Implementasi Kebijakan Publik Dalam Penanganan Kemiskinan ( Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan )

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi tahun 1997/1998, telah memberikan pelajaran yang sangat mahal dan berharga bagi bangsa Indonesia. Situasi ini telah memaksa Indonesia melakukan perubahan yang perlu dilakukan dalam rangka koreksi kelemahan dan kesalahan masa lalu. Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan pada masa silam ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Fundamental pembangunan ekonomi yang rapuh, penyelenggaraan negara yang sangat birokratis dan adanya penyalahgunaan wewenang kekuasaan telah menjadi salah satu penyebab timbulnya krisis nasional yang berkepanjangan. Salah satu isu yang hingga saat ini menjadi masalah bagi pemerintah yang belum terselesaikan adalah kemiskinan. Dalam Rancangan Undang-Undang tentang Kemiskinan mendefenisikan bahwa kemiskinan merupakan kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.1

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan.

1


(2)

Akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan (non-income factors) seperti akses kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi.2

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional/Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah. Pada perkembangannya, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2008 diperkirakan akan turun sebanyak 4,6 juta orang. Laporan bank dunia mencatat bahwa jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 mencapai 105,3 juta atau 45,2 persen dari jumlah penduduk dan diproyeksikan Lebih lanjut kompleksitas kemiskinan bukan saja berhubungan dengan pengertian dan dimensinya saja tetapi juga berkaitan dengan metode pengukuran dan intervensi kebijakan yang diperlukan dalam mengentaskan kemiskinan ini.

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

2

Nazara, Suahasil, Warta Demografi: Pengentasan Kemiskinan: Pilihan Kebijakan dan Program yang Realistis, Depok: Gemilang Grafika, 2007, hal. 34


(3)

jumlah penduduk miskin menjadi 100,7 juta orang atau 42,6 persen pada tahun 2008 (Koran Republika 16 November 2007). Namun keadaan ini belum mempertimbangkan pertumbuhan, inflasi, serta dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2008, asumsi yang dipakai Bank Dunia adalah pertumbuhan ekonomi 6,4%, inflasi 5%, defisit anggaran 1,8% dan harga rata-rata minyak dunia 72,4 dolar AS per barel. Sehingga jumlah angka kemiskinan yang dilaporkan oleh bank dunia mungkin sudah jauh dari kondisi jumlah keluarga miskin yang sebenarnya.

Media Indonesia dalam tulisan tentang kemiskinan (22 Oktober 2007) mengutip laporan Bank Dunia yang berjudul “The New Indonesia Work for the poor” yang menyatakan meski telah mengalami peningkatan yang pesat dalam pertumbuhan ekonomi, hampir separuh penduduk Indonesia masih hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini terus terjadi saat krisis ekonomi menghantam Indonesia. Banyak penduduk terperangkap kemiskinan secara turun temurun. Hal ini ditunjukan dengan ketidakmampuan keluarga memberikan pendidikan dengan baik untuk anak-anaknya sehingga generasi berikutnya tidak mampu keluar dari lingkaran kemiskinan.

Pada perkembangannya, di satu sisi pemerintahann Indonesia terus berkomitmen untuk menempatkan pembangunan manusia dalam mengentaskan kemiskinan sebagai fokus utama dari strategi membangun kesejahteraan rakyat. Komitmen ini telah dituangkan dalam agenda konstitusional sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam proses pembangunan diantaranya dalam tingkat nasional seperti yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 45/amandemen sebagai landasan idiil dan konstitusional untuk penanggulangan kemiskinan, selain itu


(4)

upaya pengarusutamaan penanggulan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan tahunan. Sehingga kebijakan RPJM 2004-2009 diharapkan dapat menurunkan persentase penduduk miskin menjadi 8,2 persen pada tahun 20093

Dalam program pengentasan kemiskinan ini juga dituangkan dalam sebuah komitmen dari setiap negara anggota PBB termasuk Indonesia yang dijabarkan dalam deklarasi milenium yang lebih dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG’s), komitmen internasional untuk menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tahun 2015 (29 – 14,5% atau 1,2 triliun menjadi 890 milliar). Selain itu program World Summit on Sustainable Development 2002 juga merupakan sebagai agenda prioritas internasional dalam pembangunan termasuk di Indonesia

.

4

Pada Konferensi Tingkat Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut, pada tanggal 8 September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh Kepala Pemerintahan sepakat untuk mengadopsi dan sebagai penjabaran resolusi Majelis Umum nomor 55/2 “Millenium Declaration” Deklarasi Milenium yang menghimpun komitmen 3

Draf Ringkasan- Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia per 25 Agustus 2005 oleh Sri Mulyani Indrawati/Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.

4

Dapat diakses di internetProgram Penanggulangan Kemiskinan: Pusat Data dan Informasi Kemiskinan Departemen Sosial RI


(5)

para pemimpin dunia yang tidak pernah ada sebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak azasi dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Dari tujuan dan target pembangunan MDGs tersebut, memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. MDGs dalam pembangunan juga harus memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. Selain itu, MDGs didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Implikasinya, setiap kelalaian yang dilakukan negara merupakan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Implikasi lain, jika tidak menjalankan kesepakatan itu, maka negara yang tidak menerapkannya dapat dikenai sanksi internasional.5

Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK)/National Strategy for Poverty Reduction juga telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia, dokumen SNPK juga dilengkapi dengan pembagian peran yang jelas antarpelaku baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi politik, organisasi masyarakat, perguruan tinggi, lembaga keuangan, organisasi profesi, organisasi masyarakat, dan lembaga internasional; serta dilengkapi tatacara pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi penanggulangan kemiskinan6

SNPK menggunakan pendekatan berbasis hak (right-based approach) sebagai pendekatan utama dengan menegaskan adanya pencapaian secara

.

5

Diakses di intern, Selasa 31 Mei 2005.

6


(6)

bertahap dan progresif (progressive realization) dalam penghormatan (respect), perlindungan (protect) dan pemenuhan (fulfill) hak dasar rakyat, memberikan perhatian terhadap perwujudan kesetaraan dan keadilan gender, serta percepatan pengembangan wilayah. Selain itu, sekitar 60 persen pemerintah kabupaten/kota telah membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan7

Dana tunai atau bantuan langsung tunai tak bersyarat yang dilakukan pemerintah pada tahun 2008 diperuntukkan bagi masyarakat miskin agar tidak terlalu merasakan dampak dari kenaikkan harga BBM. Dasar pemerintah dalam membuat kebijakan program BLT ini adalah untuk membantu masyarakat miskin

.

Kebijakan pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan seperti Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) termasuk dalam klaster-1 bersama program bantuan beras untuk orang miskin (Raskin), program keluarga harapan (PKH), program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) atau yang sebelumnya dikenal dengan Askeskin untuk perawatan kesehatan gratis, program beasiswa untuk siswa miskin, serta program bantuan untuk kelompok rentan sosial lainnya. Dan Program bantuan dan perlindungan sosial dengan sasaran rumah tangga miskin ( program nasional pemberdyaan masyarakat PNPM) dengan sasaran pemberdayaan kelompok masyarakat dan program pemberdayaan usaha mikro dan kecil berupa bantuan permodalan dan bentuk kredit usaha rakyat.

7


(7)

atau masyarakat yang berada pada kelompok kedua (menurut Bambang Heru) yang dengan pasti akan merasakan dampak dari kenaikkan harga BBM. Selain itu BLT diberlakukan sebagai kompensasi dari pemotongan subsidi bahan bakar minyak kepada penduduk miskin. Tidak adanya lagi subsidi untuk BBM pada tahun 2008 dinilai pemerintah akan menambah jumlah APBN dan akan terjadi defisit kas negara. Maka dari itu BLT ini dicanangkan sebagai kompensasi bagi penduduk miskin.

Salah satu daerah yang telah menjalankan program tersebut adalah kota Medan. Kota Medan dengan prospek pembangunan kota yang diarahkan untuk menjadikan kota Medan yang maju, sejahtera, berkeadilan dan religius, dalam jangka menengah (2006-2010), pembangunan kota Medan diarahkan sebagai kota Metropolitan yang modern, madani dan religius. Hal ini ditandai pertumbuhan ekonomi yang dikutip dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Medan, tahun 2006-2025 yang selama kurun waktu 2001-2006 tumbuh rata-rata 6,23 % selain itu pendapatan domestic regional bruto (PDRB) berdasarkan atas harga berlaku yang di tahun 2005 lalu mencapai 42,79 triliun rupiah dan pendapatan perkapita sebesar 20,91 juta rupiah8

Komitmen ini akan ditandai oleh produktifitas ekonomi yang tinggi, yang mendorong peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat dalam jangka panjang, sehingga membentuk perekonomian kota. Namun dari pertumbuhan perekonomian tersebut, dijelaskan juga bahwa permasalahan kemiskina di Kota Medan tidak dapat dikesampingkan, Kota Medan dengan 21 Kecamatan disebutkan memiliki 88.047 KK miskin

.

9

8

Tabloid Vista Medan, edisi Juli 2008

9

Dapat diakses di internet, situs Pnpm Mandiri profil kemiskinan.


(8)

Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang. Sehingga Berdasarkan kasus-kasus di atas, pemerintah sebaiknya berpikir ulang untuk meneruskan program penanggulangan kemiskinan. Ukuran keberhasilan yang dipakai oleh pemerintah sebagai pertimbangan harus mampu merubah standar kehidupan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka perlu kita ketahui bersama pelaksanaan program pengentasan kemiskinan yang salah satunya yaitu program BLT tersebut di Indonesia khususnya di Kota Medan Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang, dimana program penanganan kemiskinan tersebut apakah sudah atau belum efektif secara global dan lokal sebagai komitmen negara dalam pengentasan kemiskinan. Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana Program BLT ini sudah berjalan di Indonesia khususnya di kota Medan Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang dengan menyoroti proses mekanisme dalam mengimplementasikan tujuan dan target dari program penanganan kemiskinan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk mencapai kerangka tujuan masyarakat yang sejahtera

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Kebijakan dan Program pengentasan kemiskinan di Sumatera Utara Khususnya Kelurahan Asam Kumbang seperti Bantuan Langsung Tunai yang diterapkan belum menunjukan penurunan angka kemiskinan yang signifikan dan terus saja mengalami perubahan dalam pengentasan kemiskinan sejak


(9)

ditandatangani Millennium Declaration hingga kini, seperti pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28 %). Namun akibat dampak kenaikan BBM pada Maret dan Oktober 2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%). Sehingga apakah program tersebut masih layak untuk diimplementasikan untuk penangan kemiskinan dari dampak kenaikan harga BBM tersebut.

2. Target dan tujuan pengimplementasian program pengentasan kemiskinan di Kota Medan Kelurahan Asam Kumbang seperti Bantuan Langsung Tunai masih dianggap dilemma dan kurang berjalan dengan baik dalam rangka tujuan dan target untuk penanganan kemiskinan. Hal ini selain faktor naiknya harga BBM yang berperan besar terhadap naiknya jumlah penduduk miskin, faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah serangkaian cara dan strategi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan, semuanya berorientasi material, sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Di samping itu, kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tersebut, banyak menemui kendala terutama pada tataran implementasinya.

Maka dari perumusan masalah diatas dapat ditarik pertanyaan dari penelitian ini, yakni:

Apakah proses pengimplementasian program kebijakan pembangunan pengentasan kemiskinan ( program bantuan langsung tunai/BLT) dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) di Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan dapat


(10)

mengatasi kemiskinan akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian tersebut, agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan lebih spesifik. Dan yang menjadi pembatasan masalah yang akan diteliti hanya menganalisis upaya Indonesia khususnya di Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan dalam mengimplementasikan program-program pengentasan kemiskinan yakni Bantuan Langsung Tunai guna mencapai tujuan dan target dari dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses implementasi program Bantuan Langsung Tunai dan layakkah program BLT tersebut diterapkan dalam pengentasan kemiskinan khususnya di kota Medan sebagai satu dari beberapa kota besar lainnya di Indonesia dalam rangka mencapai tujuan dan target akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Selain tujuan umum, dapat pula diambil tujuan khusus sebagai penjabaran dari tujuan umum di atas, seperti, pertama; untuk mengetahui bagaimana upaya


(11)

suatu proses kerjasama dalam struktur birokrasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan yang merupakan masalah lokal dan nasional. Kedua; untuk mengetahui potensi masalah kemiskinan di Indonesia khususnya kota Medan dan sejauh mana program BLT tersebut dapat menjawab permasalahan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut. Ketiga: bagi mahasiswa departemen ilmu politik agar dapat melihat bagaimana pentingnya sebuah kerjasama sebagai kekuatan politik untuk menentukan kebijakan dalam lingkup lokal dan nasional.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Untuk mencari khasanah ilmiah dalam kaitan ilmu politik dan pembangunan dalam pengentasan kemiskinan serta untuk melihat relevansi teori-teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang ada di lapangan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat dari penulisan ini dapat sebagai masukan dalam usaha mengetahui produk kegiatan politik, khususnya politik dalam bidang kebijakan pembangunan untuk pengentasan kemiskinan. Selain itu, sebagai masukan baru dan sumbangan untuk pemerintah pusat dan daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Institusi lainnya yang berkaitan secara langsung ataupun tidak dengan pengembangan studi tentang politik dan kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia khususnya di Kota Medan.


(12)

1.5.3 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa ilmu politik, khususnya bagi mereka yang tertarik dengan kajian politik dan pembangunan dalam konteks pengimplementasian kebijakan pengentasan kemiskinan. Juga penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi tentang politik dan kebijakan pembangunan dalam pengentasan kemiskinan bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Politik

1.6 Kerangka Teori

Dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, maka kerangka dasar pemikiran yang bertitik tolak dari teori merupakan bagian yang sangat penting, karena dalam kerangka teori membantu ketajaman analisis akan masalah yang akan diteliti dan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.10 Kerangka teori kemudian akan digunakan sebagai landasan berfikir dalam penelitian. Teori dalam penelitian merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan-aturan-aturan tertentu yang akan dihubungkan secara logis dengan data yang lain untuk diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.11

Kerangka teori yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

10

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, hal.39.

11


(13)

1.6.1 Teori Kebijakan Publik

Dalam tahun-tahun belakangan ini, dimana persoalan-persoalan yang dihadapi pemerintah sedemikian kompleks akibat krisis multidimensional, maka bagaimanapun keadaan ini membutuhkan penanganan yang cepat, tepat dan akurat agar krisis yang dihadapi oleh pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi ini pada akhirnya menempatkan pemerintah dan lembaga tinggi negara lainya berada pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit. Kebijakan yang diambil tersebut terkadang membantu pemerintah dan rakyat Indonesia keluar dari krisis, tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, yakni membuat rakyat semakin sengsara dan beban negara semakin menumpuk.

Maka dalam kaitannya, istilah kebijakan atau policy12 dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu, keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian inilah menjadi ciri khusus dari kebijakan publik dalam suatu sistem politik. Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam mendefenisikan kebijakan adalah bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu, dan mencakup pula arah atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan, hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi.13

12

Budi winarno dalam James Anderson, Public Policy Making, (Second ed, New York:Holt, Renehart and Winston, 1979), hal.4

13


(14)

Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori, seperti tuntutan-tuntutan kebijakan (policy demands), keputusan-keputusan kebijakan (policy decisions), pernyataan-pernyataan kebijakan (policy statements), hasil-hasil kebijakan (policy outputs) dan dampak-dampak kebijakan (outcomes). Sehingga kebijakan yang diambil sangat menentukan permasalahan keberhasilan dari program yang akan dilakukan untuk pengentasan kemiskinan bagi masyarakat apakah program tersebut sesuai atau tidak bagi publik.

1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.14

Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah aturan hukum ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan Sementara itu, Van Meter dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

14

Dikutip oleh Budi Winarno dari James P.Lester dan Joseph Stewart. Public Policy:an Evolutionary Approach, (second edition,Australia:Wadsworth,2000), hal.104.


(15)

tersebut.15

Hood dalam buku Limits to Administration (1976) menerangkan dalam tataran hasil, kondisi dan syarat yang harus dijalankan untuk mendapatkan implementasi kebijakan yang sempurna, harus memiliki lima karakteristik kondisi dan syarat seperti; pertama, bahwa implementasi ideal itu adalah produk dari organisasi yang padu seperti militer, dengan garis otoritas yang tegas; kedua, bahwa norma-norma akan ditegakkan dan tujuan ditentukan; ketiga, bahwa orang akan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan; keempat, bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan di antara organisasi; kelima, bahwa tidak ada tekanan waktu

Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu,suatu kebijakan yang baik mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

16

15

Budi Winarno, Op.Cit., hal. 102.

16

Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Jakarta: Kencana, 2005, hal. 467.

.

Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks. Namun, di balik kerumitan dan kompleksitasnya tersebut, implementasi kebijakan memegang peran yang cukup vital dalam proses sebuah kebijakan. Tanpa adanya tahap implementasi kebijakan, program-program kebijakan yang telah disusun hanya akan menjadi catatan-catatan resmi di meja para pembuat kebijakan. Dari jabaran di atas, dapat kita lihat tabel proses implementasi yang dikembangkan oleh Cheema dan Rondinelii;


(16)

Maka sebuah keputusan kebijakan yang disusun haruslah merupakan pernyataan ringkas dan jelas tentang suatu keputusan kebijakan tersebut. Yang dimaksud dengan implementasi kebijakan disini merupakan membuat ketentuan-ketentuan untuk menampung apa yang diatur di dalam deklarasi yang telah diterima. Tanpa adanya undang-undang atau aturan hukum yang menampung ketentuan-ketentuan yang terdapat pada kebijakan dimana Indonesia telah memihak dan menandatangani keputusan deklarasi, maka deklarasi tersebut tidak dapat dilaksanakan dan tidak ada gunanya. Untuk itu, dalam mengimplementasikan komitmen deklarasi milenium /millenium development goals Indonesia membuat Program Strategi Nasional salah satunya program pembangunan pengentasan kemiskinan (program bantuan langsung tunai/BLT) dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs.

Dalam kaitannya dengan perpsektif politik bahwa kekuasaan Negara memiliki kewenangan yang sah untuk membuat putusan yang final dan mengikat seluruh warga negaranya, selanjutnya hal ini dapat melihat siapa yang ikut dalam proses pembuatan keputusan dan pengimplementasiannya dalam beberapa kasus pengambilan keputusan yang dianggap representatif. Apabila elit politik diartikan sebagai orang yang mempunyai pengaruh besar, baik formal maupun informal dalam proses pengambilan keputusan dan pengimplementasiannya maka analisis keputusan ini sangat tepat untuk memperoleh gambaran mengenai siapa sesungguhnya yang menjadi pembuat keputusan tersebut.


(17)

1.6.7 Pembangunan dan kemiskinan

Pembangunan merupakan pergeseran dan suatu kondisi nasional yang satu menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga (Katz, dalam Tjokrowinoto, 1995). Disamping itu pembangunan juga merupakan proses multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan (inequality) dan pemberantasan kemiskinan absolut.17

17

Todaro, P Michael, dalam terjemahan, Economics Development In The Third World, Longman Limited, New York, 1977

Dengan kata lain, pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan berarti proses menuju perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat yang mencakup kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.

Pembangunan tidak hanya membutuhkan kemampuan pemerintah pusat, namun juga kemauan pemerintah daerah dituntut untuk bersama-sama melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing dengan masyarakat. Sesuai dengan prinsip desentralisasi, UU No.22 tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, memberikan kewenangan bagi daerah untuk mampu tumbuh secara mandiri, kreatif sesuai dengan kondisi sosial budayanya. Dengan kewenangan ini, daerah Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi daerah diberi keleluasaan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerahnya atas dasar prakarsa dan aspirasi masyarakatnya agar tercipta pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan daerahnya.


(18)

Salah satu aspek di bidang pembangunan yang memegang peranan penting untuk memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan adalah bagaimana proses perencanaan dan implementasian program itu dilakukan, sehingga program pembangunan yang dirumuskan dan dilaksanakan secara partisipatif turut memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka dan melaksanakan sendiri serta memetik hasil program yang dicapai.

Sejalan dengan perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari pola top down ke bottom up dengan diterbitkannya UU No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan dilakukan secara berjenjang, dimulai dari level pemerintahan terendah dan berjenjang sampai ke atas. Dalam konteks inilah, setiap tingkat pemerintahan berhak melakukan perencanaan yang sesuai dengan batas-batas kewenangan mereka melalui forum koordinasi horizontal.

Salah satu isu yang paling tidak pernah habis pembahasanya dalam pembangunan tersebut, khususnya pembangunan manusia adalah seperti masalah kemiskinan, yang merupakan suatu kondisi hak manusia yang harus diperjuangkan dan diatasi.

Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan memiliki arti


(19)

yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan (non-income factors) seperti akses kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi.18

Menurut BPS dan Depsos (2002) kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau

Bappenas (2000) mendefinisikan kemiskinan dalam 3 kriteria yaitu: pertama, Berdasarkan Kebutuhan Dasar, suatu ketidakmampuan ( lack of capabilities ) seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kedua, Berdasarkan Pendapatan hal ini merupakan suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu (garis kemiskinan). Kemiskinan ini terutama disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha. Ketiga, Berdasarkan Kemampuan Dasar, suatu keterbatasan kemampuan dasar seseorang dan keluarga untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati hidup yang lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat dan mengurangi kebebasan dalam menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi.

18

Nazara, Suahasil, Warta Demografi: Pengentasan Kemiskinan: Pilihan Kebijakan dan Program yang Realistis, Depok: Gemilang Grafika, 2007, hal. 34


(20)

batas kemiskinan (poverty treshold). Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern seperti yang telah didefenisikan di atas.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Sedangkan kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga atau institusi yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga menutup akses untuk berusaha lebih maju, keadaan inilah yang membuat mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.19

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin

19


(21)

absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Dari mereka yang tidak mempunyai apa-apa, orang yang hidupnya senantiasa ditengah bahaya berupa kekurangan sumber daya pokok untuk bertahan hidup.20 Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.21

Defenisi konsep merupakan penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

1.7 Defenisi Konsep

22

A. Implementasi merupakan arah tujuan yang ditetapkan serta dapat direalisasikan sebagai kebijakan pemerintah. Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya – upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Adapun konsep dalam penelitian tersebut adalah;

20

Jeremy Seabrook, Kemiskinan Global:Kegagalan Model Ekonomi Neoliberalisme, Yogyakarta:Resist Book, 2006, hal.31

21

Memahami kemiskinan, Op.Cit..

22

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia, 1995, Hal. 34.


(22)

Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel,23 yakni; (1) Komunikasi, apabila tujuan dan sasaran kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi sari kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran, (2) Sumberdaya, walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten tetapi apabila implementator kekurangan sumberdaya untuk melaksanakannya maka implmntasi tidak akan berjalan efektif, (3) Disposisi, yakni watak dan karekteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, (4) Struktur Organisasi, terlalu panjangnya struktur organisasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks.

Gambar 1.1. Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III

23

Subarsono,AG. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, Dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Hal.92

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi Disposisi


(23)

B. Kebijakan merupakan suatu keputusan yang diambil oleh sebuah lembaga yang didasarkan atas informasi yang diperoleh dari berbagai fakta dan data yang diperoleh, yang nantinya digunakan untuk pemecahan atas masalah-masalah atau fenomena yang ditemukan di lapangan. Namun Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri, dimana kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan, dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.24

Bantuan langsung tunai (BLT) merupakan bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk rumah tangga sasaran (RTS) yakni rumah tangga yang masuk dalam kategori sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Program ini dikucurkan pemerintah sebagai perlindungan sosial (social protection) bagi

C. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan (non-income factors) seperti akses kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi

D. Bantuan Langsung Tunai

24


(24)

masyarakat miskin untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan penyesuaian kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak.

Tujuan dari program BLT bagi RTS dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah: 1) Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya; 2) Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi; 3) Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

1.8 Defenisi Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, yang dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel

Operasional Variabel

Komponen Operasional Variabel

Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dalam Penanganan Kemiskinan Akibat Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak.

1. Konsep Keadilan

Konsep keadilan yang melihat sinkronisasi program BLT dalam menangani kemiskinan akibat dampak kenaikan bahan bakar minyak.

2. Sikap Masyarakat


(25)

Implementasi kebijakan dalam memenuhi kebutuhan akibat dampak kenaikan BBM.

3. Tingkat Keberhasilan

Pendapat masyarakat mengenai program BLT untuk melihat tingkat keberhasilan pemerintah dalam menangani dampak kenaikan BBM sesuai dengan perencanaan program yang ditentukan.

Maka untuk menghindari pengertian yang meluas pada variabel yang telah dioperasionalkan, maka disusun defenisi batasan terhadap hal-hal yang akan dijadikan pembahasan dalam penelitian, yakni Menurut Stanfort Laboltitz dan Robert Hagerdon, defenisi operasional adalah perincian dari prosedur-prosedur yang dapat diobservasi, yang digunakan untuk mendefenisikan apa yang dimaksud kata yang didefenisikan (Laboltitz, 1984 :33). Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa defenisi defenisi operasional adalah penjabaran lebih lanjut dari konsep-konsep yang telah dikelompokkan menjadi variabel.

Berangkat dari pemahaman di atas maka yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Efektifitas yaitu apakah hasil yang diinginkan telah tercapai sesuai dengan perencanaan program yang ditentukan sebelumnya


(26)

2. Efesiensi yaitu apakah tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan program tersebut menggunakan sumber daya secara optimal.

3. Kecukupan yaitu seberapa jauh hasil yang dicapai dan yang diinginkan dapat memecahkan permasalahan masyarakat.

4. Perataan yaitu apakah hasil atau manfaat program dirasakan dan didistribusikan secara merata kepada kelompok yang berbeda. 5. Responsivitas yaitu apakah hasil program memuaskan kebutuhan,

preferensi atau nilai kelompok –kelompok tertentu.

6. Ketepatan yaitu apakah hasil atau tujuan yang diinginkan dalam pelaksanaan program benar-benar bermakna atau bernilai.

1.9 Metode Penelitian 1.9.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian dengan format deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau variabel yang timbul dari keadaan subjek atau objek penelitian (individu, lembaga, masyarakat) berdasarkan apa yang terjadi.25

25

Burhan Burngin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2005, hal.36

Tujuan penelitian deskriptif untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta, sifat serta hubungan antar peristiwa yang diselidiki. Dari berita dan dokumen yang berasal dari sumber data, kemudian akan dianalisis, dengan kata lain penelitian dilakukan dengan cara


(27)

mengembangkan konsep dan menghimpun data-data serta fakta-fakta yang ada kemudian melakukan analisis terhadap data-data dan fakta-fakta tersebut.26

Populasi adalah keseluruhan unit analisi, yaitu objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu peneltian, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

1.9.2 Populasi

27

Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keselururahan dari populasi yang diwakilinya. Untuk itu maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik sampel diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%.

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mendapat bantuan langsung tunai dari pemerintah khususnya Kota Medan Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang. Mereka berjumlah 576 orang. Dan kepala pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan yang merupakan bagian dari struktur organisasi yang menjalankan program BLT tersebut

1.9.3 Sampel

28

26

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, (editor), Metode Penelitian Survey, edisi revisi, Jakarta:LP3ES, 1989, hal.4

27

Bungin,Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta:Kencana, 2005, hal.101

28

Arikunto, Suharsimi,Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu Pendekatan Prakrik, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006,hal.134


(28)

besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, maka : 10% x 576 orang = 57,6 orang, dan di bulatkan menjadi 58 orang.

1.9.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan fakta-fakta dalam rangka pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah yakni pengamatan baik dengan dialog atau terjun langsung ke lokasi dengan cara wawancara dan pengumpulan data dengan memakai kuisioner tentang masalah yang diteliti dengan responden penerima BLT dan juga yang memiliki pengetahuan tentang masalah penelitian baik terhadap institusi pemerintahan yang secara langsung terlibat dalam pengentasan kemiskinan; seperti badan pusat statistik, pemerintahan daerah/kota atau jajaran yang merupakan representatif dari badan perencanaan pembangunan dalam pengentasa kemiskinan selain itu Kepala Pemerintahan tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Pengumpulan dengan memakai kuesioner, yaitu dimaksudkan untuk mendapat informasi tambahan dan data yang relavan dari informasi yang telah didapatkan dari wawancara, hal ini dilakukan melalui daftar pertanyaan yang diajukan.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder, yaitu kepustakaan (library research methods) dengan mengumpulkan literatur, buku, kamus, jurnal, artikel, dokumen resmi negara dan juga didapat dari akses internet serta sumber bacaaan yang relevan dan mendukung penelitian.

1.9.5 Teknik Analisis Data

Analisis data menunjukan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif. Dimana data


(29)

yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Analisa Tabel Tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi atau persentase.

Analisa Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. Penelitian ini menganalisis kegiatan dalam pengimplementasian program pengentasan kemiskinan tersebut, yang dapat dilihat dari berbagai masalah dalam kemiskinan di Kota Medan khususnya di Kelurahan Asam Kumbang, kebijakan atau program seperti Program Bantuan Langsung Tunai yang disusun dalam upaya pengentasan kemiskinan, dan bagaimana hasil yang akan dicapai dalam susunan kebijakan tersebut.

Teknik analisa data yang akan dilakukan adalah dengan cara menyusun, menguraikan dan mengurutkan data yang akan diperoleh dengan membagi variabel penelitian ke dalam sejumlah frekuensi dan persentase untuk kemudian diinterpretasikan dengan cara memaparkan data-data yang telah diperoleh tersebut dengan kata-kata secara jelas dan terperinci untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan secara jelas dan terperinci. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Data hasil wawancara dipilih (editing), karena data yang diperoleh dari lapangan sifatnya sangat luas dan tidak semua data tersebut dapat mendukung tujuan penelitian.

2. Data hasil kuisioner dikelompokkan, disusun dan masukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi sesuai dengan kategori masing-masing.


(30)

1.10 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Pada pendahuluan berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori , Defenisi Konsep, Defenisi Operasional, Metodologi Penelitian yang digunakan dan Sistematika Penulisan

BAB II PROSES PENYALURAN KEBIJAKAN PROGRAM

BANTUAN LANGSUNG TUNAI DALAM PENANGANAN

KEMISKINAN DI KOTA MEDAN KHUSUSNYA

KELURAHAN ASAM KUMBANG

Bab ini akan memberikan gambaran secara mendalam tentang sasaran program penanganan kemiskinan dan latar belakang terbentuknya program Bantuan Langsung Tunai serta hal yang mendukung proses pengimplementasian program Bantuan Langsung Tunai sebagai kompensasi pengurangan subsidi BBM sebagai perwujudan kepedulian Indonesia dalam penanggulangan kemiskinan.

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DALAM PENANGANAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN KHUSUSNYA KELURAHAN ASAM KUMBANG Bab ini berisi penyajian data dan analisa data yang diperoleh dari pengumpulan data. Dan berusaha menganalisa sejauh mana keberhasilan program Bantuan Langsung Tunai dalam


(31)

mengimplementasikan komitmen negara dalam penanganan kemiskinan akibat dampak kenaikan harga BBM.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan analisis yang diperoleh dari seluruh hasil penelitian yang dilakukan.


(32)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM

PENANGANAN KEMISKINAN

(

Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)

OLEH:

BIMBY HIDAYAT 040906059

DOSEN PEMBIMBING : MURYANTO AMIN S.SOS. MSI DOSEN PEMBACA : INDRA KESUMA NST.S.IP. MSI

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(33)

ABSTRAKSI

NAMA : BIMBY HIDAYAT

NIM : 040906059

JUDUL :IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

(

Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)

Masalah kemiskinan baik di Indonesia khususnya Kota Medan masih terus menuntut pemerintah untuk menemukan program yang benar dan tepat untuk menangani masalah kemiskinan tersebut, hal ini ditandai dengan masih meningkatnya jumlah masyarakat miskin akibat dampak kenaikan bahan bakar minyak/BBM di seluruh penjuru Indonesia. Tanpa disadari, dampak dari permasalahan ini akan sangat berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan Instruksi Presiden R.I Nomor 3 tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM, membuktikan bahwa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono saat itu masih memberikan perhatian pada permasalahan kemiskinan. Kemiskinan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan dan sekaligus merupakan hak azazi manusia yang fundamental dan harus dapat teratasi, karena kondisi kemiskinan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi, hukum dan politik.

Sikap konsisten pemerintah terhadap penanganan kemiskinan juga dibuktikan dengan menjadi salah satu dari 189 negara yang ikut menandatangani Deklarasi Millenium pada Sidang Khusus Majelis Umum PBB Nomor 55/2 (Millenium Development Goals ) pada 8 September 2000, yang mana mengharuskan negara – negara penandatangan membuat mekanisme tujuan dan target beserta indikatornya untuk mengukur dan menilai kemajuan pelaksanaan komitmen serta membuat instrumen monitoring dan evaluasi yang disertai penyediaan data yang memadai.

Instruksi Presiden Tentang Pelaksanaan Program BLT oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam menangani kemiskinan akibat dampak kenaikan bahan bakar minyak tersebut. Terciptanya harmonisasi dan kerjasama yang baik antara Departemen Sosial, Dinas/Instansi Sosial Provinsi, Kabupaten/ Kota, Camat bahkan hingga Pemerintahan Desa/Kelurahan disamping organisasi pelaksana lainnya diharapkan mampu membuat instrumen pengimplementasian, monitoring dan evaluasi yang disertai penyajian data yang memadai, sehingga terdapat data yang seragam dalam memperhitungkan tingkat keberhasilan dari program


(34)

tersebut dan juga untuk mengetahui anggaran penanggulangan untuk selanjutnya diajukan pada DPR yang akan disyahkan dalam APBN.

Implementasi BLT pada tahun 2008 untuk Rumah Tangga Sasaran di Kota Medan dapat terealisasikan dengan adanya dukungan bersama-sama masyarakat untuk turut mendukung dan menyukseskan pelaksanaanya di lapangan.


(35)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1.1. Kasus AIDS Terbanyak Berdasarkan Propinsi

sampai Desember 2006 ... 19 Diagram 1.2. Angka Kasus HIV di Indonesia Tahun 2001-2006 ... 20 Diagram 3.1. Data Penderita HIV/AIDS di Kota Medan Tahun 2007


(36)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Faktor Penentu Implementasi Menurut Edward III ... 11 Gambar 2.1. Perkiraan Jumlah Pengidap HIV/AIDS Dewasa dan

Anak-anak Dunia Akhir Tahun 2001... 35 Gambar 2.2. Infeksi Baru HIV di Thailand ... 37


(37)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Anggaran Nasional untuk HIV/AIDS Tahun 2003-2004

dalam Dollar AS ... 22 Tabel 2.1. Partisipasi Indonesia dalam penanggulangan HIV/AIDS ... 61 Tabel 3.1. Jumlah Akumulatif HIV/AIDS Berdasarkan Kabupaten/Kota Propinsi

Sumatera Utara sampai dengan Desember 2006 ... 77 Tabel 3.2. Proses Implementasi Program


(38)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan. Nama : BIMBY HIDAYAT NIM : 040906059

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Implementasi Kebijakan Publik Dalam Penanganan Kemiskinan ( Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan )

Medan, Januari 2009

Menyetujui

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(MURYANTO AMIN S.SOS. MSI) (WARJIO SS, MA)

NIP : 131 485 245 NIP : 132 316 810

Ketua Departemen

(Drs. HERI KUSMANTO, MA)

NIP : 132 215 084

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(Prof. Dr. M. ARIF NASUTION, MA)


(39)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 8 1.3 Pembatasan Masalah 10 1.4 Tujuan Penelitian 10 1.5 Manfaat Penelitian ... 11 1.5.1 Manfaat Teoritis... 11 1.5.2 Manfaat Praktis... 11 1.5.3 Manfaat Akademis... 12 1.6 Kerangka Teori 12

1.6.1 Teori Kebijakan Publik... 13 1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik 14 1.6.3 Pembangunan dan Kemiskinan... 17 1.7 Defenisi Konsep... 21 1.8 Defenisi Operasional... 24 1.9 Metodologi Penelitian 26 1.9.1 Jenis Penelitian... 26 1.9.2 Populasi... ... 27 1.9.3 Sampel ... 27 1.9.4 Teknik Pengumpulan Data... 28 1.9.5 Teknik Analisa Data 28 1.10 Sistematika Penulisan ... 30


(40)

BAB II SASARAN DAN PROSES PENYALURAN KEBIJAKAN PROGRAMBANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM

PENANGANANKEMISKINAN DI KOTA MEDAN

2.1 Sasaran Program Penanganan Kemiskinan 32 2.2 Program Bantuan Langsung Tunai 32 2.3 Kerangka Konsep Program BLT 37 2.4 Kriteria Keluarga Penerima BLT 40

2.4.1 Klasifikasi kemiskinan 40 2.4.2Kriteria Rumah Tangga Miskin 41 2.5Proses Mekanisme dan Tahapan Penyaluran (BLT)... 44 2.6Organisasi Pelaksana Penyaluran Dana BLT-RTS... 49 2.7 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Program BLT... . 60

2.7.1 Korelasi Kebijakan Program BLT dan

Penangan Kemiskinan………... . 64 2.7.2 OperasionalVariabel

Dalam Implementasi Program BLT... ... . 66

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM BLT DALAM PENANGANAN KEMISKINAN DI KOTA MEDAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 67 3.2 Gambaran Umum Wilayah Asam Kumbang... 67 3.3 Pemerintahan Asam Kumbang... 77 3.4 Objek Penelitian Penerima BLT... 79 3.5 Implementasi Program BLT di Kelurahan Asam Kumbang …... 85

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan dan Saran 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(41)

ABSTRAKSI

NAMA : BIMBY HIDAYAT

NIM : 040906059

JUDUL :IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

(

Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)

Masalah kemiskinan baik di Indonesia khususnya Kota Medan masih terus menuntut pemerintah untuk menemukan program yang benar dan tepat untuk menangani masalah kemiskinan tersebut, hal ini ditandai dengan masih meningkatnya jumlah masyarakat miskin akibat dampak kenaikan bahan bakar minyak/BBM di seluruh penjuru Indonesia. Tanpa disadari, dampak dari permasalahan ini akan sangat berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan. Berdasarkan Instruksi Presiden R.I Nomor 3 tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM, membuktikan bahwa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono saat itu masih memberikan perhatian pada permasalahan kemiskinan. Kemiskinan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan dan sekaligus merupakan hak azazi manusia yang fundamental dan harus dapat teratasi, karena kondisi kemiskinan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi, hukum dan politik.

Sikap konsisten pemerintah terhadap penanganan kemiskinan juga dibuktikan dengan menjadi salah satu dari 189 negara yang ikut menandatangani Deklarasi Millenium pada Sidang Khusus Majelis Umum PBB Nomor 55/2 (Millenium Development Goals ) pada 8 September 2000, yang mana mengharuskan negara – negara penandatangan membuat mekanisme tujuan dan target beserta indikatornya untuk mengukur dan menilai kemajuan pelaksanaan komitmen serta membuat instrumen monitoring dan evaluasi yang disertai penyediaan data yang memadai.

Instruksi Presiden Tentang Pelaksanaan Program BLT oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam menangani kemiskinan akibat dampak kenaikan bahan bakar minyak tersebut. Terciptanya harmonisasi dan kerjasama yang baik antara Departemen Sosial, Dinas/Instansi Sosial Provinsi, Kabupaten/ Kota, Camat bahkan hingga Pemerintahan Desa/Kelurahan disamping organisasi pelaksana lainnya diharapkan mampu membuat instrumen pengimplementasian, monitoring dan evaluasi yang disertai penyajian data yang memadai, sehingga terdapat data yang seragam dalam memperhitungkan tingkat keberhasilan dari program


(42)

tersebut dan juga untuk mengetahui anggaran penanggulangan untuk selanjutnya diajukan pada DPR yang akan disyahkan dalam APBN.

Implementasi BLT pada tahun 2008 untuk Rumah Tangga Sasaran di Kota Medan dapat terealisasikan dengan adanya dukungan bersama-sama masyarakat untuk turut mendukung dan menyukseskan pelaksanaanya di lapangan.


(43)

BAB II

SASARAN DAN PROSES PENYALURAN KEBIJAKAN

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM

PENANGANAN KEMISKINAN

2.1 Sasaran Program Penanganan Kemiskinan

Penanganan kemiskinan tetap menjadi fokus utama pemerintah di tengah gejolak kenaikan harga minyak dunia (BBM). Pemerintah telah menetapkan beberapa program penanganan kemiskinan terbagi ke dalam tiga kluster, sesuai karakteristik sasaran dapat kita lihat seperti;

1. Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran

Sasaran 19,1 juta RTS/Rumah Tangga Sasaran (Raskin, BLT, PKH, BOS, JAMKESMAS) termasuk pemberian layanan khusus bagi 3,9 juta RTSM.

2. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Program-program yang tergabung dalam PNPM. Fokus: 5.270 kecamatan dalam bentuk: Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp.3 Milyar/kec./tahun.

3. Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Sasaran: pelaku usaha mikro dan kecil. Penyaluran KUR; diarahkan untuk kredit Rp.5 juta ke bawah. Plus: penyaluran program pendanaan.29

Di tengah perjalanan menuju masa membangun, negara Indonesia dihadapi dengan permasalahan krisis perekonomian dunia. Dimana krisis perekonomian ini

2.2 Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

29


(44)

menyangkut pada masalah yang sangat vital yakni bahan bakar minyak yang disingkat dengan BBM. Kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga BBM pada bulan Maret rata-rata 29 persen dan Oktober tahun 2005 hingga mencapai 126% dan pada tahun 2008 membuat masyarakat menjadi gelisah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari. Dampak dari kebijakan tersebut dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang berada pada garis kemiskinan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2004-2009 pemerintah akan menargetkan pengurangan angka kemiskinan dari 18,2 persen tahun 2002 menjadi 8,2 persen tahun 2009. Adapun angka pengangguran terbuka diharapkan turun dari 8,1 persen tahun 2002 menjadi 6 persen tahun 2009. Dengan kenaikan harga pangan dan BBM, orang miskin berpotensi meningkat sebesar 15 persen, atau tambahan 19,01 juta jiwa lebih (sehingga total orang miskin mencapai 56,6 juta jiwa) pada tahun ini;sementara tambahan pengangguran terbuka baru bisa mencapai 18,61 jiwa sehingga total pengangguran terbuka mencapai 29,94 juta jiwa.30

30

Surat kabar Kompas, 19 Mei 2008;06

Namun demikian, rencana pembangunan pemerintah yang dibuat harus sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Ternyata di tengah kondisi Indonesia yang mengalami krisis perekonomian yang berkaitan dengan dunia Internasional memaksa pemerintah untuk membuat kebijakan dengan menaikkan harga BBM sebanyak dua kali dalam setahun pada tahun 2005 setinggi 29 % dan 126 % pada bulan Maret dan Oktober.


(45)

Krisis harga minyak dunia menyebabkan naiknya harga minyak dunia hingga mencapai 72,4 dollar AS perbarel menciptakan dilema bagi pemerintah. Menurut Bambang Heru dalam tulisannya menyebutkan bahwa ada dua kelompok yang pro dan kontra terhadap naikknya harga BBM. Kelompok pertama adalah mereka yang menikmati pertumbuhan ekonomi dan agak tidak peduli dengan inflasi. Kelompok kedua, mereka yang berpenghasilan tidak tetap, bahkan tak menentu, sedikit tersentuh pertumbuhan ekonomi, dan rentan kenaikkan harga bahan bakar pokok. Jika dilakukan voting, kata Bambang maka yang menang adalah kelompok kedua. Namun, pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan alasan pemerintah tidak sanggup mensubsidi BBM karena akan terjadi defisit pada APBN.

Keputusan kenaikkan harga BBM pada tahun 2005 dan bulan Juni tahun 2008 yang secara otomatis diikuti oleh naikknya harga kebutuhan barang pokok membuat gelisah kelompok kedua yang dijelaskan diatas yang merupakan sebagian besar pada kelas menengah kebawah dan berada pada garis kemiskinan selain itu mengakibatkan masyarakat miskin tersebut akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar dan warga masyarakat miskin akan terkena dampak sosial semakin menurun taraf kesejahteraannya atau menjadi miskin. Maka dari itu, seiring dengan naikknya harga BBM yang pastinya akan membawa dampak, pemerintah perlu mereview kebijakan tentang subsidi BBM, sehingga subsidi yang selama ini dinikmati juga oleh golongan masyarakat mampu dialihkan untuk golongan masyarakat miskin dan membuat suatu program sebagai kompensasi dari kenaikkan harga BBM sebagai subsidi bagi masyarakat miskin. Untuk itu diperlukan program perlindungan sosial bagi


(46)

masyarakat miskin dalam bentuk program kompensasi (compensatory program) yang sifatnya khusus (crash program) atau program jaring pengaman sosial (social safety net)31

- Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan selama satu tahun, dan setiap tahap diberikan Rp.300.000,-/3 bulan. Sasarannya Rumah Tangga

, program kompensasi inilah yang disebut dengan Kompensasi Bantuan Langsung Tunai.

Program ini merupakan bentuk bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin. Program tersebut berupa bantuan subsidi langsung tunai tanpa adanya syarat kepada rumah tangga miskin. Pada tahun 2005 dan 2006 pemerintah melaksanakan skema program PKPS (Progam Kompensasi Pengurangan Subsidi)-BBM yang meliputi:

a. PKPS BBM Tahap I :

- Bidang pendidikan, yang diarahkan untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun melalui pemberian bantuan operasional sekolah (BOS) dan bantuan khusus murid (BKM).

- Bidang kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui system jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan penunjang lainnya. - Bidang infrastruktur perdesaan, diarahkan pada penyediaan infrakstruktur di desa-desa tertinggal (jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa sederhana dan penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan.

b. PKPS BBM Tahap II :

31


(47)

Sasaran sejumlah 19,1 juta sesuai hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Departemen Sosial yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan32

Dan dapat kita lihat Realisasi bayar di Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan bantuan langsung tunai (BLT) 2008 tahap I dengan alokasi BLT terhadap Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak 83.525 dengan distribusi kartu (RTS) sebanyak 82.258 dan realisasi pembayaran untuk Rumah Tangga Sasaran sebesar Rp.24.351.300.000 sebanyak 81.171 RTS. Untuk tahap II, alokasi BLT (RTS) 83.525, distribusi kartu (RTS) 82.258, realisasi bayar sebesar Rp. 32.215.600.000 sebanyak 80539 RTS.

.

Pada pelaksanaanya, pada tahun 2005 dan sekarang pada tahun 2008 pemerintah melanjutkan skema program PKPS BBM tersebut dari bulan Juni s.d Desember 2008 dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada Rumah Tangga Sasaran (unconditional cash transfer) sebesar Rp.100.000,- per bulan selama 7 bulan, dengan rincian diberikan Rp.300.000,-/3 bulan (Juni-Agustus) dan Rp.400.000,-/4 bulan (September-Desember).

33

Kompensasi ini dikeluarkan oleh pemerintah dengan anggapan bahwa menghadapi masyarakat miskin selayaknya tidak dengan program yang sifatnya

hit and run, harus dengan program yang mampu memenuhi kebutuhan dasar secara berkelanjutan dan mendorong mereka untuk mendayagunakan potensi dan sumber yang dimilikinya (empowering). Namun pada sisi lain pemerintah juga berkewajiban memberikan perlindungan sosial (social protection) bagi masyarakat miskin untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan penyesuaian

32Ibid , hal.5


(48)

harga BBM atau dalam keadaan adanya kebijakan/program penyesuaian secara struktural akan mempengaruhi masyarakat luas (Structural Adjusment Program/SAPs). Karena itu program BLT-RTS dalam rangka PKPS BBM diselenggarakan dalam kerangka kebijakan perlindungan sosial (social protection) melalui asistensi sosial (social assistance)34

34Ibid, Hal.6

.

Dalam perkembangannya, komitmen nasional pemerintah adalah mewujudkan pelaksanaan Program Bantuan langsung Tunai dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM, harus langsung menyentuh dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat miskin, mendorong tanggung jawab sosial bersama serta dapat menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat terhadap perhatian pemerintah kepada masyarakat miskin.

2.3 Kerangka Konsep Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Kemiskinan adalah masalah yang masih terus dihadapi oleh bangsa kita. Barbagai upaya penanggulangan yang dibuat oleh pemerintah melalui program belum dapat menghasilkan secara maksimal untuk menyelesaikan masalah ini. Meskipun demikian pemerintah berusaha untuk mensejahterakan masyarakat miskin di Indonesia dengan berbagai program, adapaun salah satu programnya adalah penyaluran Bantuan Langsung Tunai tanpa syarat kepada keluarga miskin. Adapun kerangka konsep program bantuan langsung tunia (BLT) tersebut;

a. Tujuan Program bantuan Langsung Tunai

Tujuan dari program Bantuan Langsung Tunai bagi Rumah Tangga Sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah;


(49)

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

b. Sasaran

Penerima bantuan langsung tunai adalah Rumah Tangga Sasaran sebanyak 19,1 Juta RTS hasil pendataan oleh BPS, yang meliputi Rumah Tangga Sangat Miskin (poorest), Rumah Tangga Miskin (poor) dan Rumah Tangga Hampir Miskin (near poor)35

35

Instruksi Presiden RI No.3 tahun 2008, Tentang Pelaksanaan Program BLT untuk Rumah Tangga Sasaran.

di seluruh wilayah Indonesia.

c. Dasar Hukum

Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga sasaran tersebut didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran.

Untuk menjelaskan bagaimana alur dari pelaksanaa dari penelitian ini dapat dilihat melalui skema/tabel I berikut;


(50)

Tabel I

Kerangka Konsep BLT

Maka dalam defenisi konsep di atas, menjelaskan bahwa pelaksanaan program bantuan langsung tunai merupakan suatu kegiatan atau pelaksanaan sebagai usaha yang diarahkan untuk meningkatkan akses keluarga miskin terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dalam hal harga dan ketersediaanya guna meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin. Dan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud adalah proses peningkatan mutu dan dan taraf kesejahteraan keluarga36

36Ibid

.

Program BLT :

1. Subsidi langsung kepada masyarakat miskin 2. Jumlah subsidi sebesar Rp. 300.000/3 bulan 3. Waktu pelaksanaan tahap I tahun 2005 dan

Tahap II tahun 2008

Tujuan Pelaksanaan Program :

- Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

- Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

- Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.


(51)

2.4 Kriteria Keluarga Penerima BLT

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang berlaku. Saat ini sudah cukup banyak ukuran dan standar yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan.

Kriteria mereka yang berhak menerima BLT meliputi masyarakat sangat miskin, miskin, dan mendekati miskin (near poor) berdasarkan definisi konsumsi kalori atau pengeluaran37

1. Miskin sekali, jika konsumsi perkapita pertahun sebesar 75% dari nilai total konsumsi sembilan bahan pokok yang ditetapkan;

.

2.4.1 Klasifikasi kemiskinan

Klasifikasi kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria adalah sebagai berikut :

2. Miskin, jika konsumsi per kapita per tahun sebesar 75% - 125% dari nilai total konsumsi sembilan bahan pokok yang ditetapkan

3. Hampir miskin, jika konsumsi per kapita per tahun sebesar 125% - 200% dari nilai total konsumsi sembilan bahan pokok yang ditetapkan.

Standar kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria dalam Nawawi (1997), adalah berdasarkan konsumsi sembilan bahan pokok yang dihitung berdasarkan harga setempat. Standar kebutuhan minimum perorang per bulan : 100 kg beras, 60 liter minyak tanah, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 4 meter tekstil kasar, 6 kg minyak goreng, 2 meter batik kasar dan 4 kg garam.

37

Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Untuk Rumah Tangga Sasaran


(52)

Jumlah mereka yang berhak mendapat BLT ini mencapai 62 juta orang (19,1 juta KK) atau 28 persen dari total jumlah penduduk. Oleh BPS, kriteria rumah tangga miskin ini dirinci lagi menjadi 14 variabel yang diperoleh dari hasil kajian selama bertahun-tahun.

2.4.2 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Biro Pusat Statistik

Tabel 2 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Biro Pusat Statistik Dalam penyaluran BLT, juga harus mempertimbangkan beberapa kriteria yang berhak mendapatkan program tersebut, sehingga program yang dikucurkan benar-benar tepat sasaran. Kriteria ini dipergunakan sebagai standarisasi masyarakat yang berhak menerima kompensasi BBM dan klasifikasi atau kriteria sebagai rumah tangga miskin ini dapat kita lihat dalam tabel berikut;

No. Variabel Kriteria Rumah Tangga Miskin

1. Luas lantai bangunan tempat

tinggal Kurang dari 8 m² per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat

tinggal Tanah/bamboo/kayu murahan

3. Jenis dinding tempat tinggal Bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester

4. Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain

5. Sumber penerangan rumah

tangga Bukan listrik

6. Sumber air minum Sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan

7. Bahan bakar untuk memasak

sehari-hari Kayu bakar/arang/minyak tanah

8. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu

Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam seminggu


(53)

8. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu

Tidak pernah mengkonsumsi/hanya satu kali dalam seminggu

9. Pembelian pakaian baru untuk setiap art dalam setahun

Tidak pernah membeli/hanya membeli satu stel dalam setahun

10. Makanan dalam sehari untuk

setiap art Hanya satu kali makan/dua kali makan dalam sehari

11.

Kemampuan membayar untuk berobat ke

Puskesmas/Poliklinik

Tidak mampu membayar untuk berobat

12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Petani dengan luas lahan 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 perbulan

13. Pendidikan tertinggi kepala

keluarga Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD

14. Pemilikan asset/tabungan

Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya

Sumber : BPS 200538

1). Keluarga Sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum mereka tetapi belum memenuhi kbutuhan sosial Selain itu, BKKBN mengambil keluarga batih (nuclear family) sebagai unit pengertian, namun tidak menggunakan konsep kemiskinan, melainkan konsep kesejahteraan. Konsep kesejahteraan di sini jelas terkait dengan taraf hidup dan garis kemiskinan. Dengan sejumlah indikator yang dibuat oleh BKKBN, klasifikasi keluarga terdiri dari:

38


(54)

dan psikologis sepeti interaksi keluarga, intaraksi bertetangga dan pekerjaan-pekerjaan yang menentukan standar kehidupan yang baik.

2). Keluarga Sejahtera tahap II. Ditujukan dengan anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur, sekali seminggu keluarga makan daging, ikan/telur. Setiap akhir tahun paling sedikit memperoleh satu stel pakaian baru, luas rumah paling kurang 8 m untuk setiap penghuni. Kesehatan keluarga baik, memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin. Anak umur 7-15 tahun bersekolah dan yang telah memiliki 2 anak atau lebih memakai alat kontrasepsi.

3). Keluarga Sejahtera tahap III. Ditujukan dengan anggota keluarga berusaha meningkatkan pengetahuan agama, sebagian penghasilan keluarga ditabung, makanan empat sehat lima sempurna dan keluarga makan bersama sehari dalam sekali serta dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Ikut dalam kegiatan di masyarakat tempat tinggal, rekreasi minimal enam bulan sekali, mendapat informasi dari surat kabar, TV, radio, majalah dan anggota keluarga mampu menggunakan transportasi setempat.

4). Kelurga Sejahtra IIII plus. Di samping ditujukan dengan keadaan keluarga seperti keluarga sejahtera tahap III, juga ditambah dengan keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial dan ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.


(55)

SKEMA PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) KEPADA RUMAH TANGGA SASARAN (RTS)

BRI Pencetakan Kartu BLT oleh Posindo Database RTS 2005/2006 (BPS) 19,1 juta Pengiriman data ke Posindo Penyediaan Dana BLT oleh Depsos Kantor Pos Pengiriman Kartu

BLT ke Kantor Pos seluruh Indonesia Data Update 1000 Kec (PKH) Pengecekan kelayakan daftar

RTS di tingkat desa/kelurahan

Pembagian Kartu BLT kepada RTS oleh Petugas

Pos dibantu aparat desa/kelurahan

Updating awal database RTS

oleh BPS – Hasil Verifikasi

pembagian kartu

Updating lapangan, verifikasi dan evaluasi RTS oleh Petugas

BPS dan mitra, serentak di seluruh Indonesia

Hasil akhir Database RTS –

Tahun 2008 Penajaman Sasaran :

1. Program BLT 2. Program Raskin

3. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat/ Askeskin 4. Program Keluarga Harapan 5. Program BOS

6. Program PNPM Ketentuan :

1. Membatalkan/menahan kartu bagi RTS yang pindah, meninggal dunia (tanpa ahli waris), tidak berhak

(inclusion error).

2. Kartu yang dibatalkan boleh diberikan kepada rumah tangga yang

berhak/layak (exclusion error), tidak melebihi dari yang dibatalkan. 3. Rumah tangga pengganti harus sama

atau lebih miskin dari rumah tangga yang telah dinyatakan layak. 4. Jumlah kuota kartu per

desa/kelurahan harus tetap/berkurang (total Nasional ≤ 19,1 juta)

5. Daftar RTS yang dibatalkan dan penambahan kartu RTS baru

dimusyawarahkan dalam rembug desa dan harus dilegalisir oleh

Kades/Lurah.

Pencairan BLT oleh RTS


(56)

2.5 Proses Mekanisme dan Tahapan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS)

Secara umum, tahapan yang dilaksanakan berkaitan dengan penyaluran dan BLT adalah:

1. Sosialisasi Program Bantuan Langsung Tunai, dilaksanakan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika Departemen Sosial, bersama dengan Kementerian/Lembaga di Pusat bersama-sam pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Aparat Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Karang Taruna, Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA), pekerja sosial masyarakat (PSM), tokoh agama dan tokoh masyarakat).

2. Penyiapan data Rumah Tangga Sasaran dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS Pusat). Daftar nama dan alamat yang telah tersedia disimpan dalam system database BPS, Departemen Sosial dan PT Pos Indonesia.

3. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran dari BPS Pusat ke PT Pos Indonesia.

4. Pencetakan kartu Kompensasi BBM (KKB) berdasarkan data yang diterima oleh PT Pos Indonesia.

5. Penandatangan KKB oleh Menteri Keuangan RI. 6. Pengiriman KKB ke kantor Pos seluruh Indonesia.

7. Pengecekan kelayakan daftar RTS di tingkat desa/kelurahan.

8. Penerima Program Keluarga Harapan juga akan menerima BLT, sehingga dimasukan sebagai RTS yang masuk dalam daftar.


(57)

9. Pembagian KKB kepada RTS oleh Petugas Pos dibantu aparat desa/kelurahan, tenaga kesejahteraan masyarakat, serta aparat keamanan setempat jika diperlukan.

10.Pencairan BLT oleh RTS berdasarkan KKB di kantor Pos atau di lokasi-lokasi pembayaran yang telah ditetapkan untuk daerah-daerah yang terpencil/sulit menjangkau kantor pos. Terhadap Kartu Penerima dilakukan pencocokan dengan daftar penerima (dapem), yang kemudian dikenal sebagai Kartu Duplikat.

11.Pembayaran terhadap penerima KKB dilakukan untuk periode Juni s.d Agustus sebesar Rp.300.000,- dan periode September s.d Desember sebesar Rp.400.000,-. Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi kewenangan dari PT Pos Indonesia.

12.Jika kondisi penerima KKB tidak memiliki identitas sebagai persyaratan kelengkapan verifikasi proses bayar, maka proses bayar dilakukan dengan verifikasi bukti diri yang sah (KTP,SIM,Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari Kelurahan, dan lain-lain).

13.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLT oleh tim terpadu. Pelaporan bulanan oleh PT Pos Indonesia kepada Departemen Sosial39 Adapun mekanisme dan tahapan administrasi diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerjasama antar Depsos, PT Pos Indonesia dan PT BRI, serta Peraturan Dirjen Perbendaharaan.

.

Penerima BLT adalah orang per orang yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Penerima yang dalam hal ini

39

Petunjuk Teknis Penyaluran BLT untuk Rumah Tangga Sasaran dalam rangka Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM), Departemen Sosial Ri


(58)

diwakili oleh kepala keluarga, menerima Kartu Kompensasi BBM dari Badan Pusat Statistik Kota atau Kabupaten. Kartu Kompensasi BBM yang selanjutnya disebut dengan kartu asli, adalah kartu yang berisikan data penerima dan 2 (dua) buah carik (kupon). Carik (kupon), adalah lembar yang dapat dipertukarkan oleh pembawa atau pengunjuk kartu dengan senilai uang yang tertulis didalamnya. Kartu asli dianggap sebagai barang berharga, sehingga penyalahgunaan, kehilangan ataupun kerusakan Kartu asli menjadi tanggung jawab penerima dan oleh karena itu tidak dapat diganti.

Proses penguangan dilakukan di kantor pos yang telah ditunjuk, yang tertera pada kartu. Penguangan di kantor pos selain yang tertera pada kartu tidak dapat dilayani, kecuali terdapat masalah dengan prosedur distribusi kartu, maka kepada pemegang kartu akan dibuatkan berita acara dan proses pembayaran akan diselesaikan setelah proses berita acara dilakukan.

Kartu yang sah adalah kartu yang memenuhi spesifikasi teknis dan kelengkapan yang telah ditentukan. Secara umum spesifikasi teknis kartu adalah sebagai berikut:

• Memiliki logo Garuda Pancasila

• Ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati

• Ukuran Bidang Kartu 8,50 cm x 7 cm

• Ukuran Bidang carik(kupon) : (3,5 cm x 4,5 cm)


(59)

KARTU KOMPENSASI BBM

Keterangan di belakang kartu :

KARTU KOMPENSASI BBM

1. Diberikan sebagai kompensasi atas kenaikan BBM bagi rumah tangga miskin.

2. Satuan penerima subsidi adalah rumah tangga.

3. Kompensasi pengurangan subsidi BBM sebesar Rp. 100.000,- per bulan. 4. Pembayaran ke-I dilakukan untuk 3 bulan sebesar Rp. 300.000,-.

Pembayaran ke-II dilakukan untuk 4 bulan sebesar Rp. 400.000,-.

5. Penentuan penerima kompensasi adalah berdasarkan pendataan BPS (Badan Pusat Statistik).

6. Pemberian bantuan dilakukan di UPT (Unit Pelaksana Teknis) PT Pos Indonesia yang ditunjuk.

KETENTUAN

1. Kartu ini dianggap sah apabila memiliki ciri-ciri Kartu sesuai dengan ketentuan Pemerintah.

2. Kartu ini berharga uang, segala bentuk penyalahgunaan, kehilangan dan kerusakan Kartu menjadi tanggung jawab penerima Kartu.


(60)

3. Kartu ini dilengkapi 2 (dua) kupon, dan setiap kupon merupakan bukti pembayaran.

4. Kartu hanya dapat dibayarkan sesuai masa bayar dan lokasi Kantor Bayar yang ditetapkan.

5. Waktu pembayaran diatur oleh Kantor Bayar setempat .

6. Petugas berhak menolak membayarkan apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi.

Untuk proses penguangan kartu asli di kantor pos, maka pada saat pembawa atau pengunjuk kartu asli harus menunjukkan kondisi kartu asli dalam keadaan baik (tidak rusak) dan carik (kupon) tidak terpisah-pisah. Hanya petugas pembayar yang berhak memisahkan carik (kupon) yang dapat diuangkan. Petugas tidak berhak pula untuk memisahkan carik (kupon) yang belum dijadwalkan pembayarannya. Carik (kupon) tidak dapat diuangkan sekaligus, hanya dapat diuangkan satu-persatu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Tetapi bilamana carik(kupon) yang belum dibayarkan pada masa bayar sebelumnya, dapat dibayarkan bersamaan (sekaligus). Pembayaran dilakukan satu-persatu, tidak diperkenankan melakukan pembayaran secara kolektif (1 orang menguangkan lebih dari 1 kartu)40

Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai RTS adalah Departemen Sosial selaku Kuasa Pengguna Anggaran dibantu oleh pihak-pihak terkait yang

.

2.6 Organisasi Pelaksana Penyaluran Dana BLT-RTS

40


(1)

II. Berdasarkan Segi Efektifitas

“Penyaluran Program Bantuan Langsung Tunai atau BLT sebagai efektifitas program guna mengatasi kemiskinan akibat dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak”

9. Apakah Menurut Saudara Program Bantuan Langsung Tunai itu diperlukan ?”

1. Ya

2. Ragu-Ragu

3. Tidak 10

Alasan

……… ……… ……… ……… 10. Bagaimana pendapat anda dalam pemenuhan kebutuhan dengan adanya program penyaluran Bantuan Langsung Tunai ini?

Pertanyaan Ya Ragu – Ragu Tidak Apakah Menurut Saudara Program Bantuan

Langsung Tunai Tersebut Sesuai Diterapkan di Daerahnya.

11

Apakah Menurut Saudara Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut Sudah Tepat Sasaran

12

Apakah Menurut Saudara Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut Sudah Berhasil Mencapai Tujuan Seperti Apa yang Diharapkan


(2)

III. Berdasarkan Segi Efesiensi

”Implementasian Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk penanganan kemiskinan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan sebaik mungkin”

11. Bagaimana pendapat anda dalam pemanfaatan Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut, terhadap pernyataan berikut:

Pertanyaan Ya Ragu – Ragu Tidak Apakah Menurut Saudara Realisasi Program

Bantuan Langsung Tunai Tersebut Sudah Anda Gunakan Sebagaimana Mestinya

14

Apakah Menurut Saudara Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut Sudah Dilaksanakan Oleh Aparatur Pemerintah Dengan Seefesien Mungkin

Alasan: :

……… ……… ………

15

Apakah Menurut Saudara Penghapusan Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut Cukup Baik. Alasan:... ... ...


(3)

IV. Berdasarkan Segi Kecukupan

Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut Berguna Membantu Perekonomian Keluarga Miskin Dalam Memenuhi Akses Kehidupan

12. Bagaimana pendapat anda, terhadap pernyataan berikut;

Pertanyaan Ya Ragu – Ragu Tidak Apakah Menurut Saudara Program BLT

Tersebut Sangat Membantu Perekonomian Keluarga

17

Apakah Menurut Saudara Program BLT Tersebut Telah Mampu Memenuhi Kebutuhan Kesehatan Anda

18

Apakah Menurut Saudara Program BLT Tersebut Memebantu Modal Usaha Anda

19

Apakah Menurut Saudara Program BLT Tersebut Telah Mampu Memenuhi Kebutuhan Pangan Anda

20

Apakah Menurut Saudara Program BLT Tersebut Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Anda

21

Apakah Menurut Saudara Penerima Program Bantuan Cukup Puas Secara Keseluruhan


(4)

V. Berdasarkan Segi Perataan

”Implementasi Program BLT dalam penyaluran dengan menggunakan konsep perataan”

13. Bagaimana menurut Anda, terhadap pernyataan berikut;

Pertanyaan Ya Ragu – Ragu Tidak Apakah Menurut Saudara Sudah Terdapat Unsur

Keadilan Dalam Penerapan Program Tersebut

23

Apakah Menurut Saudara Program BLT Tersebut Benar-Benar Dapat Dirasakan Oleh Masyarakat Miskin Yang Ada di Daerah Anda

24

Apakah Menurut Saudara Ada Masyarakat yang Bukan Miskin Mendapat Program Bantuan Tersebut

25

VI. Berdasarkan Segi Responsivitas

Penyaluran Program Bantuan Langsung Tunai dimanfaatkan oleh masyarakat miskin sebagai wujud responsivitas dalam memenuhi kebutuhannya.

14. bagaimana menurut anda, terhadap pernyataan berikut;

Pertanyaan Kebutuhan Pangan

Untuk Kesehatan

Pendidikan Anak


(5)

Pertanyaan Baik Sekali

Cukup Sekali

Kurang Baik

Tidak Baik Bagaimana Menurut Saudara

Prosedur Pelayanan Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut

27

Pertanyaan Ya Ragu – Ragu Tidak Apakah Menurut Saudara Dalam Pelaksanaan

Program Bantuan Langsung Tunai Tersebut Sudah Terdapat Transfaransi Pengelolaan Dana

28

Apakah Menurut Saudara Ada faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Program Tersebut

29

VII. Berdasarkan Segi Ketepatan

Ketepatan Proses Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai dalam Penanganan Kemiskinan di Kota Medan

15. Bagaimana pendapat Anda, terhadap pernyataan berikut;

Pertanyaan Ya Ragu – Ragu Tidak Apakah Menurut Saudara Kebijakan Program

Bantuan Tersebut Lebih Baik dari Program Bantuan Pemerintah Sebelumnya

30

Apakah Menurut Saudara Program Bantuan Tersebut Berdaya Guna Meningkatkan Kesejahteraan Miskin Secara Keseluruhan


(6)

16. Bagaimana pendapat anda mengenai Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dalam menangani dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat khususnya di Kota Medan?

……… ……… ……… ………

17. Bagaimana Penyaluran atau Proses Implementasi Program Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dalam menangani dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat?

……… ……… ……… ………

18. Apa saran anda untuk Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) tersebut dalam penanganan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ?

……… ……… ……… ……… ………


Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

8 128 118

Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)

1 70 94

Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

0 33 104

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Maimoon Kota Medan

4 58 106

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Kota Medan

2 57 100

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) PLUS PADA MASYARAKAT MISKIN (Studi Di Desa Landungsari, Kecamatan DAU)

0 11 2

Implementasi Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Tahun 2008 kepada Penduduk Miskin di Kota Padang (Studi di : Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji).

0 0 8

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 34

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 10

Analisis Dampak Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Terhadap Kehidupan Masyarakat Miskin Di Kota Medan (Studi Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai/BLT Kecamatan Medan Belawan)

0 0 12