dilakukan dengan menyertakan surat kuasa dan bukti pendukung tambahan KK atau Surat Keterangan Domisili sebagai bukti bahwa yang mewakili adalah
bagian dari Rumah Tangga yang sama. Adapun mekanisme Penyaluran BLSM adalah sebagai berikut:
1
Rumah Tangga Sasaran menerima
Kartu Perlindungan
Sosial yang didistribusikan
melalui PT Pos
2
RTS membawa KPS dan Kartu
Identitas sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan ke
kantor Pos Pembayaran
3
Petugas PT.Pos Indonesia
mencocokkan data pembayaran
dengan KPS dan identitas
pendukungnya
4
RTS memperoleh manfaat Program
BLSM sesuai dengan jumlah
yang ditentukan
www.bappenas.go.id
2.3.2.1 Kartu Perlindungan Sosial
Kartu Perlindungan Sosial KPS adalah kartu yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka pelaksanaan Program Percepatan dan Perluasan
Perlindungan Sosial P4S dan BLSM. KPS memuat informasi Nama Kepala Rumah Tangga, Nama Pasangan Kepala Rumah Tangga, Nama Anggota Rumah
Tangga Lain, Alamat Rumah Tangga, Nomor Kartu Keluarga, dilengkapi dengan kode batang barcode beserta nomor identitas KPS yang unik. Bagian depan
bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial dengan logo Garuda, dan masa berlaku kartu. Buku Pegangan Sosialisasi dan Implementasi Program – Program
Kompensasi Kebijakan Penyesuaian subsidi BBM, 2013:44
Gambar 2.1 Tampilan Kartu Perlindungan Sosial
Manfaat Bagi Rumah Tangga Pemegang Kartu: 1. Kartu Perlindungan Sosial digunakan sebagai penanda Rumah Tangga
Sasaran. 2. Kartu Perlindungan Sosial digunakan untuk mendapatkan manfaat P4S dan
BLSM. Syarat dan Ketentuan:
Adapun syarat dan ketentuan dari penggunaan KPS tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepala Rumah Tangga sebagai pemegang Kartu tersebut, beserta seluruh Anggota Rumah Tangganya berhak menerima Program Perlindungan Sosial.
2. Kartu tersebut ditunjukkan pada saat pengambilan manfaat Program Perlindungan Sosial. Ketidaksesuaian nomor Kartu Keluarga asli dengan
nomor KK yang ada di KPS, tidak menghapuskan hak Rumah Tangga atas manfaat program.
3. Kartu tersebut tidak dapat dipindahtangankan.
4. Kartu tersebut harus disimpan dengan baik, kehilangan atau kerusakan kartu menjadi tanggung jawab pemegang kartu.
Adapun jumlah total Rumah Tangga Sasaran RTS yang menerima Bantuan Langsung Sementara BLSM di Indonesia yaitu mencapai 15.530.897
RTS dengan Realisasi Pembayaran Nasional BLSM Tahap I 2013 Per 19 Juli 2013. Alokasi Dana BLSM untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri yaitu
mencapai Rp223.866.000.000 yang diberikan kepada 746.220 RTS. Dari jumlah tersebut diantaranya terdapat 8.222 RTS khusus untuk Kecamatan Medan
Belawan. Warta anggaran majalah keuangan sektor publik, 2013:23
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tunggun M Naipospos 2012 tentang Evaluasi Dampak Program Bantuan Langsung Tunai BLT bagi
Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Toba Samosir menyimpulkan bahwa dari analisis compare means, uji statistic paired sample t – test pada kesembilan
variabel kemiskinan, yang menjawab rumusan masalah yang ada, serta berdasarkan hasil uji hipotesis penulis tersebut menyimpulkan bahwa program
BLT mampu membantu keluarga miskin dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehingga berdampak positif bagi pengentasan kemiskinan walaupun pengaruhnya
kecil. Hal tersebut dilihat dari hasil dari tabulasi jawaban responden atas kesembilan variabel kemiskinan yang dimana variabel yang paling besar
dipengaruhi oleh BLT adalah variabel kemampuan membeli seperti membeli minuman susu. Sementara untuk variabel lain sangat kecil pengaruhnya.
Penelitian terdahulu yang dilakukan Sutan Tolang Lubis 2007 tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung
Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan menyimpulkan bahwa dari segi efektivitas, program BLT belum berhasil mencapai tujuan seperti apa yang
diharapkan pemerintah yaitu meringankan beban pengeluaran rumah tangga miskinRTS. Hal tersebut dilihat dari segi kecukupan pemberian BLT yang
sebesar Rp100.000bulan yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan Rumah Tangga Sasaran yang sulit untuk dijangkau. Dari segi pemerataan, peneliti
tersebut menyimpulkan bahwa BLT masih belum merata diterima rumah tangga yang layak. Mayoritas penerima program adalah keluargarumah tangga miskin,
namun di satu pihak masih banyak keluargarumah tangga miskin tidak menjadi penerima undercoverage BLT tersebut, melainkan ditemukannya beberapa
rumah tangga mampu yang menjadi penerima BLT tersebut. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hasbi Iqbal 2008 tentang
Implementasi kebijakan program Bantuan Langsung Tunai tahun 2008 di Kabupaten Kudus menyebutkan bahwa Pelaksanaan program BLT oleh petugas di
Kabupaten Kudus dinilai berjalan dengan baik, lancar dan tertib. Tahapan pelaksanaan program BLT di Kabupaten Kudus tersebut dimulai dari pelaksanaan
sosialisasi, pelaksanaan verifikasi data daftar nama nominasi RTS, pembagian kartu BLT, pencairan dana BLT, dan terakhir pembuatan laporan pelaksanaan.
Namun adanya situasi politik di masyarakat justru terbagi menjadi dua kubu, yaitu adanya penolakan dan pendukung pelaksanaan program BLT. Penolakan tersebut
karena adanya alasan: 1 Data penerima dana BLT tidak valid, sehingga banyak
yang tidak tepat sasaran, 2 BLT mendidik masyarakat menjadi sifat pemalas dan jiwa pengemis, 3 BLT menimbulkan konflik di masyarakat, terutama yang tidak
menerima dana BLT karena faktor kecemburuan, dan 4 adanya anggapan bahwa lebih baik dana BLT digunakan untuk membangun infrastruktur dan perluasan
lapangan kerja. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agung Putra Bangsa 2011
tentang Evaluasi Program BLT di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan menyimpulkan bahwa dari segi Sosialisasi, sebagai salah satu tahap
dalam pelaksanaan program BLT dikatakan tergolong baik, hal ini ditinjau peneliti dari segi peranan aparat kelurahan sebagai sumber informasi pertama
tentang program BLT bagi masyarakat khusus RTS maupun dari segi pengetahuan RTS tentang tujuan program BLT tersebut. Namun peneliti menyimpulkan
kembali, walaupun RTS bersedia dan menerima dana BLT, namun mayoritas dari mereka justru tidak setuju terhadap bentuk program BLT, karena mereka lebih
menginginkan alternatif lain dalam rangka mengatasi kemiskinan atau peningkatan kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan seperti melalui
penciptaanpemberian lapangan kerja dan penyedian fasilitas hidup seperti sumber air bersih maupun penerangan yang diberikan secara gratis.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ferawati Paulina Sagala 2009 tentang Efektifitas Program BLT di Nagori Kahean Kecamatan Dolok Batu
Nanggar menyimpulkan, bahwa tujuan Program Bantuan Langsung Tunai di Nagori Kahean dapat dikatakan sudah tercapai dengan baik. Dimana dengan
adanya Bantuan Langsung Tunai ini peneliti tersebut menyimpulkan bahwa
masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan mempertahankan tingkat kesejahteraannya. Bantuan Langsung Tunai juga dapat meningkatkan
tanggung jawab sosial bersama. Bantuan Langsung Tunai dimanfaatkan oleh Rumah Tangga Sasaran untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari terutama
kebutuhan pangan dan pendidikan. Ada juga sebagian masyarakat yang memanfaatkan Bantuan Langsung Tunai untuk membayar hutang. Namun Peneliti
tersebut melihat Program Bantuan Langsung Tunai memberikan efek ketergantungan bagi Rumah Tangga Sasaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
Rumah Tangga Sasaran yang berharap BLT akan terus diberikan kepada mereka.
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, kemiskinan merupakan masalah yang masih terus dihadapi oleh setiap bangsa termasuk Indonesia.
Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang dibuat oleh pemerintah melalui program – program penanggulangan kemiskinan belum dapat sepenuhnya
menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Meskipun demikian pemerintah masih selalu berusaha untuk dapat mensejahterahkan masyarakat miskin yang ada di
setiap penjuru wilayah Indonesia, dengan berbagai program yang telah digulirkan. Adapun salah satu program kemiskinan adalah dengan program penyaluran
Bantuan Langsung TunaiBantuan Langsung Sementara Masyarakat BLSM kepada setiap keluarga miskinRTS. Berdasarkan landasan teori ini, secara umum
penelitian ini terbagi dua bagian, yaitu peranan sebelum dan sesudah adanya Program Bantuan Penanggulangan Kemiskinan BLTBLSM terhadap kehidupan
masyarakat miskin di Kecamatan Medan Belawan. Berikut kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat dari skema berikut:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris. Berdasarkan masalah diatas,
maka penulis membuat hipotesis, yaitu :
Ho = Tidak terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLTBLSM.
Ha = Terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan kemiskinan sebelum dan sesudah program BLTBLSM.
Program BLTBLSM Dampak terhadap
pemenuhan kebutuhan pokok
sandang, pangan, papan
Pengentasan Kemiskinan
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Studi deskriptif bertujuan untuk menguraikan tentang sifat – sifat karakteristik dari
suatu keadaan yang menggambarkan realitas masyarakat yang menerima Bantuan Langsung TunaiBLSM dari pemerintah berdasarkan data dan fakta yang ada di
lapangan. Supratno, 1997:42
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Sukaria Sinulingga, 2011:43 adapun karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Penelitian kualitatif dilakukan pada natural setting kondisi alamiah karena penelitian tersebut langsung ke sumber datalapangan dan peneliti menjadi
instrumen kunci. 2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dimana data – data yang dibutuhkan
pada umumnya berbentuk kata yang dapat menggambarkan situasi dan bukan angka – angka.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Kecamatan Medan Belawan. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu daerah yang
menjalankan program Bantuan Langsung TunaiBLSM sejak Tahun 2005, 2008
hingga di tahun 2014, dan merupakan salah satu kecamatan dengan tingkat kemiskinan yang besar di Kota Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian