2.2.2 Indikator dan Ukuran Kemiskinan
Standar hidup merupakan kondisi dan tingkat minimal pemenuhan kebutuhan manusia agar dapat hidup secara layak sebagai mahluk yang memiliki
harkat dan martabat. Artinya untuk dapat hidup secara layak maka manusia dihadapkan kepada kebutuhan minimum yang harus dipenuhi, dengan kata lain
jika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum tersebut maka mereka dikategorikan sebagai masyarakat ataupun
penduduk yang miskin. Sebaliknya jika seseorang atau sekelompok orang tersebut mampu memenuhi kebutuhan minimum, akan dikategorikan sebagai yang tidak
miskin. Matias Siagian, 2012:67
Sajogyo dalam Matias Siagian, 2012 mengemukakan bahwa indikator kemiskinan didasarkan pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
minimum yang dapat diukur dari ukuran konsumsi beras. Lebih khusus lagi, Sajogyo menegaskan perbedaan yang signifikan antara kondisi kehidupan
masyarakat desa dibanding masyarakat kota. Oleh karena itu Sajogyo membedakan indikator kemiskinan antara masyarakat desa dengan indikator
kemiskinan masyarakat kota.
Tabel 2.1 Ukuran Garis Kemiskinan Menurut Sayogyo
Tingkat Kemiskinan Wilayah
Perdesaan KgOrangTahun
Perkotaan KgOrangTahun
Miskin 320 Kg
480 Kg Miskin Sekali
240 Kg 360 Kg
Paling Miskin 180 Kg
270 Kg Sumber: Matias Siagian 2012
Menurut kepala Badan Pusat Statistik Sumut Wien Kusdiatmono 2014, adapun ukuran kemiskinan yang dapat ditetapkan yaitu dinyatakan dalam bentuk
angka garis kemiskinan yang dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengetahui miskin atau tidaknya seseorang. Menurut Wien, penduduk miskin adalah mereka
yang memiliki rata – rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Dikatakannnya, garis kemiskinan Sumatera Utara yang ditetapkan
yaitu Rp330.663 perkapitabulan pada bulan September 2014. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinan yang ditetapkan Rp349.372 per kapitabulan, dan
untuk daerah pedesaan yaitu Rp312.493 per kapitabulan. www.hariansib.co. Senin, 5 Januari 2015
Bank Dunia sendiri menetapkan indikator kemiskinan yaitu sebesar US2 perhariorang. Bank Dunia menegaskan adalah benar – benar miskin jika
pendapatan hanya sebesar US1 perhariorang The World Bank, 2010 dalam
Matias Siagian, 2012:72
Di dalam upaya merumuskan indikator kemiskinan, Badan Pusat Statistik pada tahun 1996 menyusun suatu komposisi kebutuhan dasar yang dibagi kedalam
dua kelompok, yaitu komoditas pangan dan non pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS yang disusun menurut
daerah perkotaan dan perdesaan. Adapun kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan dan non pangan tersebut terdiri dari:
Tabel 2.2 Indikator Kebutuhan Dasar Menurut BPS
Pangan Bukan pangan
1. Padi-padian dan hasil-hasilnya 2. Umbi-umbian dan hasil-hasilnya
1. Perumahan, bahan bakar, penerangan dan air
3. Ikan dan hasil-hasilnya 4. Daging
5. Telur, susu, dan hasil-hasil dari
susu 6. Sayur-sayuran
7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan
9. konsumsi lainnya 10. Makanan yang sudah jadi
11. Minuman yang mengandung
alkohol 12. Tembakau dan juga sirih.
2. Barang dan jasa 3. Pakaian, alas kaki, Tutup kepala
4. Barang-barang yang tahan lama 5. Keperluan pesta dan upacara
Sumber: BPS 2008
2.3 Sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan