Pemadaman Kebakaran Hutan dan lahan
                                                                                6 Luas kawasan hutan KPH Indramayu terbagi berdasarkan 2 kategori yaitu
luas kawasan berdasarkan fungsi dan luas kawasan berdasarkan kelas perusahaan. Luas dari kedua ketegori tersebut dapat dilihat di Tabel 1
Tabel 1 Luas kawasan hutan berdasarkan fungsi dan kelas perusahaan
No. Kelas Perusahaan
Fungsi Hutan ha Total ha
Lindung Produksi
1 Jati
8 032.25 16 622.85
24 655.10 2
Kayu Putih 6 522.23
6 522.23 3
Karet 9 512.72
9 512.72 Jumlah
40 690.05
Sumber : hasil evaluasi potensi SDH 2013
Berdasarkan  topografinya,  sebagian  besar  wilayah  Kabupaten  Indramayu merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanah rata-rata 0-26.
Keadaan ini tergantung pada drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-daerah tertentu akan tergenang air. Ketinggian wilayah  Kabupaten Indramayu umumnya
berada antara 0-18 meter di atas permukaan laut,  dengan wilayah dataran rendah sebesar 90.
Wilayah  KPH  Indramayu  dan  sekitarnya  beriklim  tropis  yang  ditandai dengan  terdapatnya  pergantian  yang  jelas  antara  musim  hujan  dan  musim
kemarau,  dengan  temperatur  rata-rata  tahunan  23.7
o
C-24.6
o
C.  Berdasarkan pengumpulan  data  curah  hujan,  KPH  Indramayu  memiliki  curah  hujan  berkisar
antara  378-1  561  mmth  dengan  intensitas  curah  hujan  paling  tinggi  pada  bulan Januari-Maret dan paling rendah pada bulan Agustus dan September.
Berdasarkan  klasifikasi  iklim  menurut  Schmidt  dan  Ferguson  1951, wilayah  KPH  Indramayu  memiliki  kriteria  iklim  sedang,  dengan  memperhatikan
perbandingan bulan basah dan bulan kering nilai Q Schmidt dan Ferguson, type iklim  di  wilayah  KPH  Indramayu  termasuk  type  iklim  C  dan  D,  dengan  nilai  Q
antara 42.8-83.3.
Areal  KPH  Indramayu  secara  hidrologis  terbagi  dalam  3  Daerah  Aliran Sungai DAS meliputi DAS Cipanas, DAS Cimanuk, dan DAS Cipunagara. Mata
air yang ada di KPH Indramayu teridentifikasi sebagai situs ekologi dengan nama Sumur Santri Blok Sinang.
Interaksi  masyarakat  terhadap  hutan  sangat  tinggi,  sehingga  menimbulkan tekanan  terhadap  hutan.  Program  Pengelolaan  Hutan  Bersama  Masyarakat
PHBM  telah  diterapkan  sejak  tahun  2007.  Setiap  desa  memiliki  petak  yang disebut Hutan Pangkuan Desa HPD dimana masyarakat dapat ikut berperan serta
dalam pengelolaan hutan.
Jumlah  penduduk  di  wilayah  sekitar  KPH  Indramayu  sebanyak  463  472 orang. Sebagian mata pencaharian penduduk sekitar hutan KPH Indramayu adalah
bercocok tanah, baik di lahan kering maupun lahan basah sawah. Kondisi  ganguan  keamanan  hutan  di  KPH  Indramayu  tahun  2013  apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya cenderung menurun, hal ini dikarenakan semakin  meningkatnya  pemahaman  masyarakat  terhadap  pentingnya  keberadaan
hutan.  Perhutani  telah  melakukan  upaya  kerja  sama  dengan  aparat  diantaranya koordinasi  dengan  instansi  terkait,  penyuluhan  kepada  masyarakat  tentang
7 manfaat  hutan,  peningkatan  kesejahteraan  melalui  penerapan  PHBM  dan
melaksanakan patroli gabungan dengan kepolisian dan instansi terkait. 2.
Kondisi Umum BKPH Sanca
Batas  wilayah  BKPH  Sanca  antara  lain  sebelah  Utara  berbatasan  dengan BKPH  Haurgeulis,  sebelah  Selatan  berbatasan  dengan  KPH  Sumedang,  sebelah
Timur  berbatasan  dengan  BKPH  Sanca,  dan  sebelah  Barat  berbatasan  dengan KPH  Purwakarta.  BKPH  Sanca  terdiri  dari  empat  RPH  yaitu  RPH  Bantarwaru,
RPH  Bantarhuni,  RPH  Sanca,  dan  RPH  Cijambe,  dengan  luas  baku  hutan  dapat dilihat pada tabel 2 berikut
Tabel 2  Luas hutan BKPH Sanca KPH Indramayu
No RPH
Luas Baku Hutan ha 1
Bantarwaru 1 327.19
2 Bantarhuni
1 517.41 3
Sanca 1 691.29
4 Cijambe
1 343.92 Jumlah
5 879.81
Sumber: Ringkasan Publik KPH Indramayu tahun 2014
Luas  wilayah  BKPH  Sanca  yaitu  5  879.81  ha,  berada  di  ketinggian  120- 150  m  di  atas  permukaan  laut.  Wilayah  administrasi  RPH  Sanca  meliputi  Desa
Sanca  Kecamatan  Gantar  Kabupaten  Indramayu.  BKPH  Sanca  memiliki  curah hujan rata-rata 1 418 mmtahun, kelembaban 85, dan suhu rata-rata harian 26
ᵒ
C- 33
ᵒ
C.  Sebagian  besar  penduduk  di  BKPH  Sanca  bermatapencaharian  sebagai petani dan peternak sapi. Penduduk yang tinggal disekitar hutan atau Masyarakat
Desa Hutan MDH telah ikut serta dalam pengelolaan hutan dan tergabung dalam Lembaga  Masyarakat  Desa  Hutan  LMDH,  adapun  LMDH  yang  ada  di  BKPH
Sanca dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3 Lembaga Masyarakat Desa Hutan di BKPH Sanca KPH Indramayu
Nama LMDH Luas Baku HPD ha
Ketua Anggota orang
Wana Baru 2 372.81  Sutigno
1 872 Wana Bakti Lestari
2 929.57  Karwita 3 905
Sumber: Profil BKPH Sanca
Desa  yang  ada  di  BKPH  Sanca  meliputi  Desa  Sanca,  Bantarwaru, Mekarwaru dan Cijambe. Desa Sanca dan Desa Bantarwaru dipilih menjadi lokasi
penelitian  karena  memiliki  intensitas  kebakaran  hutan  yang  tinggi,  dan  jumlah petani  lebih  banyak  sehingga  mempunyai  akses  mudah  untuk  masuk  ke  dalam
kawasan hutan.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Sejarah Kebakaran Hutan di KPH Indramayu
Kebakaran hutan dan lahan setiap tahun terjadi di Indonesia. Salah satunya di  wilayah  kawasan  hutan  Perum  Perhutani.  Total  luas  areal  terbakar  di  Divisi
Regional Jawa Barat dan Banten pada tahun 2009-2013 yaitu 4 944.09 ha, dengan frekuensi  sebanyak  835  kali  kejadian  kebakaran.  Adapun  wilayah  KPH  yang
memiliki  kejadian  kebakaran  hutan  dengan  luas  dan  frekuensi tertinggi  di  Divisi Regional  Jawa  Barat  adalah  di  KPH  Indramayu.  KPH  Indramayu  memiliki
frekuensi dan luasan kebakaran paling tinggi dibandingkan KPH lain yaitu seluas 2 009.69 ha atau 40.65 dari luas keseluruhan dan 294 kali terjadi kebakaran atau
sebanyak 35.64 dari keseluruhan kejadian kebakaran selama 5 tahun terakhir.
Gambar  2  Rata-rata  Frekuensi  dan  Luas  Kebakaran  Hutan  Tahun  2009-2013 Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten
KPH Indramayu memiliki 6 BKPH yang terdiri dari BKPH Sanca, BKPH Haurgeulis, BKPH Cikawung, BKPH Plosokerep, BKPH Jatimunggul, dan BKPH
Indramayu.  BKPH  yang  memiliki  tingkat  kebakaran  hutan  tertinggi  yaitu  BKPH Cikawung  dan  setelah  itu  BKPH  Sanca  Gambar  3.  BKPH  Sanca  merupakan
lokasi yang dijadikan tempat penelitian dikarenakan aksesibilitasnya lebih mudah dibandingkan  dengan  BKPH  Cikawung  yang  memiliki  tingkat  kebakaran  hutan
tertinggi.
Gambar 3 Frekuensi dan luas kebakaran BKPH di KPH Indramayu
40.65 35.64
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Luas Frekuensi
KPH di Divisi  Regional Jawa Barat dan Banten
569.57
245.12 602
248 345
- 81
27 100
34 54
- 100
200 300
400 500
600 700
BKPH Sanca BKPH
Haurgeulis BKPH
Cikawung BKPH
Plosokerep BKPH
Jatumunggul BKPH
Indramayu Luas
Jumlah
9 Kebakaran  hutan  di  BKPH  Sanca  hampir  setiap  tahun  terjadi  selama  5
tahun  terakhir,  kecuali  pada  tahun  2010.  Kejadian  kebakaran  hutan  tertinggi terjadi  pada  tahun  2011  dengan  total  areal  terbakar  335.2  ha  diikuti  tahun  2012
total  areal  terbakar  seluas  180.72  ha,  tahun  2009  total  areal  terbakar  seluas  41.5 ha, dan tahun 2013 dengan total areal terbakar seluas 12.15 ha Gambar 4.
Gambar 4 Kebakaran hutan di BKPH Sanca tahun 2009-2013 Pada  gambar  5  menunjukkan  bahwa  curah  hujan  terendah  terdapat  pada
tahun  2009  yaitu  sebesar  1  406.1  mm,  sedangkan  curah  hujan  tertinggi  terdapat pada  tahun  2010  sebesar  2  865.7  mm.  Rata-rata  curah  hujan  5  tahun  terakhir
2009-2013  di  BKPH  Sanca  2  179.2  mm.  Berdasarkan  klasifikasi  Septicorini 2006  termasuk  ke  dalam  tingkat  tidak  rawan  terhadap  kebakaran  hutan,  karena
memiliki  curah  hujan  lebih  dari  2  000  mm  yang  merupakan  iklim  basah.  Dilihat dari  gambar  5  dan  gambar  6,  curah  hujan  berpengaruh  terhadap  terjadinya
kebakaran  hutan,  kecuali  kebakaran  hutan  tahun  2011  yang  menunjukan  luasan terbakar  335.2  hektar  dengan  curah  hujan  yang  tidak  terlalu  rendah.  Kejadian
kebakaran pada tahun 2011 dapat disebabkan oleh faktor lain selain faktor alam.
Gambar 5 Jumlah curah hujan per tahun dalam 5 tahun terakhir 2009-2013 Menurut  Syaufina  2008  frekuensi  dan  luas  kebakaran  tertinggi  terjadi
pada  bulan  dengan  curah  hujan  yang  rendah  kurang  dari  60  mm.  Curah  hujan berpengaruh  terhadap  kelembaban  regional  hutan,  khususnya  terhadap  bahan
bakar.  Curah  hujan  yang  rendah  membuat  kelembaban  bahan  bakar  rendah  dan kadar air pun rendah sehingga potensi kebakaran tinggi. Pada bulan Juli kejadian
kebakaran  hutan  mulai  meningkat  dan  mencapai  puncaknya  pada  bulan September, menurun pada bulan Oktober. Rata-rata luas kebakaran hutan bulanan
di BKPH Sanca tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar 6.
41.5 335.2
180.72
12.15 50
100 150
200 250
300 350
2009 2010
2011 2012
2013
1 406.1 2 865.7
2 155.3 1 725.8
2 743.1
0 000 1 000
2 000 3 000
4 000
2009 2010
2011 2012
2013 Jumlah
curah hujan
Tahun Curah
Hujan mm
Luas ha
Tahun
10
Gambar  6  Rata-rata  luas  kebakaran  hutan  bulanan  tahun  2009-2013  di  BKPH Sanca
Kejadian  kebakaran  yang  terjadi  di  BKPH  Sanca  juga  didukung  dengan keadaan curah hujan di KPH Indramayu. Curah terendah terdapat pada bulan Juli,
Agustus, September, dan Oktober dimana pada bulan-bulan tersebut jarang terjadi hujan  maka  besar  kemungkinannya  terjadi  kebakaran  hutan.  Dengan  demikian
pada  bulan-bulan  tersebut  harus  waspada  terhadap  kejadian  kebakaran  hutan, dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Rata-rata curah hujan 2009-2013 KPH Indramayu 2.
Analisis Deskriptif
Analisis kuisioner dari demografi berupa umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan dapat dilihat sebagai berikut
Gambar 8 Persentase klasifikasi responden berdasarkan umur
4.24 80.85
385.23
31.80    14.73 50
100 150
200 250
300 350
400 450
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust Sept Okt
Nov Des
Rata-rata luas kebakaran BKPH Sanca 2009-2013 Bulan
Luas ha
46.7  28.66 38.68
59.3 100
200 300
400 500
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust Sept
Okt Nov
Des
Rata-rata curah hujan bulanan KPH Indramayu tahun 2009-2013 Bulan
Curah Hujan
mm
16.67 33.33
50
16.67 30
33.33 20
10 20
30 40
50 60
20-30 30-40
40-50 Lebih dari 50
Sanca Bantarwaru
Umur tahun
11 Menurut gambar 8, responden terbagi dalam 4 klasifikasi  umur yaitu 20-30
tahun,  30-40  tahun,  40-50  tahun,  dan  lebih  dari  50  tahun.  Sebagian  besar responden di Desa Sanca merupakan responden dengan umur lebih dari 50 tahun
50, sedangkan responden Desa Bantarwaru didominasi responden 30-40 tahun 30 dan 40-50 tahun 33.33.
Gambar 9 Persentase klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan Gambar  9  menunjukkan  responden  terbagi  dalam  4  klasifikasi  tingkat
pendidikan yaitu tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA. Responden dari Desa Sanca dan  Desa  Bantarwaru  didominasi  oleh  responden  dengan  tingkat  pendidikan
terakhir  SD  sehingga  berpengaruh  besar  terhadap  pola  pikir  responden  dalam menjawab pertanyaan dalam kuisioner.
Gambar 10 Persentase klasifikasi responden berdasarkan mata pencaharian Gambar  10  menunjukkan  responden  terbagi  dalam  4  klasifikasi  mata
pencaharian  yaitu  petani  menetap,  petani  berpindah,  wiraswasta,  dan  buruh. Responden  kedua  desa  didominasi  oleh  responden  dengan  mata  pencaharian
petani menetap di Desa Sanca 83 dan Desa Bantarwaru 93. Sebagian kecil responden lainnya bermata pencaharian sebagai wiraswasta, dan buruh.
100
6.67 86.67
6.67 20
40 60
80 100
120
Tidak sekolah SD
SMP SMA
Sanca Bantarwaru
Tingkat pendidikan
83.33
16.67 93.33
6.67 20
40 60
80 100
Petani Penetap Petani Berpindah
Wiraswasta Buruh
Sanca Bantarwaru
Mata pencaharian
12
Gambar 11 Klasifikasi responden berdasarkan jumlah penghasilan Berdasarkan  gambar  11,  responden  dari  kedua  desa  baik  Desa  Sanca
maupun Desa Bantarwaru didominasi oleh responden dengan jumlah penghasilan yang tergolong rendah yaitu Rp. 400 000.
                