4
b. Pemadaman Kebakaran Hutan dan lahan
Ada 2 metode pemadaman kebakaran hutan yaitu metode pemadaman langsung dan metode pemadaman tidak langsung. Perbedaan dasar antara kedua
metode ini adalah dalam hal penempatan lokasi ilaran api terhadap tepi api kebakaran. Dalam praktek, kedua metode ini dapat digunakan secara kombinasi
Husaeni 2003.
Menurut Ismunandar 2003, metode pemadaman langsung dapat dilakukan dengan beberapa teknis pemadaman bergantung kondisi areal
kebakaran. Kondisi tersebut diantaranya topografi yang terbakar, jenis tanaman yang ada bahan bakar, luas areal yang terbakar, dan luas kebakaran yang terjadi.
Pada metode pemadaman langsung, pemadaman langsung pada tepi api di areal kebakaran. Bahan bakar yang terbakar dipadamkan atau dipisahkan dari bahan
bakar yang belum terbakar. Pada metode ini bahan mudah terbakar dihilangkan dari tepi kebakaran. Sedangkan pada metode pemadaman tidak langsung,
pemadaman dilakukan pada bahan bakar yang tidak terbakar yang letaknya diluar tepi api kebakaran. Metode ini memungkinkan para petugas pemadaman untuk
bekerja jauh dari pengaruh panas api dan dapat memanfaatkan tipe bahan bakar dan sekat-sekat alami yang sesuai Husaeni 2003. Menurut Sumantri 2003
metode pemadaman tidak langsung tidak terlepas dari pengetahuan backfiring atau pembakaran balik. Metode pemadaman tidak langsung digunakan pada tipe
kebakaran besar dengan laju penjalaran api sangat cepat dimana metode-metode pemadaman langsung maupun metode pemadaman pararel tidak dapat
dilaksanakan. Ditegaskan oleh Ismunandar 2003 bahwa pemadaman tidak langsung bertujuan mengendalikan kobaran api dengan membuat ilaran api pada
jarak tertentu bila kebakaran tidak mungkin dipadamkan secara langsung. Prinsip ilaran api adalah menghambat laju kebakaran, sebagai penghalang alamiah seperti
sungai, rawa, jalan, atau sengaja dibuat yang disebut sekat bakar.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Desa Sanca dan Desa Bantarwaru yang termasuk dalam BKPH Sanca KPH Indramayu Perum Perhutani Divisi Regional III Jawa
Barat dan Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitan adalah perangkat laptop, lembar kuesioner, alat tulis, kamera dan alat perekam.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a.
Data Kondisi Umum KPH Indramayu, Desa Sanca dan Desa Bantarwaru b.
Data curah hujan KPH Indramayu 5 tahun terakhir 2009-2013 c.
Data kebakaran hutan BKPH Sanca 5 tahun terakhir 2009-2013 d.
Daftar kuisioner untuk mengumpulkan data hasil wawancara dari masyarakat
5
Prosedur Pengumpulan Data
Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Data primer: hasil wawancara dengan pihak Perhutani, data hasil
pengisian kuesioner masyarakat Desa Sanca dan Desa Bantarwaru. 2.
Data sekunder: data kebakaran hutan 5 tahun terakhir tahun 2009-2013 di BKPH Sanca, data tentang kondisi kawasan KPH Indramayu, Desa Sanca,
Desa Bantarwaru, serta data curah hujan KPH Indramayu tahun 2009-2013, serta data pendukung lainnya.
Penetapan responden dilakukan dengan metode snowball sampling technique yaitu pada awalnya peneliti mengenal beberapa responden kunci key
person interwievs yang kemudian responden kunci akan memperkenalkannya kepada responden-responden lain. Responden kunci dalam penelitian ini adalah
personil BKPH Sanca yang meliputi Asper, KRPH serta mandor. Responden lain terdiri dari masyarakat sekitar hutan yang termasuk anggota Kelompok Tani
Hutan BKPH Sanca sebanyak 60 orang responden yang terbagi di Desa Sanca dan Desa Bantarwaru, ditentukan secara purposive sampling yaitu memilih responden
secara sengaja terfokus pada responden yang sering berinteraksi dalam kawasan hutan yaitu anggota LMDH. Wawancara dilakukan langsung di lapangan dengan
bantuan kuisioner mengenai upaya pengendalian kebakaran hutan. Wawancara dilakukan dengan metode Muhadjir 1992 yaitu subjek mendatangi langsung
responden dan mengambil kesempatan yang memudahkan untuk wawancara.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner kemudian direkapitulasi dan pembuatan tabulasi dengan menggunakan microsoft
excel, serta dianalisis secara deskriptif mengenai faktor penyebab kebakaran hutan dan upaya pengendalian kebakaran hutan di KPH Indramayu.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
1.
Profil KPH Indramayu
Wilayah KPH Indramayu secara geografis terletak pada 6
o
15’-6
o
40’ LS dan 107
o
52’-108
o
36’ BT. Luas total KPH Indramayu adalah 40 701.05 ha, secara administratif pemerintahan berada di wilayah Kabupaten Indramayu Provinsi
Jawa Barat. Adapun batas wilayah pengelolaan hutan KPH Indramayu, antara lain:
1. Bagian Utara
: Dibatasi oleh Laut Jawa 2.
Bagian Timur : Berbatasan dengan KPH Kuningan
3. Bagian Selatan : Berbatasan dengan KPH Majalengka
4. Bagian Barat
: Berbatasan dengan KPH Purwakarta