ANGKATAN REFORMASI
2.9 ANGKATAN REFORMASI
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaran politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdulrahman Wahid (Gusdur) dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang “Sastrawan Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di rubik sastra harian Repoblika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubik sajak-sajak peduli Bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan angktan Reformasih merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses Reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada masa itu. Bahkan penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep zamzam Noer, dan Hartono Beny Hidayat dengan media online: duniasastra.com-nya , juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
1. Widji Thukul
2.9.1 Sejarah Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke B.J. Habibie lalu K.H. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang sastrawan reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra puisi, cerpen maupun novel, yang bertemakan sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Peristiwa reformasi 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya- karya sastra seperti puisi, cerpen, dan novel. Bahkan, penyair yang semula jauh dari tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Acep Zamzam Noer dan Ahmadun Yosi Herfanda, juga ikut meramaikan suasana itu dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
2.9.2 Ciri-ciri Periode 2000
1. Isi karya sastra sesuai situasi reformasi;
2. Bertema sosial-politik, romantik, naturalis;
3. Produktivitas karya sastra lebih marak lagi, seperti puisi, cerpen, novel;
4. Disebut angkatan reformasi;
5. Tahun 1998 merupakan puncak dari angkatan 90-an;
6. Banyak munculnya sastrawan baru yang membawa angin baru dalam kesusastraan Indonesia, contohnya Ayu Utami yang muncul di akhir 90-an dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York.
7. Tema sosial-politik, romantik, masih mewarnai tema karya sastra;
8. Banyak muncul kaum perempuan;
9. Disebut angkatan modern;
10. Karya sastra lebih marak lagi, termasuk adanya sastra koran, contohnya dalam H.U.
Pikiran Rakyat;
11. Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, feminisme;
12. Banyak muncul karya populer atau gampang dicerna, dipahami pembaca;
13. Adanya sastra religi;
14. Muncul cyber sastra di Internet.
2.9.3 Tokoh-tokohnya
2.9.3.1 Ahmadun Yosi Herfanda Lahir di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958. Pendidikan: Alumnus FPBS IKIP Yogyakarta
menyelesaikan S2 di jurusan Magister Teknologi Informasi pada Univ. Paramadina Mulia, Jakarta, 2005. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia ( 1993-1995) dan Ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia (1999-2002), Tahun 2003, bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S. Mahayana menerbitkan Creative Writing Institute. Ahmadun Pernah menjadi Anggota Dewan Penasihat Majelis penulis Forum Lingkar Pena. Contoh karyanya: Resonasi Indonesia
2.9.3.2 Acep Zamzam Noer Lahir di Tasik pada tanggal 28 Februari 1960. Pendidikan: Alumnus Seni Rupa ITB dan
Universitas Italia Stranieri, Italia. Kumpulan Puisinya:
1. Tamparlah Mukaku, 1982
2. Aku Kini Doa, 1986
3. Antologi Pesta Sastra, 1987
4. Kasidah Sunyi, 1989
5. Ketika Kata Ketika Warna, 1995
6. Kota Hujan, 1996
7. Di Luar Kota, 1997
8. Di Atas Umbria, 1999
2.9.3.3 Justina Ayu Utami
Lahir di Bogor, 21 November 1968. Pendidikan: Fak. Sastra UI. Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik di masa Orde Baru, dia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama yaitu Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus karena gaya penulisan Ayu yang terbuka bahkan terkesan vulgar, inilah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang lainnya. Selain itu, Saman meraih sayembara penulisan novel Dewan Kesenia Jakarta 1998, berkat novel itu juga Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Frince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag Belanda. Ayu Utami dalam novel Saman berhasil menciptakan representasi seksualitas. “mengarang bagi saya adalah kesedihan, melibatkan, meleburkan diri dan menerima kemungkinan yang tak direncanakan.”
2.9.3.4 Dorotea Rosa Herliany Lahir di Magelang, 20 Oktober 1963 Pendidikan: FPBS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta,
Jurusan Sastra Indonesia (1987). Ia mendirikan Forum Situs Kata dan menerbitkan berkala budaya Kolong Budaya. Kini ia mengelola penerbit Tera di Magelang, juga ia mendirikan Indonesia Tera, sebuah kelompok belajar kebudayaan dan masyarakat, lembaga swadaya non-profit yang bekerja dalam lapangan penelitan, penerbitan, dan pengembangan jaringan informasi untuk pendidikan dan kebudayaan masyarakat. Ia menulis sajak dan cerpen. Kumpulan sajaknya: Nyanyian Gaduh (1987), Matahari yang Mengalir (1990), Kepompong Sunyi (1993), Nikah Ilalang (1995), Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999), Kill the Radio (2001). Kumpulan cerpennya: Blencong (1995), Karikatur dan Sepotong Cinta (1996).
2.9.3.5 Afrizal Malna Lahir di Jakarta, 7 Juni 1957 Pernah mengikuti Poetry International Rotterdam (1996) Kumpulan
puisinya: Abad yang Berlari (1984), Yang Terdiam dalam Microfon (1990), Kalung dari Teman (1999), Anjing Menyerbu Kuburan (1996).
2.9.3.6 Sony Farid Maulana Lahir di Tasikmalaya, 19 Februari 1962. Pendidikan: Jurusan Teater Akademi Seni Tari
Indonesia (1986). Semasa kuliah sudah menulis puisi yang bertemakan sosial, politik, agama, kesunyian, dan kesepian. Sekarang menulis puisi, prosa, esai, dan laporan jurnalistik di HU Pikiran Rakyat Bandung. Puisi-puisinya dibukukan dalam Variasi Parijs Van Java (2004), Tepi Waktu Tepi Salju (2004), Selepas Kata (2004), Secangkir Teh (2005), Sehampar Kabut (2006), Angsana (2007). Buku Sehampar Kabut masuk dalam lima besar Khatulistiwa Literary Award 2005-2006.
2.9.3.7 Nenden Lilis Lahir di Garut, 26 September 1971 Kumpulan puisi tunggalnya Negeri Sihir (1999), kumpulan
cerpen Dua Tengkorak Kepala (2000). Pernah membaca puisi di Poetry Festival Belanda
2.9.3.8 Seno Gumira Ajidarma Ayahnya Prof. Dr. M.S.A. Sastroamidjojo Pendidikan: IKJ Jurusan Sinematografi Mengikuti teater
alam pimpinan Azwar A. N. Beberapa puisinya pernah dimuat di Horizon. Kemudian ia menulis cerpen antara lain: “Manusia Kamar” (1988), “Penembak Misterius” (1993), “Saksi Mata” (1994), “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” (1995). Novelnya Matinya Seorang Penari Telanjang (2000). Pada tahun 1987 ia mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya “Saksi Mata” ia mendapat Dinny O’Hearn Prize for Literary (1997).
2.9.3.9 Dewi Lestari ( Dewi Dee ) Lahir di Bandung, 20 januari 1976. Ayah, Ibu: Yohan Simanungsong-Turlan Siagian.
Pendidikan: Univ. Parahyangan dengan gelar sarjana politik. Ketiga novelnya yaitu Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; dan Petir mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award tahun 2002 dan 2003.