Menurut Tony Buzan 2007: 127, apabila seseorang ingin memunculkan kreativitas, lakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menggunakan mind map dengan cepat tentang hal-hal yang Anda pikirkan.
2. Menggunakan warna dalam Catatan. 3. Melamun dan bermimpilah. Keduanya member kekuatan bagi otot-otot
visual kreatif. Catatlah dalam bentuk mind map. 4. Berpikir secara radial
5. Menyimpan buku catatan mind map 6. Menggunakan mind map sebagai alat komunikasi kreatif
7. Menempatkan gambar atau simbol di bagian tengah mind map. 8. Membuat mind map dengan gambar
9. Memberi kode warna pada mind map 10. Membuat mind map tentang semua bidang yang bisa dibantu mind map.
c. Penerapan Metode Peta pikiran Mind Mapping dalam Pembelajaran
Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Metode peta pikiran sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis. Wycoff 2003: 84 mengemukakan bahwa pemetaan pikiran adalah cara yang
sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum menulis. Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui hal apa yang akan tulis, apa
temanya dan bagaimana memulainya.. Dengan pemetaan pikiran, sebuah tema dijabarkan dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang
gagasan dalam menulis.
Dalam menulis cerpen, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan idegagasan menjadi sebuah cerita yang menarik. Imajinasi dan
kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan sebelumnya, diketahui bahwa peta pikiran dengan gambar, warna serta kata kuncinya dapat
membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh, bila dibandingkan dengan metode
konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen, metode peta pikiran jauh lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk
berpikir. Hal ini berbeda dengan metode konvensional yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang hanya berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak
kiri. Kreativitas dan imajinasi tidak terkembangkan dengan baik melalui metode konvensional tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran sangat baik untuk
diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen. Secara aplikatif, penerapan metode peta pikiran ini adalah sebagai berikut.
Pertama, siswa memilih ide cerita kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan
simbol atau gambar berwarna. Kedua, siswa menuliskan unsur-unsur cerpen dalam ranting-ranting yang melingkupi pusatide cerita tersebut. Ketiga, siswa
membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, siswa baru ditugaskan untuk menulis cerpen. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan
dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam cerpen.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Awit Mariani Rosia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
dengan judul Penerapan Metode Peta Pikiran Mind Mapping dalam Pembelajaran Menulis Narasi dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis. Penelitian
tersebut dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas 1 SMPN 12 Bandung tahun ajaran 20042005. Dari penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa metode peta pikiran terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata menulis
siswa pada kategori A dari 2 menjadi 12; kategori B dari 16 menjadi 22. Pada kategori tersebut, peningkatan nilai rata-rata terjadi pada siswa yang tergolong
pandai. Akan tetapi pada kategori C dan D yang notabene terdiri dari anak berkesulitan belajar, terjadi penurunan nilai rata-rata menulis narasi siswa.
Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA dengan pertimbangan materi menulis cerpen tercantum dalam
kompetensi dasar menulis sastra kelas X SMA. Di samping itu, pembelajaran menulis cerpen merupakan pembelajaran yang bermasalah di kelas X SMA Muhammadiayah.