Sanksi Tindak Pidana Pemalsuan Merek

kasus pemalsuan merek ferrari sebuah perusahaan mobil Italia yang sudah terkenal dan terdaftar di berbagai negara di dunia. Kasus Benetton sebuah perusahaan pakaian di Italia yang mereknya sudah terkenal dan digunakan diberbagai negara di dunia dan ternyata merek ini dibuat pelanggar sebagai merek produk rokok di Indonesia. Kasus merek Prada sebagaimana telah diuraikan di atas juga cukup terkenal dan sudah beredar dan didaftar diberbagai negara di dunia. 105 Perlu pula diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, tanpa harus disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara. Jadi diperlukan peran pengadilan untuk melakukan survei atau dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang menjadi sedang dalam perkara.

3. Sanksi Tindak Pidana Pemalsuan Merek

Sebelum berlakunya UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek UU Baru telah berlaku UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek jo UU No.14 Tahun 1997 tentang Merek UU Lama. Terdapat perbedaan berbanding terbaik antara sanksi yang ditentukan pada UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek jo UU No.14 Tahun 1997 tentang Merek dibandingkan dengan UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek. Sanksi maksimum yang diatur dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek lebih menekankan sanksi denda yang lebih berat dibandingkan UU Lama ketimbang 105 Ibid., hal. 184-189. Universitas Sumatera Utara sanksi pidana badan yaitu sanksi pidana badan tertinggi adalah 5 lima tahun sedangkan UU Lama 7 tujuh tahun. 106 Sanksi minimum dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek juga lebih ditekankan pada sanksi dendanya daripada sanksi pidananya. Sanksi pidana pada UU Lama maupun pada undang-undang penggantinya yaitu UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek sama-sama minimal pidana kurungan paling lama 1 satu tahun. Tetapi sanksi denda berbeda antara UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek yaitu denda paling banyak Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah ketimbang UU Lama hanya denda paling banyak Rp.10.000.000,- sepuluh juta rupiah. Sanksi denda maksimum Rp.1.000.000.000,- satu milyar pada UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek sedangkan di UU Lama sanksi denda ini paling terendah yaitu Rp.100.000.000,- seratus juta rupiah. Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa pada dasarnya UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek lebih bersifat ke arah privat daripada sebagai hukum publik. Sifatnya sebagai hukum prifat juga tampak dari sisi ketentuan sanksi yang dicantumkan dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek di mana yang ditonjolkan adalah sanksi perdata daripada sanksi pidana. Memperhatikan Pasal 94 ayat 2 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek mengkategorikan semua tindak pidana dalam undang-undang ini sebagai tindak pidana pelanggaran yang tentu saja jumlah sanksinya pelanggaran juga berbeda dengan sanksi tindak pidana pelanggaran. Dijadikannya tindak pidana merek sebagai 106 Achmad Zen Umar Purba, Op. cit., hal. 151. Universitas Sumatera Utara tindak pidana pelanggaran, tampak dari ketentuan sanksinya lebih kecil sama dengan 5 tahun ≤ 5 tahun ke bawah. Singkatnya sanksi dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek dirumuskan yaitu: 1 tahun ≤ sanksi pidana ≥ 5 ta hun dan Rp.200.000.000 ≤ sanksi denda ≥ Rp.1.000.000.000, artinya sanksi pidana berada antara sama dengan 1 satu tahun sampai sama dengan 5 lima tahun. Sanksi denda berada antara sama dengan Rp.200.000.000 sampai sama dengan Rp.1.000.000.000. Berkaitan dengan ketentuan sanksi pidana merek, bahwa hak atas merek merupakan hak milik perseorangan, tetapi tidak menyebabkan hapusnya tuntutan hukum pidana terhadap pelanggar khususnya tindakan pemalsuan terhadap merek terdaftar. Hak untuk mengajukan gugatan ganti kerugian tidak pula mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran pemalsuan merek. 107 Kategorisasi sanksi dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek berupa sanksi pidana kurungan, penjara, dan denda. 108 Sanksi tindak pidana pemalsuan merek berdasarkan UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek dapat dikategorikan sebagai berikut: 109 a. Pasal 90: Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Berlaku terhadap pelaku pemalsu dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek 107 Rachmadi Usman, Op. cit., hal. 370. 108 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Op. Cit., hal. 128. 109 Ermansyah Djaja, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 236-237. Lihat juga: Tim Citra Umbara, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Paten dan Merek 2001, Bandung: Citra Umbara, 2001, hal. 166-167. Universitas Sumatera Utara yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan. b. Pasal 91: Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah. Berlaku terhadap pemalsu dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan.\ c. Pasal 92 ayat 1: Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Berlaku bagi pelaku atau pemalsu dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar. d. Pasal 92 ayat 2: Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah. Berlaku bagi pemalsu dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang pada pokoknya dengan indikasi geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar. e. Pasal 93: Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah. Berlaku untuk pemalsu merek dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa Universitas Sumatera Utara sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut. Khusus ketentuan dalam Pasal 94 ayat 1 tidak berlaku bagi pemalsu tetapi berlaku bagi setiap orang atau pihak lain yang ada kaitannya dengan merek barang yang dipalsukan kemudian diperdagangkan oleh orang lain tersebut. Pasal 94 ayat 1 menentukan: Dipidana dengan pidana kurungan hechtenis paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. Berlaku barang siapa memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang danatau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93. 110 110 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Op. cit., hal. 26. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN

MEREK PASCA BERLAKUNYA UU NO.15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK A. Analisis Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Merek Pasca Berlakunya UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek Ketentuan tindak pidana merek diatur dalam Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek. Dalam ketentuan tersebut menegaskan unsur barang siapa yang dapat diterjemahkan arti barang siapa di bagi menjadi pelaku pemalsu, pelaku sekaligus pedagang. Menurut Hazewinkel Suringa, pelaku dader adalah barang siapa yang memenuhi bagian inti bestanddelen dari delik. Bagian inti dimaksud adalah bagian- bagian delik yang secara tegas dinyatakan di dalam uraian delik yang dirumuskan di dalam undang-undang, jadi tidak termasuk unsur-unsur delik yang tidak dinyatakan secara tegas dalam undang-undang. 111 Jika dikaitkan dengan pelaku pemalsuan merek sebagaimana di dalam Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek, maka yang dikatakan sebagai pelaku adalah orang yang secara langsung dengan sengaja memalsukan merek barang atau jasa untuk tujuan komersil. Sedangkan yang dimaksud dengan pemalsu saja 111 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Perkembangannya, Jakarta: Sofmedia, 2012, hal. 509. Universitas Sumatera Utara berarti ia tidak memperdagangkan barang atau jasa yang dipalsukan itu untuk kepentingan dirinya sendiri. Berbeda dengan orang yang memalsukan suatu merek barang atau jasa kemudian ia menggunakan dengan cara memperdagangkan merek barang atau jasa tersebut untuk tujuan komersil. Pada hal ini pelaku atau pemalsu bertindak sekaligus juga memperdagangkan merek barang atau jasa yang sengaja dipalsukannya itu untuk tujuan komersil bagi dirinya sendiri. Sedangkan pedagang adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan saja. Pada hal ini pedagang pun bisa terjebak dengan suatu merek barang atau jasa yang palsu. Jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek, maka yang masuk kategoti pedagang adalah orang yang memperdagangkan barang atau jasa. Jika pedagang tersebut mengetahui atau patut diketahuinya bahwa barang atau jasa tersebut merupakan barang atau jasa yang bermerek palsu, maka ia dapat dikenakan dengan Pasal 94 ayat 1 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek. Mengenai sanksi pidana yang terdapat di dalam Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek, diatur sebagai delik pelanggaran. Menurut Jan Remmelink antara pidana penjara dan pidana kurungan masing-masing memiliki konsekuensi hukum yang berbeda. Menurutnya, pidana penjara hanya diancam Universitas Sumatera Utara terhadap delik kejahatan saja sedangkan pidana kurungan hanya diancam pada delik pelanggaran. 112 Ketentuan pidana yang terdapat di dalam Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek khususnya Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dikategorikan sebagai delik pelanggaran yaitu jika orang tersebut memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahuinya atau patut diketahuinya bahwa barang danatau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran yaitu diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun kurungan. Sedangkan untuk kejahatan dalam Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek tidak dinyatakan secara tegas. Jika diperhatikan Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 yang dikategorikan sebagai delik pelanggaran adalah jika unsurnya orang tersebut memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahuinya atau patut diketahuinya bahwa barang danatau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran. Berarti dengan unsur lain jika unsurnya orang tersebut dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan masuk dalam kategori kejahatan tetapi normanya tidak dengan tegas menentukan delik kejahatan tersebut. Sehingga Pasal 90 sd Pasal 95 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek dapat ditafsirkan secara keseluruhan sebagai delik pelanggaran dengan unsur pelanggaran 112 Jan Remmelink, Hukum Pidana, Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 70. Universitas Sumatera Utara ada ditentukan di dalam Pasal 94 ayat 1 yaitu jika unsurnya orang tersebut memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahuinya atau patut diketahuinya bahwa barang danatau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran. Untuk dapat melihat berfungsinya penegakan hukum merek pasca berlakunya UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek, dalam sub bab ini diuraiakan kondisi penegakan hukum merek pada 5 lima kasus pidana pemalsuan merek berdasarkan 4 empat unsur yaitu: penerapan delik aduan, penerapan pembuktian, penerapan sanksi, dan eksekusi putusan hakim. Keempat unsur tersebut dianalisis dalam kelima kasus sebagai berikut: 1. Kasus Tindak Pidana Memperdagangkan Suku Cadang Mobil Merek Daihatsu Putusan MA Tahun 2006 2. Kasus Tindak Pidana Pemalsuan Merek Lem CASTOL Putusan MA Tahun 2007 3. Memperdagangkan Merek Penyedap Rasa Vitsin Milik PT. Sasa Inti Putusan MA Tahun 2008 4. Kasus Tindak Pidana Pemalsuan Merek Pisau Serut Putusan MA Tahun 2008 5. Kasus Tindak Pidana Pemalsuan Merek Busi NGK di Pengadilan Negeri Medan Kondisi penegakan hukum merek pada kelima kasus merek tersebut akan diuraikan pada pembahasan berikut ini. Keputusan-keputusan sidang pengadilan menyangkut masalah merek di atas, sifatnya sangat esensial dan spesifik dalam Universitas Sumatera Utara menangani kasus-kasus merek yang muncul, yang kemudian dikaitkan dengan kondisi pengaturan merek dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek dan peran aparat penegak hukum dalam sistim peradilan pidana criminal justice system.

1. Kasus Tindak Pidana Memperdagangkan Suku Cadang Mobil Merek Daihatsu Putusan MA Tahun 2006

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Kemiripan Merek Pada Produk Makanan Dan Minuman Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

4 81 87

Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Industri Rumahan yang Memproduksi Barang Menggunakan Merek Orang Lain Tanpa Izin dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

0 6 97

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

1 12 81

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS MEREK TERDAFTAR DI INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG MEREK NOMOR 15 TAHUN 2001

0 2 92

Penggunaan Merek Terdaftar Sebagai Nama Badan Hukum Di Indoensia Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 26

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Perjanjian Lisensi Merek dari Merek yang Dibatalkan Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA MEREK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penegakan Hukum Tindak Pidana Merek Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

0 0 31

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK PASCA BERLAKUNYA UNDANG – UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK TESIS

0 0 14