Daya Rosot CO HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya rosot karbohidrat = 0,619 g y = -0,0021x 2 + 0,0302x + 0,8459 R 2 = 1 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1 5 .0 1 7 .0 1 9 .0 waktu m a s s a k a rb o h id ra t Alaurites moluccana Gambar 3 Kurva persamaan kuadratik A. moluccana Massa karbohidrat tertinggi pada pengambilan sampel daun pukul 05.00 WIB adalah S. malacense sebesar 1,102 g dan terendah adalah B. racemosa sebesar 0,308 g. Pada pukul 17.00 WIB massa karbohidrat tertinggi adalah S. malacense sebesar 1,224 g dan terendah adalah A. dammara 0,444 g. Massa karbohidrat tertinggi pada pukul 19.00 WIB adalah S. malacense dengan nilai 1,276 g dan terendah adalah D. indica sebesar 0,416 g. Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4 menyatakan bahwa M. caesia merupakan tanaman yang paling banyak menyerap karbohidrat selama 14 jam pukul 05.00 WIB – 05.00 WIB yaitu sebesar 3,078 g, sehingga jenis tersebut juga paling banyak menggunakan CO 2 untuk fotosintesis yaitu sebesar 4,525 g. Hal itu sesuai pernyataan Harjadi 1992 dalam Purwaningsih 2007 bahwa massa CO 2 yang digunakan dalam proses fotosintesis berbanding lurus dengan jumlah karbon C dalam gula karbohidrat. Semakin tinggi massa karbohidrat maka semakin tinggi pula massa CO 2 yang digunakan oleh tanaman. Jenis yang paling sedikit menyerap karbohidrat adalah G. dulcis 0,105 g, sehingga jenis tersebut juga merupakan jenis yang paling sedikit menyerap CO 2 0,154 g. Ini diduga disebabkan posisi tanaman jenis ini paling jauh dari jalan.

5.2. Daya Rosot CO

2 per Luas Daun Daya rosot CO 2 tanaman merupakan kemampuan tanaman dalam menyerap sejumlah massa CO 2 , sedangkan daya rosot CO 2 per luas daun merupakan kemampuan tanaman menyerap sejumlah massa CO 2 per luas daun. Daya rosot CO 2 per luas daun tidak selalu berbanding lurus dengan massa CO 2 , hal ini disebabkan karena terdapat faktor pembagi yaitu luas sampel daun tanaman yang diteliti. Semakin besar luasan sampel daun yang diteliti maka semakin kecil daya rosot CO 2 yang diterima per cm 2 daun dan begitu juga sebaliknya, semakin kecil luas daun, maka semakin besar daya rosot CO 2 per cm 2 . Data mengenai daya rosot CO 2 tanaman hutan kota per luas daun yang diteliti dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Daya rosot CO 2 per luas daun No Nama jenis Massa CO 2 bersih Luas daun cm 2 Daya rosot CO 2 luas daun 10 -4 gcm 2 Daya rosot CO 2 luas daunjam 10 -4 gcm 2 jam 1 Agathis dammara 0,335 894,9 3,745 0,268 2 Aleurites moluccana 0,910 1819,84 5,000 0,357

3 Baccaurea racemosa

2,512 1121,52 22,400 1,600 4 Brownea capitella 2,284 2027,2 11,269 0,805

5 Calophyllum inophyllum

0,991 1124,81 8,808 0,629

6 Cynometra cauliflora

1,664 1619,83 10,273 0,734

7 Dillenia indica

3,380 1107,14 30,525 2,180

8 Garcinia dulcis

0,157 1260,65 1,248 0,089

9 Mangifera caesia

4,525 852,13 53,098 3,793

10 Mesua ferrea

1,160 1729,08 6,708 0,479

11 Michelia champaca

2,871 1743,31 16,468 1,176

12 Spathodea campanulata

2,490 1423,82 17,489 1,249

13 Syzygium malacense

1,025 891,97 11,487 0,820

14 Vitex pubescens

1,596 1703,59 9,371 0,669 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa M. caesia memiliki kemampuan tertinggi dalam menyerap CO 2 yaitu sebesar 53,098 x 10 -4 gcm 2 dan dalam 1 jam dapat menyerap CO 2 sebesar 3,793 x 10 -4 gcm 2 jam. Hal ini disebabkan karena M. ceasia merupakan jenis yang memiliki massa CO 2 bersih tertinggi 4,525 g dan didukung juga dengan luas daun yang dimiliki M. caesia adalah luas daun terkecil yaitu 852,13 cm 2 dibandingkan dengan jenis-jenis yang lain. Ketebalan daun juga berpengaruh terhadap daya rosot CO 2 per cm 2 luas daun. Hal ini terlihat pada jenis M. caesia yang merupakan jenis yang memiliki ketebalan relatif tertinggi sehingga memiliki daya rosot CO 2 per luas sampel daun tertinggi. Peryataan ini juga didukung oleh Sitompul dan Guritno 1995 yang menyatakan ketebalan daun menentukan absorbsi cahaya dan daun yang tebal akan memiliki kloroplas yang lebih banyak per satuan luas daun. Di dalam kloroplas terdapat klorofil yang mampu memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Darmawan Baharsjah 1983 menyatakan banyaknya klorofil dalam tanaman langsung berpengaruh terhadap fotosintesis, semakin banyak klorofil maka akan semakin aktif tanaman berfotosintesis. Sitompul Guritno 1995 menyatakan bahwa daun yang tebal akan memiliki kapasitas mengintersepsi energi cahaya dan mereduksi CO 2 yang lebih tinggi daripada daun yang tipis, sehingga semakin tinggi ketebalan daun maka semakin meningkatkan penyerapan CO 2 karena semakin aktif daun berfotosintesis.

5.3. Daya Rosot CO