Menulis merupakan bentuk keterampilan berbahasa paling akhir yang dikuasai oleh pelajar bahasa setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan
membaca. Aktivitas menulis ini merupakan keterampilan yang paling sulit bila dibandingkan dengan tiga keterampilan yang lain. Aktivitas menulis merupakan
aktivitas kompleks yang melibatkan aktivitas intelektual, emosional serta spiritual. Kedua belahan otak benar-benar dimaksimalkan untuk menghasilkan
sebuah tulisan yang baik. Kegiatan menulis sebagai kegiatan berbahasa aktif produktif sangat
berpotensi untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik. Implikasinya, tes menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan menghasilkan bahasa
saja melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan, pikiran maupun perasaan dengan mempergunakan bahasa tulis secara tepat. Ketepatan dalam penulisan
cerpen berarti pengungkapan gagasan dalam bentuk tulisan fiktif naratif dengan memperhatikan unsur-unsurnya. Dengan demikian, gagasan dan bahasa
merupakan dua masalah pokok yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen. Seperti halnya tes kemampuan berbahasa yang lain, Burhan Nurgiyantoro
2001: 331 mengemukakan enam tingkatan tes kemampuan menulis, yaitu:
1. Tes kemampuan menulis cerpen tingkat ingatan
Tes kemampuan tingkat ingatan ini lebih bersifat teoretis. Tes yang diberikan lebih berhubungan dengan teori menulis cerpen serta pengetahuan
seputar menulis cerpen. Teori- teori yang dimaksud misalnya definisi cerpen, unsur-unsur cerpen serta definisi menulis cerpen. Tes ini dimaksudkan untuk
mengungkap ingatan siswa. Berikut adalah contoh tes kemampuan menulis cerpen tingkat ingatan: “Jelaskan unsur-unsur yang harus ada dalam penulisan
cerpen”
2. Tes kemampuan menulis cerpen tingkat pemahaman
Tes menulis tingkat yang kedua ini masih bersifat teoretis tetapi lebih dari sekadar mengingat teori. Tes ini menuntut pemahaman siswa terhadap
seperangkat teori. Berikut adalah contoh tes kemampuan menulis tingkat pemahaman: “Jelaskan apa yang dimaksud dengan konflik dalam penulisan
cerpen”
3. Tes kemampuan menulis cerpen tingkat penerapan
Tes kemampuan menulis tingkat ini telah menuntut siswa untuk benar-benar produktif dalam artian menghasilkan atau menulis cerpen. Berikut adalah contoh
tes kemampuan menulis cerpen tingkat penerapan tersebut: “Tulislah sebuah cerpen berdasarkan salah satu tema berikut ini lingkungan, kepahlawanan,
persahabatan.”
4. Tes kemampuan menulis cerpen tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi
Tes kemampuan menulis ketiga tingkat ini juga menghendaki siswa untuk menghasilkan tulisan berupa cerpen dengan penekanan yang berbeda. Pada
praktiknya, tes kemampuan menulis tingkat analisis sintesis dan evaluasi sulit untuk dilakukan. Hasil karangan yang mencerminkan proses berpikir dan
berkadar ilmiah berisi ketiga tingkatan kognitif tersebut. Tes jenis ini dapat
diberikan pada siswa misalnya dengan memberikan tugas pada siswa untuk membaca suatu wacana kemudian dengan tema yang sama seperti pada wacana
tersebut, siswa diminta untuk menulis cerpen. Setelah itu, siswa diminta untuk menyunting cerpen yang telah ditulisnya berdasarkan gagasan serta bahasa yang
digunakan kemudian menuliskan kembali cerpen tersebut. Penilaian terhadap kemampuan menulis cerpen sebagaimana penilaian
terhadap karangan bebas yang dikemukakan Burhan Nurgiyantoro 2001: 279 memiliki kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Bagaimanapun
juga, unsur subjektivitas penilai mempengaruhi penilaian yang dilakukan. Terlebih jika penilaian dilakukan secara holistis, impresif, dan selintas. Penilaian
yang dilakukan bersifat menyeluruh berdasar pada kesan yang diperoleh secara selintas. Oleh karena itu, agar penilaian dapat dilakukan secara objektif untuk
keperluan pembelajaran di sekolah, penilaian kemampuan menulis cerpen perlu dilakukan secara analitis. Penilaian dengan pendekatan ini merinci karangan ke
dalam aspek-aspek atau kategori tertentu. Teknik penilaian tugas menulis cerpen dapat berupa skala maupun pembobotan dengan skor. Berikut adalah salah satu
model penilaian menulis cerpen. Model yang banyak dipergunakan pada program ESL English as a second language ini lebih rinci dan teliti karena
menjabarkan tiap skor dalam kriteria yang jelas.
2 . Hakikat Metode Peta Pikiran Mind Mapping
a. Pengertian Metode