Rancangan Penelitian
3.1 Rancangan Penelitian
Secara umum dikenal adanya dua pendekatan (rencana) dalam penelitian, yaitu rencana kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif dikenal pula dua jenis rancangan yaitu eksperimen dan noneksperimen (Asmadi Alsa, 2007: 85). Termasuk dalam rancangan noneksperimen adalah penelitian korelasional, yaitu satu penelitian yang berupaya untuk melihat Pengaruh/Pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Penelitian yang dilaksanakan tergolong penelitian korelasional, karena penelitian ini bermaksud mengetahui Pengaruh langsung antara Budaya Organisasi dengan Tingkat Kerukunan Antar Umata Beragama di Kota Mataram, Pengaruh langsung Komunikasi Organisasi dengan Tingkat Kerukunan Antar Umata Beragama di Kota Mataram, Pengaruh langsung Lingkungan Sosial Masyarakat dengan Tingkat Kerukunan Antar Umata Beragama di kota Mataram, pengaruh langsunga Budaya Organisasi dengan Lingkungan Sosial Masyarakat di Kota Mataram, Pengaruh langsung Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Sosial Masyarakat di Kota Mataram, secara bersama-sama Pengaruh antara Budaya Organisasi, Komunikasi Organisasi terhadap Lingkungan Sosia masyarakat di kota Mataram, secara bersama-sama Pengaruh antara Budaya Organisasi, Komunikasi Organisasi dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap Tingkat Kerukunan Antar Umata Beragama di Mataram, pengaruh tidak langsung antara Budaya Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat dan pengaruh tidak langsung antara Komunikasi organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram melalui lingkungan nsosial masyarakat. Penelitian ini juga termasuk penelitian expost-facto, karena variabel-variabel yang diteliti telah terjadi apa adanya tanpa dimanipulasi dan tidak diadakan perlakuan.
Budaya organisasi mempunyai kaitan dan peran terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Yang bisa dikatakan merupakan seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Budaya organisasi yang positif dan kuat akan berdampak terhadap tingkat kerukunan antar beragama yang ada akan semakin membaik. karena akan berdampak pula terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat yang berhubungan dengan SARA akan mengalami pengurangan. Maka bisa dikatakan bahwa Budaya organisasi berpengaruh terhadap tingkat kerukunan antara umat bergama yang ada di kota Mataram dan kehidupan di Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram
Semua orang akan melakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi. Bisa dikatakan bahwa semua permasalahan yang ada didalam kehidupan masyarakat seperti misalkan masalah SARA yang sering terjadi selama ini bisa diatasi apabila masyarakat satu dengan masyarakat yang lain yang memiliki banyak perbedaan sering melakukan komunikasi, baik itu komunikasi formal yang ada di kehidupan organisasi maupun komunikasi non formal dalam kehidupan Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat, karena dengan seringnya kita berkomunikasi antara sesama umat bergama satu dengan yang lain akan menumukan suatu kesepakatan, toleransi, dan kerja sama antar umat beragama, permasalahan yang ada di kehidupan beragama akan mengalami pengurangan. Maka dari itu komunikasi organisasi dapat dikatakan berpengaruh terhadap tingkat kerukunan antar umat bergama di kota Mataram dan kehidupan di Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.
Lingkungan Sosial Masyarakat dan Dinamika Populasi Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara masing-masing individu; antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Melihat interaksi manusia dapat dilihat dalam dua tingkat (kacamata), yaitu tingkat hayati dan tingkat sosial atau budaya. Interaksi sosial tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: (1) Adanya kontak sosial (social-contact); (2) adanya komunikasi (communications). Dan menurut ahli-ahli sosial bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (co-operation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan dapat juga berbentuk akomodasi (accommodation). proses interaksi manusia adalah kompetisi. Kompetisi itu pada hakekatnya berlangsung dengan proses kerjasama yang spontan dan tidak berencana. Bahwa Lingkungan Sosial Masyarakat dengan tingkat interaksi sosial yang baik akan berdampak terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama akan semakin baik, karena ini disebabkan oleh adanya toleransi, hormat-menghormati, kerjasama dan komunikasi antara penganut agama satu dengan penganut agama lain, maka permasalahan-permasalahn yang mengenai keagamaan akan mengalami pengurangan. Dengan kata lain bahwa Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kerukunan antar umat bergama di kota Mataram.
Demikian juga secara bersama-sama antara Budaya Organisasi, Komunikasi Organisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakati memiliki Pengaruh yang positif dan signifikan dengan tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram, artinya bila bersama-sama antara Budaya Organisasi, Komunikasi Organisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakati dijalankan dengan baik maka berdampak terhadap tingkat kerukunan yang dimiliki oleh setiap penganut agama akan semakin kuat dan begitu sebaliknya.