Tabel 2. 1 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan Keadaan curah hujan
Intensitas curah hujan mm
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan Hujan ringan
Hujan sedang Hujan lebat
Hujan sangat lebat 1
1-5 2-10
10-20 20
5 5-20
20-50 50-100
100
Sumber: Takeda 1976
2.6 Ruang Terbuka Hijau
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tantang Penataan Ruang, yang dimaksud Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjangjalur
danatau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka untuk tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam.
Peranan Ruang Terbuka Hijau RTH di perkotaan sangat besar yaitu sebagai penyumbang ruang bernafas, keindahan visual, sebagai paru-paru kota, sumber air
dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, dan sebagai unsur pendidikan Simons 1983. diacu dalam Agrissantika 2007.
Keberadaan RTH di perkotaan juga memiliki pengaruh dalam meningkatkan kualitas suhu udara, dalam hal ini menurunkan suhu udara akibat efek rumah kaca
yang mengakibatkan suhu udara naik, dimana terjadi pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari yang sebagian diserap oleh atmosfer yang mengandung molekul
CO2 dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke Bumi sehingga menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi secara global Tanaman sebagai elemen utama RTH,
mempunyai peran yang sangat pentingdalam kelangsungan hidup dari makluk hidup di dunia dan membantu mengurangi pengaruh dari efek rumah kaca di permukaan
Bumi, dimana tanaman mengalami proses kimia yang penting bagi lingkungan sekitarnya Prawinata et al, 1995 diacu dalam Agrissantika 2007
2.7 Perubahan Ruang Terbuka Hijau
Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di Jabodetabek sangat mencolok sejak Tahun 1991 hingga 2004 seperti penelitian Effendy 2007 akibat penggunaan lahan
menjadi permukiman dan fasilitas lainnya. Terpantau tahun 1991 sebesar 61, pada
tahun 1997 turun sebesar 4 menjadi 57 dan pada tahun 2004 kembali berkurang menjadi 50. Dan bertambahnya Ruang Terbangun RTB di wilayah Jabodetabek
yang diwakili pada Gambar 2. 3 yang merupakan perkembangan RTB pada tahun 1983, 1992, 2000 dan tahun 2005. Dan pada Tabel 2. 2 menunjukkan
dinamika proporsi penutupan lahan kawasan Jabodetabek
, dimana Ruang Terbangun meningkat dari 2 ditahun 1972 hingga 29 ditahun 2005 dan RTH menurun dari 74 ditahun 1972
menjadi 63 ditahun 2005. Lebih rinci dinamika proporsi RTH kawasan Jabodetabek setiap wilayah administrasi ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Dinamika Proporsi Penutupan Lahan Kawasan Jabodetabek
Kelas Penutupan Lahan Proporsi Penutupan Lahan
1972 1983
1992 2000
2005
Ruang Terbangun 2
9 11
23 29
RTH 74
73 75
62 63
Ladanguplandbareland 23
17 11
13 6
Badan Air 1
Tambak 1
2 2
2 2
Sumber: Agrissantika 2007
Tabel 2.3 Dinamika Proporsi RTH Kawasan Jabodetabek
KABUPATEN KOTA
Proporsi Ruang Terbuka Hijau 1972
1983 1992
2000 2005
Kab. Bogor 96
95 93
82 84
Kota Bogor 92
87 71
49 43
Kab. Bekasi 53
49 66
57 61
Kota Bekasi 72
70 64
40 32
Kota Depok 84
90 88
65 49
Kab. Tangerang 55
69 73
54 59
Kota Tangerang 54
44 46
27 21
DKI Jakarta 51
31 28
16 11
Sumber: Analisa Citra Lansat TM, Agrissantika 2007
Tabel 2.4 Dinamika Proporsi Ruang Terbangun Kawasan Jabodetabek
KABUPATEN KOTA
Proporsi Ruang Terbangun 1972
1983 1992
2000 2005
Kab. Bogor 1
2 10
12 Kota Bogor
3 11
26 49
55 Kab. Bekasi
8 2
11 11
Kota Bekasi 1
13 24
55 65
Kota Depok 3
10 34
49 Kab. Tangerang
6 6
21 28
Kota Tanger ang 3
16 36
64 74
DKI Jakarta 20
50 64
80 86
Sumber: Analisa Citra Lansat TM, Agrissantika 2007
Sumber: Agrissantika 2007
Gambar 2.3 Perubahan penutupan lahan di Jabodetabek tahun 1983
Stasiun Meteorologi
Sumber: Agrissantika 2007
Gambar 2.4 Perubahan penutupan lahan di Jabodetabek tahun 1992
Sumber: Agrissantika 2007
Gambar 2.5 Perubahan penutupan lahan di Jabodetabek tahun 2000
Stasiun Meteorologi
Stasiun Meteorologi
Sumber: Agrissantika 2007
Gambar 2.6 Perubahan penutupan lahan di Jabodetabek tahun 2005
2.8 Penyebab perubahan iklim menurut IPCC