KESEIMBANGAN EKOLOGIS

BAB VI KESEIMBANGAN EKOLOGIS

Prof.DR.dr.Adi Heru Sutomo, MSc, DCN, DLSHTM, PKK

Kontributor: dr.Dianing Pratiwi dan dr.Fitriana

Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh ahli biologi pada abad ke-19 yang berarti ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Ekosistem sendiri merupakan sebuah komunitas organisme hidup (tumbuhan, hewan, mikroba) dengan komponen non-hidup (udara, air, tanah mineral) dan berinteraksi sebagai sistem dalam sebuah lingkungan. Pada abad ke-20, istilah ekologi manusia muncul dan berfokus pada populasi manusia, organisasi sosialnya, karakteristik lingkungan tempat tinggalnya, dan teknologi yang mereka gunakan. Ekologi manusia bertujuan untuk mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan sosial, fisik, dan biologisnya. Ilmu ini memberikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk menentukan tindakan yang bisa membawa keseimbangan dan harmoni dalam ekosistem dan manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan, serta memberikan dasar kesehatan yang baik (Eisenberg dan Sartorius, 1988).

Ekologi manusia tidak terbatas pada pertimbangan penyakit, kesehatan, gaya hidup, dan lingkungan, tetapi menilainya bersama dengan determinan pada sistem dinamik. Tidak seperti epidemiologi, ekologi manusia tidak membatasi diri pada mempelajari perubahan pola penyakit pada populasi. Ekologi manusia berkaitan dengan sistem, bukan dengan komponennya saja. Ilmu ini melihat penyakit sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem dan tahu jika eradikasi penyakit bisa mengganggu ekosistem secara signifikan dan membuat lebih banyak masalah daripada penyakit itu sendiri: pemahaman ekologis mampu menghindari ini. Ekologi menggunakan metode dan pengetahuan dari berbagi disiplin ilmu, salah satunya epidemiologi (Eisenberg dan Sartorius, 1988). Di edisi perdana pada tahun 1972, editor Human Ecology: An Interdisciplinary Journal memberikan pengantar mengenai cakupan topik dalam ekologi manusia, yaitu:

1. Adaptasi genetik, fisiologis, dan sosial pada lingkungan dan perubahan lingkungan

2. Peran faktor sosial, kultural, dan psikologis pada pemeliharaan atau gangguan ekosistem

3. Efek kepadatan populasi pada kesehatan, organisasi sosial, atau kualitas lingkungan

4. Masalah adaptif baru dalam lingkungan urban

5. Hubungan antara perubahan teknologi dan lingkungan

6. Pengembangan prinsip-prinsip yang mempersatukan studi adaptasi biologis dan kultural

7. Timbulnya maladaptasi pada evolusi biologis dan kultural manusia

8. Hubungan antara kualitas dan kuantitas makanan dengan kinerja fisik dan intelektual, serta dengan perubahan demografis

9. Penerapan komputer, alat-alat penginderaan jauh, dan alat dan teknik baru yang lain (Steiner dan Nauser, 1993).

Dari paparan di atas, tampak bahwa ekologi manusia mempelajari ekosistem manusia. Ekosistem manusia ini hidup bersama-sama dengan ekosistem alami, bahkan merupakan bagian dari ekosistem alami. Seperti ekosistem alami, ekosistem manusia juga memiliki batas-batas untuk menjaga komponen yang berada di dalamnya.

Batas-batas ekosistem adalah zona-zona transisi antara dua habitat yang berdampingan. Batas-batas ini terjadi secara alami di semua bioma, tetapi jangkauan dari batas-batas ini telah meningkat banyak karena adanya modifikasi habitat manusia. Zona transisi ini dicirikan dengan adanya perubahan besar pada komposisi komunitas tumbuhan dan hewan dan transisi tersebut bisa drastis/tiba-tiba, gradual, maupun terjadi melalui serangkaian tipe habitat intermediet. Batas ekosistem yang terjadi secara alami terkadang membentuk suatu habitat unik. Spesiesnya telah beradaptasi secara spesifik, sedangkan batas ekosistem yang diciptakan manusia biasanya terdiri dari campuran spesies dari kedua ekosistem yang berdampingan dan sering memberikan pengaruh negatif pada habitat alami. Ekosistem yang berdampingan dihubungkan melalui aliran energi, materi, dan organisme sepanjang batas ekosistem dan aliran ini dapat memberikan pengaruh kuat pada fertilitas dan produktivitas ekosistem. Besarnya aliran lintas sistem ini dimediasi oleh banyak variabel (Banks-Leite dan Ewers, 2009).

Lingkungan dapat berubah-ubah, untuk mencapai keseimbangan, ekosistem harus beradaptasi. Oleh karena tidak ada lingkungan yang statis, maka perubahan dan adaptasi terus- menerus harus dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut. Di dalam ekologi perubahan diketahui dan cara adaptasi dilakukan juga dipahami. Sesuai dengan poin-poin yang dipaparkan editor Human Ecology: An Interdisciplinary Journal di edisi perdananya, tampak bahwa perubahan dan adaptasi merupakan bagian besar. Adaptasi genetik, fisiologis, dan sosial pada lingkungan dan perubahan lingkungan adalah hal yang disebutkan pertama kali. Peran Lingkungan dapat berubah-ubah, untuk mencapai keseimbangan, ekosistem harus beradaptasi. Oleh karena tidak ada lingkungan yang statis, maka perubahan dan adaptasi terus- menerus harus dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut. Di dalam ekologi perubahan diketahui dan cara adaptasi dilakukan juga dipahami. Sesuai dengan poin-poin yang dipaparkan editor Human Ecology: An Interdisciplinary Journal di edisi perdananya, tampak bahwa perubahan dan adaptasi merupakan bagian besar. Adaptasi genetik, fisiologis, dan sosial pada lingkungan dan perubahan lingkungan adalah hal yang disebutkan pertama kali. Peran

DAFTAR PUSTAKA

Banks-Leite, C., Ewers, R. M., 2009. Ecosystem Boundaries. eLS. Eisenberg, L.; Sartorius, N., 1988. Human Ecology in the Repertoire of Health Development.

World Health Forum,9 Steiner, D., Nauser, M., 1993. Human Ecology. Taylor&Francis e-Library: USA.