Keterangan Lain

2.4.1 Keterangan Lain

Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut. Sensor dilakukan terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual dan nasionalistik. Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sudah menggunakan bahasa Indonesia, menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang), pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional, menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme. Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana. Layar Terkembang merupakan kisah roman antara tiga muda-mudi, yaitu: Yusuf, Maria, dan Tuti. Berikut ini dapat kita pelajari Roman Layar Terkembang. Yusuf adalah seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita. Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh kebahagian. Tuti adalah guru dan juga gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita. Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana ingin menyampaikan beberapa hal yaitu, perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat. Selain itu, masalah yang datang harus dihadapi bukan dihindari dengan mencari pelarian, seperti perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan, belas kasihan dan pelarian dari rasa kesepian atau demi status budaya sosial. Di sisi lain, pada Angkatan Pujangga Baru Amir Hamzah diberi gelar sebagai “Raja Penyair Pujangga Baru.” Beliau diberi gelar tersebut karena mampu menjembatani tradisi puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Dengan susah payah beliau mampu menarik keluar puisi Melayu dari puri- Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut. Sensor dilakukan terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual dan nasionalistik. Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sudah menggunakan bahasa Indonesia, menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang), pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional, menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme. Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana. Layar Terkembang merupakan kisah roman antara tiga muda-mudi, yaitu: Yusuf, Maria, dan Tuti. Berikut ini dapat kita pelajari Roman Layar Terkembang. Yusuf adalah seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita. Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh kebahagian. Tuti adalah guru dan juga gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita. Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana ingin menyampaikan beberapa hal yaitu, perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat. Selain itu, masalah yang datang harus dihadapi bukan dihindari dengan mencari pelarian, seperti perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan, belas kasihan dan pelarian dari rasa kesepian atau demi status budaya sosial. Di sisi lain, pada Angkatan Pujangga Baru Amir Hamzah diberi gelar sebagai “Raja Penyair Pujangga Baru.” Beliau diberi gelar tersebut karena mampu menjembatani tradisi puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Dengan susah payah beliau mampu menarik keluar puisi Melayu dari puri-