varietas tanaman, rahasia dagang, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, digunakan istilah Hak Kepemilikan Intelektual sebagai terjemahan dari Intellectual
Property Right IPR.
53
2. Merek Sebagai Hak Kekayaan Intelektual
Pandangan ini dimaksudkan, bahwa di samping menunjukkan pengertian yang lebih kongkrit juga sejalan dengan konsep hukum perdata Indonesia
yang menerapkan istilah milik atau kepemilikan atas suatu benda yang dipunyai seseorang.
Konsep HKI mulai diangkat ke arah kesepakatan bersama negara-negara yang terhimpun dalam Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia
Agreement Establishing the World Trade Organization atau disebut dengan WTO Agreement pada abad ke-20 dan awal abad ke-21.
54
WTO menyelenggarakan beberapa kali putaran konvensi, baru pada putaran ke-8 Putaran Uruguay di
Marrakesh-Maroko tahun 1994 dituangkan seperangkat perjanjian multilateral yaitu Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia Agreement Establishing the World
Trade Organization atau WTO Agreement.
55
53
Rachmadi Usman, Loc. Cit.
WTO ini menghasilkan kesepakatan- kesepakatan yang dibagi dalam beberapa lampiran annex terdiri dari: annex 1B,
annex 1C, annex 2, annex 3, annex 4, annex 4A, annex 4B, annexC, dan annex 4D.
54
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung: Alumni 2005, hal. 1-2. WTO pada masa lalunya tidak dapat dilepaskan dari peran Konferensi Bretton Woods
yang menghasilkan General Agreement on Tarrifs and Trade GATT yang akhirnya bermuara ke WTO khususnya International Monetary Fund IMF untuk melaksanakan penanganan masalah
keuangan serta moneter internasional.
55
Ibid., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
Pada putaran ke-8 Uruguay Round ini disepakati bahwa HKI dapat berpengaruh pada kegiatan perdagangan internasional. Kesepakatan tentang HKI
dituangkan dalam annex 1C berjudul Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Right disingkat TRIPs Agreement dan mulai berlaku tahun
1995. TRIPs Agreement berarti suatu perjanjian intrenasional
56
yang diselenggarakan oleh WTO. Sejak itu WTO memberlakukan ketentuan peralihan bagi negara-negara
berkembang diwajibkan memberlakukan annex 1C ini paling lambat 4 empat tahun setelah kesepakatan atau tepatnya di awal tahun 2000. sedangkan untuk negara-
negara terbelakang TRIPs Agreement diwajibkan berlaku paling lambat awal tahun 2006.
57
Padanan dari Hak Kekayaan Intelektual HKI adalah Intellectual Property Right IPR berdasarkan istilah yang dipergunakan WIPO
58
. HKI berupa hak yang dilindungi oleh hukum, tujuannya adalah untuk mendorong timbulnya inovasi
penemuan, pengalihan, penyebaran teknologi, dan diperolehnya manfaat bersama antara yang menciptakan penghasil dan penggunaan pengetahuan teknologi
konsumen, menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta meletakkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
59
HKI dikelompokkan WIPO menjadi dua bagian yaitu: hak cipta copyright dan hak kekayaan industri industrial property right. Hak kekayaan industri
56
Ibid., hal. 8.
57
Ibid., hal. 4.
58
World Intellectual Property Organization WIPO adalah lembaga atau badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang didirkan pada tahun 1967.
59
Ibid., hal. 113.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan Pasal 1 Konvensi Paris tahun 1883 yang kemudian direvisi pada tanggal 2 Oktober 1979, antara lain: paten, merek, varietas tanaman, rahasia dagang,
desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu. Ternyata ruang ingkup HKI dalam hukum nasional juga terdiri dari 7 tujuh kategori sama dengan kategori HKI pada
WIPO. Kategori bagian HKI di Indonesia adalah:
60
1. UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
2. UU No.14 Tahun 2001 tentang Paten.
3. UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek.
4. UU No.29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman.
5. UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
6. UU No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
7. UU No.32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Klasifikasi HKI tersebut di atas, bahwa hak terhadap merek termasuk sebagai satu di antara elemen-elemen HKI. Sama hal dengan paten, hak cipta, dan lain-lain,
maka hak merek juga merupakan bagian dari HKI.
61
Human capital masih berupa pengetahuan yang diam-diam tertanam tacit knowledge. Apabila human capital telah dikodifikasikan atau dituangkan
dalam kertas media dan atau media lain codified knowledge, maka Berdasarkan hasil TRIPs
Agreement khususnya TRIPs Agreement dikaitkan dengan kelahiran UU No.15 Tahun 2001 mengalami keterlambatan 1 satu tahun dari kesepakatan yakni
selambat-lambatnya tahun 2000.
60
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op. cit., hal. 3. Lihat juga: Ibid., hal. 114.
61
Erma Wahyuni, T. Saiful Bahari, dan Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia-YPAPI,
tanpa tahun, hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
dinamakan intellectual assets. Sedangkan intellectual assets yang secara legal diproteksi seperti paten, rahasia dagang, merek, hak cipta, dan lain-lain
dinamakan intellectual property right atau HKI. Pada prinspnya HKI di Indonesia dibagi dalam dua kelompok yaitu hak cipta dan hak kekayaan
industri.
62
Hak atas merek sama halnya dengan hak paten, hak cipta, varietas tanaman, rahasia dagang, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, yaitu sama-sama
sebagai bagian dari HKI. Penegasan merek sebagai HKI tidak terdapat dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek secara tegas, tetapi UU No.19 Tahun 1992 tentang
Merek dicabut secara tegas disebutkan pada bagian konsiderannya bahwa “merek sebagai salah satu wujud karya intelektual”.
63
Pengertian merek yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek tidak mendefenisikan merek sebagai HKI. Tidak disebutkan
merek sebagai salah satu wujud dari karya intelektual,
64
62
Hadi Setia Tunggal, Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Harvarindo, 2001, hal. v-vi.
ditentukan: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Tetapi secara tersirat
pengertian ini pada hakikatnya hasil dari oleh fikir manusia sehingga menghasilkan merek, dan dalam pasal-pasal UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek terdapat
penegasan HKI. Oleh karenanya hak merek merupakan bagian dari HKI. Demikian pula perjanjian yang telah disepakati pada WTO Agreement.
63
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Right, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995, hal. 247.
64
Erma Wahyuni, T. Saiful Bahari, dan Hessel Nogi S. Tangkilisan, Op. cit., hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan dalam HKI sesungguhnya cenderung lebih dominan pada perlindungan individual, namun untuk menyeimbangkan kepentingan individu
dengan kepentingan masyarakat, maka sistim HKI mendasarkan pada prinsip keadilan, prinsip ekonomi, prinsip kebudayaan, dan prinsip sosial.
65
Prinsip keadilan the principle of natural justice memberikan perlindungan hukum terhadap
pemilik terdaftar untuk bertindak dalam rangak penggunaan untuk kepentingannya. Jika seseorang memiliki hak tertentu, maka sesungguhnya pihak lain juga ada haknya
melekat sebahagian.
66
Prinsip ekonomi pada HKI karena HKI dapat memberikan manfaat dalam menunjang kehidupan manusia, artinya kepemilikan itu wajar karena sifatnya
ekonomis sehingga manusia menjadikan HKI untuk menunjang kehidupannya di dalam masyarakat. Dari kepemilikannya seseorang akan memperoleh keuntungan
misalnya dalam bentuk royalti.
67
Prinsip kebudayaan pada HKI memiliki arti suatu gerakan hidup dengan membiasakan menghasilkan karya-karya, kreasi, yang bernilai tinggi berdasarkan
ilmu pengetahuan. Sedangkan prinsip sosial dalam HKI bahwa hak apapun yang diakui oleh hukum yang diberikan kepada seseorang atau persekutuan atau kepada
badan hukum untuk dipergunakan sesuai dengan kepentingannya. Oleh karena
65
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Op. Cit., hal. 96.
66
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 32.
67
Ibid., hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
diberikannya hak tersebut kepada perseorangan, atau badan hukum, maka kepentingan seluruh masyarakat terpenuhi.
68
Merek berfungsi untuk membedakan suatu produk barang atau jasa yang diperdagangkan sekaligus mengisyaratkan asal-usul suatu produk
69
, tentang siapa pihak yang pertama sekali mendaftarkan merek tersebut sistim konstitutif bukan
dilihat dari siapa yang menggunakan atau memakai merek tersebut. Merek harus memiliki unsur-unsur daya pembeda, bukan milik umum, dan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum serat ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
70
Merek juga berfungsi untuk mencegah terjadinya praktik persaingan usaha tidak sehat. Dengan merek, maka produk barang dan jasa dapat dibedakan asal
mulanya, kualitasnya serta keterjaminan bahwa produk itu original. Kadang kala yang membuat harga sebuah produk menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya.
Dengan merek tersebut dapat memberikan kepuasan bagi pembeli, merek itu hanya sebagai benda immateril yang tidak dapat memberikan kepuasan apapun secara fisik
melainkan melainkan benda dari merek itulah yang dapat memberikan kepuasan secara fisik. Inilah yang membuktikan bahwa merek itu merupakan HKI.
71
C. Kekuatan Hukum Merek Terdaftar
68
Ibid., hal. 33-34.
69
Achmad Zen Umar Purba, Op. cit., hal. 50.
70
Ibid., hal. 51.
71
Erma Wahyuni, T. Saiful Bahari, dan Hessel Nogi S. Tangkilisan, Op. cit., hal. 74-75.
Universitas Sumatera Utara
Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM sebagai instansi yang ditugasi untuk mendaftarkan merek yang
dimohonkan pendaftarannya oleh seseorang, sehingga dengan dikeluarkannya sertifikat pendaftaran merek, maka seseorang tersebut akan menjadi pemilik merek
terdaftar, dengan catatan sepanjang tidak ada pihak yang mengkalim kepemilikan merek tersebut.
Sistim pendaftaran merek saat ini berdasarkan UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek adalah sistim konstitutif atau first to file system artinya pemilik merek yang
dianggap sah adalah orang perseorangan atau badan hukum yang telah mendaftarkan merek tersebut ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Direktorat Merek
cq Menteri Hukum dan HAM untuk pertama kalinya, sampai dibuktikan apakah pendaftaranm tersebut dilakukan atas itikad baik atau itikad buruk.
72
Sistim ini suatu kemajuan dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek karena dengan sistim konstitutif ini akan mudah membuktikan siapa pemilik merek
pertama kali dengan cara melihat pertama kali pendaftarannya pada instansi yang berwenang. Jika pada masa berlakunya UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek jo UU
No.14 Tahun 1997 tentang Merek telah dicabut menggunakan sistim deklaratif yaitu siapa pertama kali yang menggunakan atau memakai merek tersebut, tentunya dengan
sistim ini akan terasa sulit untuk membuktikan siapa orang yang pertama kali menggunakan suatu merek karena sulit untuk dipantau.
73
72
Dwi Rezki Sri Astarini, Op. Cit., hal. 6-7.
73
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian dan perlindungan hukum mengenai hak atas merek. Ada kemiripan pendaftaran merek dengan
pendaftaran tanah
74
Kekuatan sertifikat hak merek sebagai bukti yang kuat dan sempurna, sebab dikeluarkan oleh pejabat publik yang berwenang untuk itu. Pejabat publik openbare
ambtenaren yaitu pejabat yang diserahi tugas untuk membuat dan mengeluarkan sertifikat hak merek pada pejabat tata usaha negara. Pejabat publik memiliki
kewenangan membantu masyarakat publik yang membutuhkan sertifikat merek. Pejabat publik tersebut antara lain Camat, Notaris, Kepolisian, Pejabat Pembuat Akta
Tanah PPAT, Pejabat Lelang, dan lain-lain, termasuk Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM juga
termasuk sebagai alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. yaitu sertifikatnya sama-sama dikeluarkan oleh pejabat publik
umum tetapi bedanya, jika sertifikat merek dikeluarkan oleh Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM
sedangkan sertifikat tanah bisa dikeluarkan notaris atau PPAT cq Badan Pertanahan Nasional.
74
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Bandung: refika Aditama, 2008, hal. 120. Sertifikat hak atas tanah dalam
bentuk akta notaris sebagai alat bukti yang kuat dan sempurna. Akta sebagai alat bukti dalam persidangan dan pada setiap pembuktian apapun jenisnya, akta tetap dapat dijadikan sebagai barang
bukti. Apakah akta tersebut sah, kuat, atau sempurna, tergantung pada syarat mutlak pembuatan akta tersebut. Akta otentik karena dibuat oleh pejabat yang berwenang, dan pejabat tersebut diangkat dan
disahkan berdasarkan perintah undang-undang kewenangn atribusi yaitu kewenangan yang diperintahkan oleh undang-undang, maka kekuatan akta tersebut sebagai akta otentik yaitu terkuat dan
sempurna. Kesempurnaan akta otentik karena akta otentik dibuat oleh pejabat yang berwenang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh sertifikat merek tersebut, maka harus dimohonkan kepada Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri
Hukum dan HAM melalui prosedur yang ditentukan dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek. Permohonan dengan menggunakan hak prioritas ditentukan dalam
Pasal 11 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek, harus diajukan dalam waktu paling lama 6 enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran
Merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota organisasi perdagangan dunia yaitu Paris Convention for the Protection of Industrial Property
atau anggota Agreement Establishing the World Trade Organization, atau WTO Agreement.
Permohonan dengan menggunakan hak prioritas wajib dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali yang
menimbulkan hak prioritas tersebut. Bukti hak prioritas yang dimaksud tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi
dalam waktu paling lama 3 tiga bulan setelah berakhirnya hak mengajukan permohonan dengan menggunakan hak prioritas, permohonan tersebut tetap diproses,
tetapi tanpa menggunakan hak prioritas lagi.
75
Tidak semua merek yang didaftarkan akan diberikan sertifikat merek. Sebelum diberikan sertifikat merek yang dimohonkan pendaftarannya, Direktorat
Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan
75
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hal. 412.
Universitas Sumatera Utara
HAM, terlebih dahulu melaksanakan ketentuan Pasal 18 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek yaitu melaksanakan pemeriksaan substantif dalam waktu paling lama
1 satu bulan setelah dimohonkan. Sertifikat merek tidak akan diberikan atau pendaftaran merek akan ditolak jika:
76
1. Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik
Pasal 4. 2.
Merek tersebut mengandung salah satu unsur-unsur Pasal 5: a.
Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau kertertiban umum;
b. Tidak memiliki daya pembeda;
c. Telah menjadi milik umum; atau
d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. 3.
Merek tersebut Pasal 6 memilikimenyerupai: a.
Persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang danatau jasa yang
sejenis; b.
Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang danatau jasa
sejenis; c.
Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal;
d. Nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang
lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; e.
Tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; f.
Tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang. Jika pemeriksaan substantif dilakukan kemudian diumumkan oleh Direktorat
Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM, dengan tujuan memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk
76
Ibid., hal. 412-413.
Universitas Sumatera Utara
mengajukan keberatan dan sanggahan. Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan Pasal 23 antara lain:
1. Nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila permohonan
diajukan melalui Kuasa; 2.
Kelas dan jenis barang danatau jasa bagi merek yang dimohonkan pendaftarannya;
3. Tanggal penerimaan;
4. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali; dalam
hal Permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas: dan 5.
Contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila etiket merek menggunakan bahasa asing danatau huruf selain huruf latin danatau angka
yang tidak lazim digunakan dalam bahasa indonesia, disertai terjemahannya ke dalam bahasa indonesia, huruf latin atau angka yang lazim digunakan
dalam bahasa indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin. Dalam hal ada keberatan, maka dilakukan pemeriksaan kembali dan jika tidak
ada keberatan atau sanggahan, maka Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM akan mengeluarkan Sertifikat
Merek kepada pemohon. Sertifikat merek yang dikeluarkan oleh Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM,
Universitas Sumatera Utara
bermuatan antara lain sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 27 ayat 3 Sertifikat Merek memuat:
77
1. Nama dan alamat lengkap pemilik merek yang didaftar;
2. Nama dan alamat lengkap kuasa, dalam hal permohonan diajukan berdasarkan
pasal 10; 3.
Tanggal pengajuan dan tanggal penerimaan; 4.
Nama negara dan tanggal permohonan yang pertama kali apabila permohonan tersebut diajukan dengan menggunakan hak prioritas;
5. Etiket merek yang didaftarkan, termasuk keterangan mengenai macam warna
apabila merek tersebut menggunakan unsur warna, dan apabila merek menggunakan bahasa asing danatau huruf selain huruf latin danatau angka
yang tidak lazim digunakan dalam bahasa indonesia disertai terjemahannya dalam bahasa indonesia, huruf latin dan angka yang lazim digunakan dalam
bahasa indonesia serta cara pengucapannya dalam ejaan latin;
6. Nomor dan tanggal pendaftaran;
7. Kelas dan jenis barang danatau jasa yang mereknya didaftar; dan
8. Jangka waktu berlakunya pendaftaran merek.
Selain sertifikat merek, pemohon dapat mengajukan hak untuk memperoleh petikan resmi sertifikat merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek yang
disimpan pada Kantor Direktorat Merek cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Menteri Hukum dan HAM. Berbeda dengan sertifikat hak atas tanah
yang diperoleh selama-lamanya dan bersifat turun temurun atau dapat diwariskan,
78
77
Dwi Rezki Sri Astarini, Op. Cit., hal. 212.
tetapi dalam hal kepemilikan sertifikat merek tidak demikian. Berdasarkan Pasal 28 UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek ditentukan hanya untuk jangka waktu 10
sepuluh tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang kembali. Berarti merek terdaftar tersebut akan memiliki kekuatan hukum atau dilindungi oleh hukum
78
Adrian Sutedi, Op. cit., hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
hanya berlaku selama jangka waktu 10 sepuluh tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan tersebut dapat diperpanjang.
D. Karakteristik Tindak Pidana Pemalsuan Merek Pasca Berlakunya UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek
Pada perkembangannya UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek yang direvisi dengan UU No.14 Tahun 1997 tentang Merek digantikan oleh UU No.15 Tahun 2001
tentang Merek. Umumnya ketentuan di dalam UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek mengatur hal-hal yang baru dibandingkan dengan UU No.19 Tahun 1992 jo UU
No.14 Tahun 1997. Muatan dalam UU No.15 Tahun 2001 merupakan hasil dari Persetujuan Putaran Uruguay dan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia
yang telah ditandatangani dan diratifikasi di Marrakesh, Maroko pada tanggal 15 April 1994.
Ratifikasi Persetujuan Putaran Uruguay dan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia Agreement Establishing the World Trade Organization
dilakukan melalui UU No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Putaran Uruguay dan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia Agreement Establishing the World
Trade Organization. Hasil konvensi yang diratifikasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam muatan UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek.
79
79
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Undang-Undang Merek Baru Tahun 2001, Bandung: Citra Adtya bakti, 2002, hal. 1.
Indikasi geografis dan indikasi asas juga dianut dalam bab VII UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek yang
Universitas Sumatera Utara
semula indikasi geogaris dan indikasi asal juga diatur dalam UU No.19 Tahun 1992 tentang Merek yang direvisi dengan UU No.14 Tahun 1997 tentang Merek.
80
1. Delik Aduan