Struktur Birokrasi Teori .1 Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

2.1.3 Struktur Birokrasi

Dalam organisasi pemerintahan, prosedur merupakan sesuatu rangkaian tindakan yang ditetapkan lebih dulu, yang harus dilalui untuk mengerjakan sesuatu tugas. Van Meter dan Van Horn Winarno, 2002:56 mengatakan bahwa struktur birokrasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan karakteristik-karakteristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi di dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial atau nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijaksanaan. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Robbins 1995:45 bahwa struktur birokrasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Menurut Sondang P. Siagian Indrawijaya, 2000:3, mengemukakan bahwa birokrasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dimana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau beberapa orang yang disebut bawahan. Berdasakan penjelasan di atas makastruktur birokrasiadalah suatu keputusan yang diambil oleh organisasi itu sendiri berdasakan situasi, kondisi dan kebutuhan. Karena sejatinya struktur birokrasi menggambarkan bagaimana birokrasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orangdan antar kelompok. Sebab struktur birokrasi ada kaitannya dengan tujuan dan cara yang dipakai untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Menurut George C. Edward III Winarno, 2002:150 terdapat dua indikator penting dari struktur birokrasi birokrasi yaitu: a Standar Operasinal Prosedur SOP b Fragmentasi Winarno 2002:150, dalam bukunya yang berjudul Teori dan Proses Kebijakan Publik menyatakan bahwa Standard Operational ProcedureSOPs merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. Ukuran dasar atau prosedur kerja ini biasa digunakan untuk menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai sektor publik dan swasta. Para pelaksana dengan menggunakan SOP dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibelitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan peraturan. Sedangkan fragmentasi dalam organisasi merupakan penyebaran tanggung jawab pelaksanaan tugas sehingga tidak tumpang tindih dengan tetap mencakup pada pembagian tugas secara menyeluruh. Khusus pada organisasi pemerintah pedoman pelaksanaan administrasi perkantoran yang dapat meningkatkan pelayanan dan kinerja birokrasi merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER21M.PAN112008 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur SOP Administrasi Pemerintahan yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER15M.PAN72008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Peraturan ini mengamanatkan perlunya penyusunan Standar Operasi Prosedur SOP Administrasi Pemerintahan sebagai pelaksanaan Reformasi Birokrasi di seluruh KementerianLembagaPemerintah Daerah yang bertujuan secara umum untuk membangunmembentuk perilaku aparatur negara dengan integritas tinggi, produktivitas tinggi dan bertanggung jawab serta kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaandan aspek sumber daya aparatur. Atau dapat dikatakan bahwa Penyusunan SOP merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dalam peningkatan pelayanan dan kinerja. Untuk menentukan pencapaian implementasi kebijakan secara efektif harus ada struktur birokrasi yang menjelaskan tugas yang jelas job discription, wewenang authority, dan tanggung jawab accountabillity antar bidang dalam birokrasi dan hubungan antar personal yang dipercayainya akan menghubungkan perilakuindividu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan, sehingga dengan demikian struktur birokrasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas pelayanan. Oleh karena itu struktur birokrasi yang demikian akan berpengaruh positif terhadap implementasi kebijakan. Akan tetapi, apabila struktur birokrasi tidak disusun dengan baik maka akan dapat menghambat tercapainya tujuan implementasi kebijakan secara maksimal. Selanjutnya menurut Jones 2001:49 dalam bukunya “Organizational Theory ” dinyatakan bahwa istilah SOPs muncul dalam pembahasan mengenai “Balancing Standardization and Mutual Adjustment ”, yaitu: “Written rules and standard operating procedures SOPs and unwritten values and norms help to control behavior in organization. The specify how an employee is to perform his or her organization role, and they set forth the tasks and responsibilities associated with that role”. Berdasarkan pendapat ini maka SOP merupakan bagian dari peraturan tertulis yang membantu untuk mengontrol perilaku anggota. SOP mengatur cara pekerja untuk melakukan peransecara terus menerus dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Struktur birokrasi perlu diperhatikan, apakah ada pengecekkan penerimaan atau penolakkan syarat-syarat pelayanan, kerja yang terus-menerus berkesinambungan, apakah ada manajemen yang komitmen, struktur yang cocok dengan situasi dan kondisi, dan apakah ada sumberdaya yang mapan. Oleh karena itu struktur birokrasi yang demikian akan berpengaruh positif terhadap pencapaian implementasi kebijakan. Akan tetapi, apabila struktur birokrasi tidak disusun dengan baik maka akan dapat menghambat implementasi kebijakan.

2.1.4 Sumber Daya Manusia

Dokumen yang terkait

Analisa Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) UPT Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Jember

7 44 16

ANALISA KUALITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (PKB) UPT BALAI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER

1 8 16

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UJI KELAYAKAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER

3 32 9

i ANALISA KUALITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (PKB) UPT BALAI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER

0 6 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR OLEH SEKSI PENGUJIAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDUNG.

0 0 4

STUDI TENTANG PELAYANAN DAN PENGUJIAN KELAIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI UPT. PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DINAS PERHUBUNGAN KOTA SAMARINDA

0 1 15

EFEKTIVITAS PELAYANAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (Studi pada Kantor Unit Pelaksana Teknik Dinas Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Kendari)

0 0 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori 2.1.1 Kebijakan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor - Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijkan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kantor Unit Pelaksan Teknis Dae

0 1 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijkan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kantor Unit Pelaksan Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas P

0 0 12

Pengaruh Struktur Birokrasi Dan Kemampuan Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi Kebijkan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kantor Unit Pelaksan Teknis Daerah – Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Medan

0 0 9