Bentuk Polimorfemis N-D HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dibahas mengenai peran verba bervalensi dua atau verba dwitransitif dan argumen pendampingnya dalam konteks kalimat. Jenis peran tersebut meliputi peran dari unsur pusat dan unsur pendamping, sedangkan mengenai makna selain leksikal dan gramatikal akan dibahas makna secara semantis berdasarkan subkelas verbanya dalam kalimat bahasa Jawa.

4. 1 Bentuk Verba Bervalensi Dua dalam Bahasa Jawa

Bentuk verba bervalensi dua adalah polimorfemis. Bentuk polimorfemis verba bervalensi dua ini terbagi menjadi empat golongan, yakni bentuk polimorfemis N-D, bentuk polimorfemis N-D-ake, bentuk polimorfemis N-D-ke, dan bentuk polimorfemis N-D-i. Dari data yang terkumpul ditemukan bentuk polimorfemis sebagai berikut.

a. Bentuk Polimorfemis N-D

2 Rukmana mbalang pitakon marang bakul legen maneh. ‘Rukmana melempar pertanyaan kembali kepada penjual legen’. PSNo. 41200854 3 Sindhen nyuguh para tamu tembang. ‘Sinden menjamu para tamu dengan lagu’. DLsn2122009. Tabel 1a berikut merupakan deskripsi verba bervalensi dua bentuk polimorfemis N-D data 2 dan 3. Di dalam tabel juga dapat dilihat penanda morfologis verba bervalensi dua data 2 dan 3. Tabel 1a Verba Bervalensi Dua Polimorfemis N-D 51 Data Verba Bervalensi Dua Unsur Pembentuk 2. 3. mbalang ‘melempar’ nyuguh ‘menjamu’ {m-} + balang {ñ-} + suguh Data 2 dan 3 di atas merupakan bentuk verba bervalensi dua polimorfemis kategori N-D, verba tersebut memiliki kata dasar berupa bentuk prakategorial, artinya bentuk tersebut akan memiliki makna apabila terikat pada bentuk yang lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1a di atas. Data 2 di atas termasuk subkelas verba pungtual atau peristiwa, dan data 3 termasuk subkelas verba statis menggambarkan situasi yang berlangsung dalam waktu tertentu. Apabila data 2 dan 3 dilesapkan N-nya yang melekat pada verbanya, maka kalimat menjadi: 2aRukmanaNom +mbalangV +pitakonNom + marang bakul legen manehFN S P O Pl 2b Rukmana + Øbalang + pitakon + marang bakul legen maneh. S Nom PV + {D} ONom PlFN 3a SindhenNom + nyuguhV + para tamuFN + tembangNom S P O Pl 3b Sindhen + Øsuguh + para tamu + tembang S Nom PV + {D} OFN PlNom Pelesapan sufiks pada data 2a dan 3a di atas menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal seperti data 2b dan 3b. Bentuk Rukmana dan Sindhen dalam kalimat 2 dan 3 berfungsi sebagai S. Fungsi P ditempati kata mbalang dan nyuguh dalam kalimat transitif data 2 dan 3. Apabila pada verbanya dilesapkan prefiksnya, maka verba berubah menjadi balang dan suguh. Hasil pelesapan morfem terikat pada verba bervalensi dua bentuk polimorfemis N-D menjadi bentuk dasar yang masih gramatikal seperti balang, dan suguh. Akan tetapi, hasil pelesapan morfem terikat N-D yakni kata balang dan suguh digunakan dalam kalimat, maka kalimatnya tidak gramatikal, seperti di bawah ini: a. Pardi balang pitik ’Pardi lempar ayam’ b. Minah suguh tamu. ’Minah jamu tamu’ Penjelasan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa bentuk verba bervalensi dua atau verba dwitransitif berbentuk polimorfemis. Dan harus diketahui bahwa tidak semua bentuk polimorfemis termasuk verba bervalensi dua. Hal ini dapat dilihat dari subkelas verba dasarnya. Ada empat golongan subkelas verba, yakni pungtual peristiwa, aktivitas proses, statis, dan statif. Seperti data 2 verbanya termasuk subkelas verba pungtual, dan data 3 di atas verbanya termasuk subkelas verba statis. Hal yang sama dapat dilihat pada data 4-12 di bawah ini bentuk N-D-ake.

b. Bentuk Polimorfemis N-D-ake