Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Terdahulu Mengenai LNG
sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang Enders, 2004.
Terdapat tiga syarat untuk menggunakan ECM. Pertama, variabel yang digunakan minimal ada satu yang tidak stasioner pada tingkat level. Kedua,
persamaan yang digunakan mengandung kointegrasi, yaitu kombinasi linear dari
variabel-variabel yang tidak stasioner. Ketiga, persamaan yang digunakan
univariate hanya variabel endogen yang memengaruhi variabel eksogen. Jika salah satu dari ketiga persyaratan tidak terpenuhi maka metode ini tidak dapat
digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ada.
2.2. Penelitian Terdahulu 2.2.1. Penelitian Terdahulu Mengenai LNG
Penelitian Desyanthie 2006 bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel–variabel yang secara teori diduga menentukan volume ekspor LNG
Indonesia khususnya ke Korea Selatan yang ditinjau dari sisi permintaan dengan menggunakan metode persamaan simultan dan parsial. Variabel yang digunakan
berbentuk time series tahunan, yaitu GDP Korea Selatan, harga LNG Indonesia di Korea Selatan. dan harga LNG pesaing di Korea Selatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas tersebut terbukti secara simultan maupun parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor LNG
Indonesia ke Korea Selatan. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa GDP Korea Selatan merupakan variabel yang dominan dalam memengaruhi
volume ekspor LNG Indonesia ke Korea Selatan periode 1988 – 2002.
Penelitian Islam dan Odano 2010 menganalisis kondisi ekspor LNG Brunei saat ini dan prospek ekspornya di masa yang akan datang. Ekspansi ekspor
LNG Brunei dilakukan berdasarkan proyeksi permintaan LNG di Jepang hingga tahun 2015. Analisis proyeksi permintaan LNG di Jepang dilakukan dengan
Global Trade and Environment Model GTEM yang dikembangkan oleh Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics ABARE.
Berdasarkan analisis ABARE, Jepang akan mengalami kesenjangan persediaan gas alam sebesar 24 juta ton pada tahun 2015. Indonesia, Malaysia, Brunei,
Australia, dan Qatar yang telah memenuhi 80 persen persediaan gas alam Jepang, akan membutuhkan ekspansi fasilitas ekspor LNG mereka untuk menghadapi
kebutuhan Jepang ke depannya. Brunei merupakan salah satu produsen yang potensial untuk menghadapi kebutuhan LNG di Jepang tersebut. Untuk itu, Brunei
harus melakukan ekspansi terhadap pabrik penyulingan yang ada sehingga bisa meningkatkan kapasitas ekspor sebesar 4 juta ton per tahun hingga 11,2 juta ton.
Penelitian Ruster dan Neumann 2006 menganalisis strategi perusahaan dalam industri LNG global. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah
memberikan analisis empiris mengenai faktor-faktor yang menentukan strategi perusahaan dalam peningkatan integrasi vertikal. Hipotesis penelitian ini adalah
biaya transaksi yang tinggi sepanjang rantai nilai LNG mendorong tingkat integrasi vertikal yang lebih tinggi yang akan diuji dengan menerapkan Ordered
Probit Model. Untuk menjelaskan faktor-faktor penentu integrasi vertikal dalam industri LNG digunakan data proyek eksplisit pada 85 proyek LNG, baik impor
dan ekspor, di seluruh dunia. Peneliti mengukur biaya transaksi spesifikasi aset atribut, ketidakpastian, frekuensi, termasuk karakteristik industri dan perusahaan
dalam analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan cenderung lebih terintegrasi karena adanya transaksi yang tinggi di mana biaya investasi
dalam infrastruktur sangat spesifik dan adanya ketidakpastian pasar. Tingkat integrasi vertikal perusahaan swasta dapat melebihi satu entitas negara, di mana
perusahaan cenderung lebih terintegrasi dengan perusahaan yang lebih besar. Tingkat integrasi vertikal dalam proyek di Cekungan Atlantik cenderung lebih
tinggi daripada di proyek yang terletak di Basin Pasifik. Ball 2005 melakukan penelitian dengan metode deskriptif yang bertujuan
untuk meninjau perkembangan dan isu terkini mengenai pasar LNG dan menganalisis implikasinya terhadap perdagangan LNG di wilayah Asia Pasifik.
Pasar LNG di Asia Pasifik berada pada tahap perkembangan yang kritis. Permintaan LNG diramalkan akan terus meningkat pesat, namun suplai LNG pada
jangka pendek hingga menengah berada dalam kondisi yang sulit. Sebagian besar proyek juga terus tertunda hingga kontrak perdagangan jangka panjang cukup
aman, sedangkan pembeli banyak yang meminta jangka waktu kontrak yang fleksibel. Munculnya pasar LNG nontradisional dan bertambahnya jumlah
produsen LNG akan meningkatkan ketidakpastian dalam pasar dan membuat peramalan perdagangan LNG semakin sulit dilakukan. Pertumbuhan pesat pada
pasar LNG Atlantik akan memengaruhi pasar Asia Pasifik, di mana pasar LNG akan bergeser ke orientasi global. Negara Australia memiliki kesempatan baik
untuk melakukan ekspansi ekspor secara signifikan pada dekade mendatang. Pembeli LNG akan semakin memperhitungkan fleksibilitas, keragaman, harga,
stabilitas dan reabilitas pasar dalam keputusan pembeliannya.
Penelitian yang akan dianalisis dalam skripsi ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu mengenai LNG yang telah diuraikan.
Pertama, skripsi ini secara regional hanya mencakup negara Indonesia. Kedua,
penelitian ini akan mengevaluasi kebijakan domestic market obligation gas terhadap ekspor LNG Indonesia ke dunia serta perilaku penawaran ekspornya
selama diberlakukannya kebijakan tersebut. Perbedaan khusus lainnya adalah variabel yang dianalisis dalam penelitian ini, di mana dipilih beberapa variabel
yang diduga akan memengaruhi perilaku penawaran ekspor LNG Indonesia berdasarkan teori penawaran ekspor dan kondisi empiris yang terjadi. Kelebihan
dari penelitian ini adalah analisis dilakukan dengan melihat pendekatan jangka pendek maupun jangka panjang dengan menggunakan Error Correction Model
ECM. Adapun keterbatasan dari penelitian ini yaitu analisis tidak diperdalam dari sisi ekonomi politik yang biasanya berkaitan erat dengan suatu kebijakan
yang ditetapkan pemerintah.