Pendugaan Model Penawaran Ekspor LNG Jangka Pendek

dibandingkan dengan harga domestik gas alam, sehingga akan lebih menguntungkan jika penawaran lebih diprioritaskan untuk diekspor.

5.4. Pendugaan Model Penawaran Ekspor LNG Jangka Pendek

Berdasarkan persamaan ECM, dapat diketahui pengaruh jangka pendek antara variabel dependen dan variabel independennya dengan mengestimasi dinamika Error Correction Term ECT. Dengan nilai probability ECT lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, maka Error Correction Model ECM yang digunakan sudah valid, sehingga persamaan ECM untuk penawaran ekspor LNG yang diperoleh dari Tabel 5.5 adalah sebagai berikut: DLN_X t = 0,257839 DLN_Q t + 0,438189 DLN_ER t + 0,140701 DLN_PD t – 0,861557 DLN_PX t – 2,282524 DLN_CD t + 0,002159 Dummy – 0,528797 ECT t-1 ………………………………………………….5.2 Tabel 5.5. Hasil Estimasi ECM Variabel Koefisien Prob. DUMMY 0,002159 0,8929 DLN_Q 0,257839 0,0110 DLN_ER 0,438189 0,0244 DLN_PD 0,140701 0,1096 DLN_PX -0,861557 0,0000 DLN_CD -2,282524 0,1663 ECT-1 -0,528797 0,0000 C 0,021146 0,2092 R-Squared 0,788454 Sumber : Lampiran 6 Nilai R 2 pada model tersebut adalah 0,788454 yang artinya sebesar 78,84 persen keragaman penawaran ekspor LNG Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang digunakan di dalam model, sedangkan sisanya sebesar 21,16 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Berdasarkan persamaan jangka pendek pada Tabel 5.5, dapat diketahui bahwa variabel produksi LNG, nilai tukar, dan harga ekspor LNG memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel penawaran ekspor LNG Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Sedangkan dummy kebijakan domestic market obligation, variabel harga domestik gas alam, dan konsumsi domestik gas alam tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor LNG pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hal ini terjadi karena reaksi variabel-variabel tersebut terhadap variabel lainnya membutuhkan waktu lag dan pada umumnya reaksi itu terjadi pada jangka panjang. Pada sub bab 5.3 telah dibuktikan bahwa dummy kebijakan domestic market obligation, variabel harga domestik gas alam, dan konsumsi domestik gas alam berpengaruh signifikan pada jangka panjang. Pada jangka pendek, variabel produksi LNG berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor LNG. Jika produksi LNG meningkat sebesar 1 persen, maka ekspor LNG akan meningkat sebesar 0,257839 persen. Hal ini terjadi karena pada tender ataupun transaksi yang dilakukan oleh eksportir LNG, kuantitas LNG yang ditawarkan didasarkan pada kapasitas produksinya. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor LNG Indonesia pada jangka pendek. Ketika nilai tukar meningkat atau mengalami depresiasi, LNG Indonesia menjadi relatif lebih murah dan daya saingnya akan meningkat, sehingga negara lain akan berkeinginan membeli lebih banyak LNG Indonesia. Jika nilai tukar meningkat sebesar 1 persen, maka ekspor LNG Indonesia meningkat sebesar 0,438189 persen pada jangka pendek, ceteris paribus. Harga ekspor LNG berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor LNG pada jangka pendek. Jika terjadi peningkatan harga ekspor LNG sebesar 1 persen, maka ekspor LNG Indonesia menurun sebesar 0,783432 persen, ceteris paribus. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis semula. Penjelasan empiris menunjukkan hal ini terjadi karena kontrak ekspor tidak lagi dilakukan melalui negosiasi langsung tetapi melalui tender, sehingga posisi penawaran lebih lemah daripada sisi permintaan. Semakin tinggi harga ekspor LNG yang ditawarkan, maka semakin kecil peluang untuk memenangkan tender tersebut. Dalam beberapa tender yang dilakukan, Indonesia kalah di beberapa negara karena tingginya harga yang ditawarkan, seperti di Guangdong, China, Indonesia kalah dengan Australia, kemudian di Tung Ting, Taiwan, Indonesia kalah dengan Qatar, dan di Korea, hampir kalah dari Malaysia. Nilai koefisien error correction term ECT sebesar -0,528797 menunjukkan bahwa disekuilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 0.528797 persen. Error correction term menunjukkan seberapa cepat ekuilibrium tercapai kembali ke keseimbangan jangka panjang.

5.5. Hasil Uji Diagnostik ECM