Analisis kadar protein 960.52 AOAC 1998
164
Lampiran 2. Analisis kadar pati Dubois et al, 1956 disitasi dari Faridah, 2010
Kadar pati sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode fenol sulfat yang mencakup tahap pembuatan kurva standar larutan glukosa, persiapan
sampel dan analisis sebagai berikut: Pembuatan kurva standar larutan glukosa
Larutan glukosa murni 0,5 ml yang masing-masing mengandung 0,0; 10,0; 20,0; 30,0; 40,0; 50,0; 60,0; 70,0 dan 80,0 µg larutan glukosa ditempatkan di
dalam tabung reaksi. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 0,5 ml fenol 5 kemudian diaduk dengan menggunakan vorteks.
Sebanyak 2,5 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan secara cepat ke dalam tabung reaksi tersebut terjadi reaksi eksoterm yang menghasilkan panas. Larutan
tersebut lalu didiamkan selama 10 menit, kemudian diaduk kembali dengan vorteks. Sampel disimpan pada suhu ruang selama 20 menit lalu diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Persamaan dan kurva standar larutan glukosa dibuat sebagai hubungan antara
konsentrasi larutan glukosa pada sumbu x dan absorbansi pada sumbu y. Analisis sampel
Sebanyak 0,5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0,5 ml fenol 5 dan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks.
Larutan H2SO4 pekat sebanyak 2,5 ml ditambahkan secara cepat ke dalam tabung reaksi terjadi reaksi eksoterm yang menghasilkan panas. Larutan lalu didiamkan
selama 10 menit di suhu ruang, kemudian diaduk dengan vorteks dan disimpan kembali pada suhu ruang selama 20 menit. Nilai absorbansi kemudian diukur
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm. Kadar glukosa µgml ditentukan dengan menggunakan kurva standar dan kadar
pati g100 g bahan dihitung dengan mengalikan kadar gula dengan faktor 0,9.
165
Lampiran 3. Analisis kadar amilosa Juliano, 1971
Analisis dilakukan berdasarkan kemampuan amilosa membentuk kompleks amilosa-iodin berwarna biru yang ditentukan secara spektrofotometri. Analisis
mencakup tahap pembuatan kurva standar larutan amilosa dan analisis sampel. Pembuatan kurva standar amilosa
Sebanyak 40,0 mg amilosa murni dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, lalu dilakukan penambahan 1,0 ml etanol 95 dan 9,0 ml larutan NaOH 1 N.
Labu takar lalu dipanaskan dalam penangas air pada 100°C selama 10 menit. Setelah didinginkan, larutan gel amilosa yang terbentuk ditambah akuades sampai
tanda tera. Larutan amilosa ini digunakan sebagai larutan stok amilosa standar. Larutan stok amilosa standar tersebut dipipet masing-masing 1,0; 2,0; 3,0;
4,0 dan 5,0 dan dipindahkan masing-masing ke dalam labu takar 100 ml. Kedalam masing-masing labu takar tersebut lalu ditambahkan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8
dan 1,0 ml larutan asam asetat 1 N. Sebanyak 2,0 ml larutan iod 0,2 g I2 dan 2,0 g KI yang dilarutkan dalam 100,0 ml air destilata dipipet ke dalam setiap labu
lalu ditambahkan air destilata hingga tanda tera. Larutan dibiarkan selama 20 menit dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 625 nm. Persamaan dan kurva standar dibuat sebagai hubungan antara kadar amilosa sumbu x dan absorbansi sumbu y.
Analisis sampel Sebanyak 100,0 mg sampel tapioka dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
lalu ditambahkan dengan 1,0 ml etanol 95 dan 9,0 ml NaOH 1 N. Campuran lalu dipanaskan dalam penangas air suhu 100°C selama 10 menit untuk
menggelatinisasi pati. Setelah didinginkan, larutan gel pati ditambahkan air destilata hingga tanda tera dan dihomogenkan. Sebanyak 5,0 ml larutan tersebut
lalu dipipet dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml, ditambahkan 1,0 ml larutan asam asetat 1 N, 2,0 ml larutan iod, ditepatkan hingga tanda tera dengan air
destilata dan dihomogenkan. Setelah didiamkan pada suu ruang selama 20 menit, absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
625 nm. Konsentrasi amilosa dalam persen ditentukan dengan menggunakan persamaan kurva standar larutan amilosa.