbaikan dengan menindaklanjuti rekomendasi BPK, antara lain,
berkoordinasi dengan bank dalam mengelola rekening bendahara pengeluaran, meningkatkan pengelolaan, penatausahaan, pengendalian, dan pengawasan
persediaan. Selain itu, pemerintah daerah diharapkan menetapkan kebijakan akuntansi yang diperlukan untuk menyajikan investasi non permanen dana
bergulir berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan serta menyusun kebijakan kapitalisasi aset tetap dan pengamanan aset melalui bukti kepemilikan.
Kasus lain yang ada di Provinsi DKI Jakarta seperti yang dilansir dalam website Okezone
www.Okezone.com , adalah ada beberapa masalah signifikan
dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Pemprov DKI, yakni sensus aset tetap dan aset lainnya kurang maksimal. Pencatatan realisasi belanja operasional
tidak didukung bukti pertanggungjawaban yang lengkap serta permasalahan lainnya, yakni pengendalian dan pengamanan aset dan kemitraan dengan pihak
5 ketiga sebesar Rp. 3,58 triliun yang belum menandai dan tidak didukung dengan
dokumen, sehingga membuat risiko pada keamanan aset. Selanjutnya, laporan piutang juga tidak dirinci. Pengendalian belanja modal atas paket lelang 85 paket
senilai Rp. 214,29 miliar pun demikian. Pada semester II 2014 ditemukan ada 2.909 temuan dengan 6.481 rekomendasi senilai Rp. 2,65 triliun. Dari total
tersebut, 4.453 rekomendasi senilai Rp. 565 miliar sudah ditindaklanjuti. Sementara 1.178 rekomendasi senilai Rp.1,29 triliun belum sesuai rekomendasi
atau dalam proses tindak lanjuti. Daftar opini dan temuan yang terdapat dalam laporan keuangan pemerintah daerah DKI Jakarta dapat dilihat dalam tabel 1.1
berikut ini.
Tabel 1.1 Opini dan Temuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah DKI Jakarta
Bersambung pada halaman berikutnya
Tahun Opini
Temuan
2011 Wajar Tanpa Pengecualian
dengan Paragraf Penjelas Hasil
Pemeriksaan atas
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
mengungkapkan terdapat 69 temuan yang ditemukan pada
saat
pemeriksaan Laporan
Keuangan Tahun 2011. Selain itu, terdapat temuan atas
masalah administrasi, aset-aset yang belum dimanfaatkan,
serta
masih belum
terintegrasinya data
penerimaan kas dengan data SKPD penerima pajak dan
retribusi.
6
Tabel 1.1 Lanjutan
Sumber: Diolah dari berbagai referensi Berdasarkan contoh kasus tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih adanya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh akuntan dan penyebab terjadinya hal tersebut adalah kurangnya pemahaman standar akuntansi pemerintah,
pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan sistem
Tahun Opini
Temuan
2012 Wajar Tanpa Pengecualian
dengan Paragraf Penjelas Hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan tahun 2012 BPK menemukan adanya kelemahan
SPI dalam menyusun laporan keuangan dan dalam hasil
kepatuhan terhadap perundang- undangan terungkap ada 65
temuan senilai Rp 154,55 miliar.
2013 WDP
Wajar Dengan
Pengecualian Hasil pemeriksaan menjelaskan
bahwa adanya kelemahan SPI dalam
menyusun laporan
keuangan. dan untuk hasil kepatuhan
perundang- undangan
mengungkapkan terdapat 86 temuan senilai Rp.
1,54 triliun. 2014
WDP Wajar
Dengan Pengecualian
Pengendalian dan pengamanan aset dan kemitraan dengan
pihak ketiga sebesar Rp3,58 triliun yang belum memadai
dan tidak didukung dengan dokumen, sehingga membuat
risiko pada keamanan aset. Selanjutnya, laporan piutang
juga tidak dirinci. Pengendalian belanja modal atas paket lelang
85 paket senilai Rp214,29 miliar pun demikian. Pada
semester II 2014, menemukan ada 2.909 temuan dengan 6.481
rekomendasi senilai Rp2,65 triliun
7 pengendalian internal terhadap laporan keuangan pemerintah daerah di suatu
pemerintahan daerah, dimana kurangnya hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari et al 2014 menyatakan bahwa unsur pemahaman akuntansi berperan penting dalam pengelolaan keuangan daerah.
Terkait dengan penyusunan laporan keuangan daerah yang sesuai dengan SAP, maka perlu diperhatikan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dengan
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah, seperti pemahaman akan SAP. Pemahaman terhadap SAP ini diperlukan agar hasil laporan keuangan
daerah lebih berkualitas relevan, andal, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan.
Pujiswara et al 2014 dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib memperhatikan nilai informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Rendahnya kualitas informasi laporan keuangan dapat disebabkan
oleh sistem informasi akuntansi keuangan yang belum diterapkan secara maksimal dan pengawasan yang masih lemah. Sehingga perlu adanya
peningkatan dalam pengaplikasian sistem informasi keuangan daerah serta pengawasan dalam pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah perlu
mengoptimalisasi pemanfaatan
kemajuan teknologi
informasi untuk
membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan
8 akses antar unit kerja sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam
pengelolaan keuangan. Susilawati et al 2014 dalam penelitiannya menyatakan bahwa fungsi
pengendalian dilakukan oleh kepala daerah melalui sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Berdasarkan uraian di atas, motivasi untuk melakukan penelitian ini adalah
Pertama, ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pemahaman standar akuntansi pemerintah, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah
dan sistem pengendalian internal dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Kedua, ingin mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu negara dalam menyusun laporan keuangan dengan baik dan jujur serta dilihat sejauh mana sebuah pemahaman standar akuntansi pemerintah
maupun pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah yang dimiliki oleh para staf accounting di pemerintah daerah di ikuti dengan sejauh mana pengawasan
dalam melakukan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah agar dapat dikatakan andal dan relevan. Ketiga, karena banyaknya kasus-kasus mengenai
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia salah satunya didaerah DKI Jakarta ini.
9 Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Yuliani, Nadirsyah, dan Bakar 2010. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Adanya penambahan variabel independen, penelitian ini menggunakan
variabel independen sistem pengendalian internal. Sedangkan penelitian sebelumnya tidak menggunakan variabel independen sistem pengendalian
internal. 2.
Penelitian ini menggunakan variabel independen pemahaman standar akuntansi pemerintah sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan
variabel pemahaman akuntansi. 3.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di Wilayah DKI Jakarta. Sedangkan penelitian sebelumnya
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di Wilayah Kota Banda Aceh. 4.
Selain itu, penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 sedangkan penelitian sebelumnya pada tahun 2010.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penelitian ini berjudul
“Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintah, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem
Pengendalian Internal terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Studi Pada Pemerintah DKI Jakarta”
10
B. Perumusan Masalah