Pengaruh budaya organisasi komunikasi or

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah kehidupan beragama di masyarakat merupakan masalah yang sangat peka/sensitif bahkan merupakan masalah yang paling peka di antara masalah sosial-budaya lainnya. Sebab terjadinya masalah sosial akan menjadi semakin complicated jika masalah tersebut menyangkut pula masalah agama dan kehidupan beragama. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi masyarakat kita terutama di daerah pedesaan di mana sebagian besar jiwa keagamaannya dibina dan dibentuk oleh Lingkungan Sosial Masyarakatnya masing-masing. Maka itu jiwa keagamaannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa keagamaan lingkungannya.

Kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa perpindahan agama seseorang dari satu agama ke agama lain, dapat menyinggung perasaan keagamaan kelompok dan lingkungannya. Hal ini akan lebih tersinggung lagi jika perpindahan tersebut dianggap tidak wajar, misalkan melalui bujukan, tipuan, pemberian materi, penyiaran agama yang keluar masuk rumah orang yang sudah beragama. Cara- cara inilah sangat menyinggung perasaan keagamaan, dapat menimbulkan keresahan dan dapat merusak hubungan antar umat beragama yang pada gilirannya dapat menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat.

Menyadari fakta kemajemukan Indonesia itu, pemerintah telah mencanangkan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia pada era tahun 1970-an. Tri Kerukunan Umat Beragama tersebut ialah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Tujuan utama dicanangkannya Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia adalah agar masyarakat Indonesia bisa hidup dalam kebersamaan, sekalipun banyak perbedaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan bijak agar tidak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Pada gilirannya, dengan terciptanya tri kerukunan itu akan lebih memantapkan stabilitas nasional dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa (Saputra, 2008: 4).

Pada umumnya semua umat beragama meyakini ajaran agama yang dipeluknya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Demikian pula umat Hindu meyakini bahwa kitab suci Veda sebagai wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam kitab suci Veda banyak kita temukan sabda Tuhan yang mengamanatkan untuk menumbuh kembangkan kerukunan umat beragama, toleransi, solidaritas dan penghargaan terhadap sesama manusia dengan tidak membeda-bedakannya. Hal ini dapat kita simak dalam kitab suci Veda sebagai berikut:

Aku satukan pikiran dan langkahmu untuk mewujudkan kerukunan diantara kamu. Aku bimbing mereka yang berbuat salah menuju jalan yang benar(Atharvaveda 111.8.5)

Wahai umat manusia ! Bersatulah dan rukunlah kamu seperti menyatunya para dewata. Aku telah anugrahkan hal yang sama kepadamu, oleh karena itu ciptakanlah persatuan diantara kamu(Atharvaveda 111.30.4)

Wahai umat manusia ! Hiduplah dalam harmoni dan kerukunan. Hendaklah bersatu dan bekerja sama. Berbicaralah dengan satu bahasa dan ambilah keputusan dengan satu pikiran. Seperti orang-orang suci di masa lalu yang telah melaksanakan kewajibannya, hendaknya kamu tidak goyah dalam melaksanakan kewajibanmu (Rgveda X191.2).

Berdasarkan kitab suci Veda tersebut diatas, maka jelaslah bahwa di dalam ajaran agama Hindu mengajarkan untuk umat Hindu rukun, damai, toleransi, solidaritas yang dilandasi oleh kasih sayang, guna mewujudkan tujuan hidupnya. (PHDI, 2007 :67).

Pada hakekatnya bahwa manusia adalah makhluk individu dan sosial, sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sekalipun ia menjadi pemimpin suatu organisasi. Dalam kehidupan manusia terlebih dalam kerangka organisasi atau organisasi selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, oleh karenanya manusia selalu mengadakan hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya, dan saling mempengaruhi, hingga interaksi sosial itu penting sekali dalam kehidupan manusia lebih-lebih dalam suatu organ isasi atau kehidupan keagamaan yang ada selama ini.

Budaya organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masayarakat khususnya dalam mengatasi permasalahan kerukunan antar umat beragama khususnya di kota Mataram yang sering diperbincangkan selama ini. Hal ini ditegaskan pula oleh Williams (2001: 7) bahwa kesanggupan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, sikap dan norma-norma yang ada akan membawa organisasi pada kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan, dan ketidakpuasan. Kemampuan menyesuaikan diri dengan nilai dan norma adalah kemampuan untuk menyesuaikan dan menanggapi perubahan lingkungan organisasi.

Budaya organisasi mendorong tingkat keterlibatan masayarakat lebih tinggi dalam pengambilan keputusan, masayarakat akan memiliki rasa kepemilikan dan tanggung jawab yang lebih besar. Dalam hal ini, suatu nilai-nilai, norma-norma, dan keyakinan organisasi itu dapat dilaksanakan dengan kondusif oleh masayarakat, serta dalam kondisi kerjasama dan interaksi yang baik semua unsur di dalam organisasi atau kehidupan masyarakat.

Melalui organisasi manusia dapat mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan sejumlah besar tindakan-tindakan demi menciptakan suasana yang harmonis, dinamis, dan tentram antar antar umat beragaman. Adapun upaya-upaya yang dilakukan meliputi melakukan dialog antar umat beragama, adanya kordinasi/konsultasi/ musyawarah antara antar umat beragama yang dilakukan secara berkala untuk mendapatkan masukan, sumbang saran pemikiran, dan keputusan bersama. Sehingga kurukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dan kerjasama yang baik dapat ditingkatkan.

Selain faktor budaya organisasi faktor komunikasi organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerukunan antar umat beragama. karena komunikasi merupakan kunci pembuka dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Kegiatan komunikasi, dalam hal ini proses perpindahan informasi, bisa dikatakan telah ada sejak terbentuknya suatu masyarakat dan telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian manusia. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun manusia digunakan untuk berkomunikasi (Rakhmat, 2003: vii). Di satu sisi, pada hakikatnya komunikasi adalah fitrah manusia, selama manusia masih mempunyai naluri ingin tahu dan ingin menyampaikan sesuatu kepada sesamanya, maka selama itu akan ada kegiatan komunikasi. Semakin kompleksnya kehidupan manusia, membuat peranan komunikasi semakin tidak terelakan, untuk kepentingan berinteraksi, memecahkan masalah, atau untuk menjalin hubungan baik dengan sesamanya.

Pemahaman terhadap komunikasi organisasi tidak dapat dilepaskan dari kaitannya dengan berbagai aspek lainnya dari perilaku organisasi secara keseluruhan, Perilaku organisasi bertalian dengan bagaimana dan mengapa orang-orang bertindak, berpikir, dan merasa dalam suatu seting organisasi (Sweeney & McFarlin, 2002: 4). Komunikasi memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi selanjutnya menghasilkan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. atau merefleksikan sejauh mana eksistensi atau dampaknya. Maka komunikasi organisasi sangat penting peranannya dalam mengatasi permasalahan mengenai kerukunan antar umat bergama yang ada di kota Mataram.

Selain faktor Budaya organisasi dan komunikasi organisasi. Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengruhi terbentuknya kerukunan antar umat beragama yang ada di kota Mataram. Karena kita ketahui bahwa Lingkungan Sosial Masyarakat merupakan interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya yang terdiri dari mahluk sosial yaitu manusia. Lingkungan Sosial Masyarakat inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranaannya dalam membentuk kepribadian seseorang, dan terjadilah interaksi antara orang atau masyarakat dengan lingkuannya yang memiliki kepribadian adat istiadat yang berbeda.

Dari pemaparan permasalahan diatas dapat diketahui bahwa tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram bisa dikatakan berada dalam kategori kurang kondusif atau kurang baik. Melihat dari kondisi kota Mataram yang keadaan lingkungan masyarakat antara penganut agama satu dengan yang lain berbaur menjadi satu, maka sering ditemukan permasalah-permasalahan berwarna SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan ), terutama konflik berlatar belakang suku dan agama. Misalkan perpindahan agama seseorang dari satu agama ke agama lain, masalah perkawinan dengan beda agama sering terjadinya komplik dan bahkan permasalahan-permasalahan yang merupakan permasalahan sepele yang dibawa keranah agama sering kali menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan. Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas peneliti ingin mengetahui tentang Pengaruh budaya organisasi, komunikasi organisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana Gambaran (deskrifsi) dari Budaya organisasi, komunikasi Organisasi, Lingkungan Sosial Masyarakat dan tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram ?

  2. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram ?

  3. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram ?

  4. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram ?

  5. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram ?

  6. Adakah pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram ?

  7. Adakah pengaruh langsung secara simultan signifikan antara Budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram ?

  8. Adakah pengaruh langsung secara simultan signifikan antara Budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat Masyarakat di kota Mataram ?

  9. Adakah pengaruh langsung secara simultan signifikan antara Budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram ?

  10. Adakah pengaruh tidak langsung dan signifikan antara Budaya Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota mataram ?

  11. Adakah pengaruh tidak langsung dan signifikan antara Komunikasi Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota mataram ?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian ini :

  1. Untuk Mengetahui Gambaran (deskrifsi) dari Budaya organisasi, komunikasi Organisasi, Lingkungan Sosial Masyarakat dan tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram.

  2. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

  3. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi Organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

  4. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

  5. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

  6. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung yang signifikan antara Komunikasi organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

  7. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung secara simultan signifikan antara budaya organisasi dan komunikasi organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram.

  8. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung secara simultan signifikan antara budaya organisasi dan komunikasi organisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat Masyarakat di kota Mataram.

  9. Untuk Mengetahui Ada/ tidak pengaruh langsung secara simultan signifikan antara budaya organisasi dan komunikasi organisasi dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman di kota Mataram.

  10. Untuk mengetahui Ada/ tidak pengaruh tidak langsung dan signifikan antara budaya organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

  11. Untuk mengetahui Ada/ tidak pengaruh tidak langsung dan signifikan antara komunikasi organisasi terhadap tingkat kerukunan antar umat beragaman melalui Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat di kota Mataram.

4. Manfaat Penelitian

A. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi tokoh / pemuka agama dalam upaya memberikan pengetahuan terhadap seluruh umat beragama di Kota Mataram tentang pemahaman tentang budaya organisasi, komunikasi organisasi, Lingkungan Sosial Masyarakat yang berpengaruh terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

B. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bekontribusi positif terhadap kehidupan masyarakat di kota Mataram demi menciptakan kehidupan rukun, damai, dan sejahtera antar penganut agama yang ada di kota Mataram.

5. Ruang Lingkup Penelitian

  1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kerukunan antar umat beragama di kota Mataram sangat banyak, dalam penelitian ini dibatasi pada tiga faktor sebagai berikut a) Budaya Organisasi, b) Komunikasi Organisasi, c) Lingkungan Sosial Masyarakat..

  2. Tempat Penelitian di Kota Mataram Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat

  3. Data Penelitian tentang a) budaya organisasi, b) Komunikasi Organisasi, c) Lingkungan Sosial Masyarakat Masyarakat, dan d) Tingkat kerukunan antar umat beragama di kota Mataram.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, KERANGKA PENELITIAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Baharum Sharifah (2006) yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Dalam Organisasi Dengan Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Komitmen Kerja” adapun hasil yang didaptkan Hasil kajian menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara ketiga-tiga jenis komunikasi (komunikasi ke atas, komunikasi mendatar dan komunikasi ke bawah) dengan kepuasan kerja. Jenis komunikasi mendatar dan jenis komunikasi ke bawah mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan komitmen organisasi tetapi jenis komunikasi ke atas didapati tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan komitmen organisasi. Dapatan juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan di antara ketiga-tiga jenis komunikasi (ke atas, mendatar dan ke bawah) dengan prestasi kerja. Kepuasan kerja juga didapati mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan prestasi kerja dan juga kepuasan kerja didapati mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan komitmen organisasi.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Laras Tris Ambar Suksesi Edwardin, (2006) yang berjudul Analisis Pengaruh Kompetensi Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt Pos Indonesia (Persero) Se Kota Semarang). Adapun hasil yang didapatkan Penelitian ini menemukan beberapa kesimpulan penting yaitu pertama bahwa seluruh hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti secara signifikan. Kedua, variabel kompetensi komunikasi, Komunikasi Organisasi dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Ketiga, variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kinerja karyawan dibandingkan dengan variabel lainnya. Implikasi dari penelitian ini adalah kompetensi komunikasi, Komunikasi Organisasi dan budaya organisasi mempunyai peran yang sama penting dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hery Risdianto (2008) dengan judul Kerukunan Umat Beragama (Studi Hubungan Pemeluk Buddha Dan Islam Di Desa Jatimulyo, Kec. Girimulyo, kab. Kulon progo). Adapun hasil yang didapatkan Hasil penelitian ini menunjukan pertama, hubungan kehidupan keberagamaan di Desa Jatimulyo berjalan sangat harmonis. Semua itu terwujud dalam bentuk gotong royong, pembangunan tempat ibadah serta penyatuan tradisi lokal (budaya Jawa) dengan ritual agama. Salah satu faktor yang sangat mendukung terciptanya hubungan tersebut adalah aspek kultural yakni Etika Jawa (Budaya Jawa). Kedua, hubungan keberagamaan yang harmonis tersebut, jika dilihat dalam perspektif teologis dan sosiologis terbangun atas dasar adanya pemahaman keagamaan yang plural. Mereka meyakini bahwa semua agama mengajarkan kebajikan, kebenaran, keadilan dan nilai-nilai luhur lainnya.

Penelitian berikutnya ditulis oleh Achmad Fauzi Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2006, berjudul “Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama di Gresik” dalam skripsi ini Ia menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kerukunan antar umat beragama di Gresik dialok, musyawarah bersama, gotong royong dalam bidang kemanusiaan serta kegiatan lainnya yang semuanya telah diwadahi dan direalisasikan oleh BKSAG (Badan Kerukunan Umat Beragama Se- Kabupaten Gresik dan Pemerintah Kabuaten Gresik. Faktor yang mendukung kerukunan hidup antar umat beragama ialah toleransi dari semua pihak yang bersangkutan. Serta konsep kerukunan hidup antar umat beragama Islam, Kristen, Kong Hu Cu ada sebuah benang merah yang dapat ditarik dan dijadikan landasan hidup rukun antar umat Beragama yaitu sama-sama mengajarkan cinta, kasih sayang, dan penuh kedamaian sesama umat manusia.

Dan penetilian yang ditulis oleh Putu Somiartha, STAHN Gde Pudja Mataram tahun 2012 dengan judul “ Pengaruh Budaya Organisasi dan Hubungan Manusia (pawongan) terubahan prubahan sosial budaya masyarakat Hindu di kota Mataram “ dengan hasil yang didapatkan : 1. Hasil analisis deskriptif menemukan bahwa deskripsi Budaya Organisasi, Hubungan Manusia, dan perubahan sosial budaya masyarakat Hindu di kota Mataram berada pada katagori/ kriteria cukup baik. 2. Penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh nyata dan positif antara Budaya Organisasi (X1) terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Hindu di Kota Mataram (Y). 3. Penelitian ini menemukan bahwa ada pengaruh nyata dan positif antara Hubungan Manusia (X2) terhadap Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Hindu di Kota Mataram (Y). Dan 4. Secara simultan ditemukan bahwa ada pengaruh antara Budaya Organisasi dan hubungan manusia dengan Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Hindu di Kota Mataram.

2.2 Konsep Penelitian

2.2.1 Konsep Pengaruh

Dalam Kamus bahasa Indonesia dijelaskan kata pengaruh bererti daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang berkuasa atau yang berkekuatan. Sedangkan pengaruh menurut Badudu dan Zain (1994 :1031) yaitu pengaruh adalah :

  1. Daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi

  2. Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain

  3. tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Dengan demikian yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan Komunikasi Organisasi, dan Lingkungan Sosial Masyarakat masyarakat terhadap tingkat kerukunan antar umat beragama di Kota Mataram.

2.2.2 Konsep Budaya Organisasi

Kuetjaraningrat (1988) kebudayaan diartikan sebagai wujud, yaitu mencakup keseluruhan dari : (1) gagasan, (2) kelakuan, dan (3) hasil-hasil kelakuan. Dari difinisi ini diyakini bahwa kebudayaan adalah sebagai produk baik itu berupa gagasan ataupun sudah berwujud suatu perilaku tampak maupun material sehingga kebudayaan atau budaya adalah suatu produk yang menjadikan manusia hidup dinamis dan menjadi bagian internal tak terpisahkan dari manusia. Rincian tentang budaya yaitu : (1) budaya sebagai sebuah abstraks, (2) budaya sebagai konseptual kelompok, (3) budaya sebagai internalisasi anggota kelompok.

2.2.2.1 Budaya Sebagai Sebuah Konsep Abstrak

Sebagai sebuah intitas tioritis dan konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berprilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan dari sekelompok orang. Sebagai sebuah konsep abstrak, budaya memiliki kehidupan tersendiri, ia terus berubah dan tumbuh. akibat pertemuan-pertemua dengan budaya lain, perubahan kondisi lingkunan, sosiodemografis, dan sebagainya. Merupakan beberapa faktor yang menjadikan budaya hidup dinamis. Perbedaan perilaku dan norma antara generasi tua dan muda dari satu budaya dikenal dengan gaf antar generasi merupakan bukti nyata terjadinya perubahan dari budaya

2.2.2.2 Budaya Sebagai Konseptual Kelompok

Apa yang disebut budaya adalah ada ketika seseorang manusia ketemu dengan manusia lain dari pertemuan tersebut tercipta pola-pola adaptasi: baik berupa tata perilaku, keyakinan, norma, maupun seni seiring pertemuan yang terus terulang. Semua produk yang hidup tersebut menjadi ciri kas dari kelompok orang-orang tersebut dan dikenal sebagai sebuah budaya. Ia merupakan kekasan milik sebuah kelompok. Budaya tidaklah ada ketika seorang manusia tidak penah bertemu dengan manusia lain. meskipun individu tersebut memiliki pola perilaku yang khas, gagasan unik, keyakinan dan norma yang dipedomani, maupun menghasilkan suatu produk material tetap tidak dapat disebut budaya karena disebut budaya ketika ia menjadi ciri suatu kelompok. Sifat-sifat yang unik individual disebut kepribadian dan bukan budaya.

2.2.2.3 Budaya Internalisasi Anggota Kelompok

Budaya adalah produk yang dipedomani oleh individu-individu yang tersatukan oleh sebuah kelompok di sini budaya sekaligus menjadi pengikat dari individu-individu tersebtu yang memberikan ciri khas keanggotaan suatu kelompok yang berbeda dengan individu-individu kelompok budaya lain. Budaya diinternalisasi oleh seluruh individu anggota kelompok sebagai tanda keanggotaan kelompok, baik secara sadar maupun naluriah tidak disadari.

Siagian (2005) mengemukakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama serta secara formal terkait dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang /sekelompok orang yang disebut bawahan.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

2.2.2.4 Peran Budaya organisasi

Budaya mempunyai kaitan dan peran terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Fungsi utama budaya adalah untuk adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan proses integrasi internal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa secra spesipik budaya organisasi mempunyai 5 (lima) peran yaitu (1) budaya organisasi memberikan rasa memiliki dan kebanggaan bagi masayarakat yaitu menciptakan perbedaan yang jelas antara organisasinya dengan yang lain. (2) budaya organisasi mempermudah terbentuknya komitmen dan pemikiran yang lebih luas dari pada kepentingan pribadi seseorang. (3) memperkuat standar perilaku organisasi dalam membangun pelayanan superior pada pelanggan. (4) Budaya organisasi menciptakan pola adaptasi. (5) Budaya organisasi membangun sistem kontrol organisasi secara menyeluruh.

Budaya organisasi yang kuat, menurut Poerwanto (2008: 26) berperan dal dua hal. Pertama mengarahkan perilaku. Masayarakat mengerti bagaimana harus bertindak dan apa yang diharapkan bagi mereka. Kedua, budaya yang kuat memberi masyarakat pengertian akan tujuan, dan membuat mereka berpikir positif terhadap organisasi. Mereka mengerti apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan mereka membantu organisasi bagaimana cara mencapai sasaran tersebut. Budaya organisasi berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi. Jika organisasi mempunyai budaya yang kuat, organisasi dan masyarakatnya akan memiliki perilaku yang seiring dan sejalan.

Budaya dalam proses keorganisasian, menjadi dasar dari desain organisasi yang mencakup tujuan, struktur, teknologi, dan pola pengelolaan. Desain organisasi menjadi landasan terhadap iklim organisasi. Dalam proses organisasi perilaku orgnisasi yang dilandasi oleh budaya.

Gambar 2.1 Budaya dalam Proses keorganisasian

Budaya Organisasi


Desain Organisasi


Iklim organisasi

Prilkau Organisasi

Rasa memiliki Org


sumber : Poerwanto (2008: 26)

2.2.2.5 Budaya Organisasi sebagai In-put

Ndraha (1997:65) mengemukakan bahwa budaya organisasi sebagai input terdiri dari pendiri organisasi, pemilik organisasi, sumber daya manusia, pihak yang berkepentingan dan masyarakat. Berikut diuraikan secara singkat budaya organisasi sebagai input.

a. Pendiri Organisasi

Williams (2005: 91) menjelaskan bahwa pendiri organisasi sangat mewarnai budaya organisasi, yaitu bagaimana visi mereka terhadap organisasi yang telah didirikan sangat berpengaruh terhadap iklim organisasi masyarakat Para pendiri organisasi yang memiliki visi dan aksi sangat penting dalam memantapkan budaya organisasi yang konsisten dan sesuai dengan kondisi lingkungan internal.

Hal ini sejalan dengan pandangan Andy Kirana (1997: 570) yang menyatakan tidak ada visi manusia yang lenyap, oleh karena itu pemimpin harus mampu menyumbangkan wawasan yang jauh ke depan untuk mengantarkan masyarakatnya kepada tahap-tahap kemajuan sesui dengan perubahan jaman dan dinamika perubahan lingkungannya.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka pendiri organisasi atau masyarakat perlu merumuskan visi misi yang jelas terhadap masyarakat atau organisasi yang didirikan.

b. Pemilik Organisasi

Suatu organisasi dapat berjalan dengan baik dan benar, pemilik organisasi harus mampu mematuhi sistem nilai dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi. Konsistensi dalam mematuhi sitem nilai dan norma-norma yang belaku tersebut akan menjadikan organisasi memiliki sitem nilai (budaya organisasi yang kuat).

Studi Poerwanto (2008: 68) menemukan bahwa budaya yang kuat dibangun oleh empat komponen yaitu: komitmen, kemampuan, konsistensi dan kohesi. Komitmen adalah kemauan dan perjanjian masyarakat terhadap eksisitensi organisasi. Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi. Konsistensi kemantapan secara terus menerus berpegang kepada komitmen dan kemampuannya sebagai masayarakat yang bertanggung jawab kepada organisasi. Kohesi adalah kemampuan masyarakat untuk memadukan diri sebagai bagian dari kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Keempat komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Oleh karena itu, seluruh individu dalam organisasi berkewajiban mematuhi budaya oraganisasi yaitu seperangkat sitem nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam organisasi, serta sistem nilai tersebut di jadikan pedoman dalam bertingkah laku di organisasi atau masyarakat (Mangkunegara, 2005: 116). Budaya organisasi masyarakat yang dibangun oleh para pendiri merupakan jiwa bagi anggota-anggotanya, oleh karenanya para pendiri secara moral harus memberi keteladanan kepada stakeholder agar budaya yang dibangun dapat menjadi moral dalam proses keorganisassian.

c. Sumber Daya Manusia.

Sedarmayanti (2008: V) menjelaskan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai penentu utama. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus memiliki kompetensi dan kinerja tinggi demi kemajuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja dituntut menjadi profesional dan sebagai pembangun citra pelayanan publik, tetapi juga dituntut sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Untuk mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia, diperlukan upaya sistematis dalam meningkatkan kepastian dalam meningkatkan kepastian sumber daya manusia agar mampu bekerja optimal dalam memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut hanya mungkin tercapai melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam berbagai aspek, baik aspek intelektual, manajerial, maupun perilaku.

Sumber daya manusia dalam organisasi terdiri dari dua sumber yaitu internal organisasi, dan eksterna organisasi (Mangkunegara, 2005: 117). Sumber daya internal organisasi adalah pemimpin, manajer, dan karyawan. Sedangkan sumber daya manusia eksternal organisasi adalah orang-orang di luar organisasi yang ikut andil dalam pembinaan dan pengembangan organisasi. Mereka adalah konsultan organisasi.

2.2.3 Konsep Komunikasi Organisasi

2.2.3.1 Komunikasi

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi di dalam benak seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak. Ketika seseorang menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain, maka pesan yang diterimanya kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan, opini atau bahkan reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.

Komunikasi memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi selanjutnya menghasilkan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Sama halnya dengan sebuah perusahaan, ia tidak dapat mengukur, menilai, atau merefleksikan sejauh mana eksistensi atau dampak perusahaannya jika tidak diukur melalui opini (yang merupakan hasil dari komunikasi).

Secara paradigmatis, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behaviour), baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2002:2-4), salah satu penyampaian pesan adalah dengan adanya komunikasi organisasi di antara karyawan BLH.

2.2.3.2 Komunikasi Organisasi

Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyedia tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang yang mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai struktur, tujuan, saing berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung dengan komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu dengan yang lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules, 2005: 32).

2.2.3.3 Proses Komunikasi Organisasi

Harold Koontz menjelaskan terdapat lima faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses komunikasi dalam organisasi, yaitu :

    1. Pengiriman Pesan (The sender of message)

    2. Penggunaan saluran komunikasi untuk mengirim pesan (Use of a channel to transmit the message)

    3. Penerimaan Pesan (Receiver of message)

    4. Gangguan dan umpan balik (Noise and feedback in communication)

    5. Situasi dan faktor pengorganisasian pesan dalam berkomunikasi (Situational and Organizational factors in communication)

2.2.3.4 Pola Komunikasi Organisasi

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untu perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu :

A. Jaringan Komunikasi Formal

Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya,pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward communication, horizontal communication dan diagonal communication. Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percayakepada para bawahannya.

Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan para temannya yang berbeda departemen terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan

2.2.3.5 Jaringan Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.

Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.

Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/ dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan jaringan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan munculnya kesalah pahaman.

2.2.3.6 Fungsi Komunikasi Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

      1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:

    1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

    2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

    3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.

    4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

  1. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

5. Fungsi Manajer Subordinasi

Fungsi komunikasi dalam tingkatan Manajer-Subordinasi atau disebut dalam proses komunikasinya disebut dengan ”Down the Line” meliputi :

    1. Pengarahan pelaksanaan Tugas (Job Instructions)

    2. Perancangan peran komunikasi/informasi untuk menghasilkan pemahaman dalam pelaksanaan tugas (Job Rationale)

    3. Memberikan informasi tentang pelaksanaan prosedur organisasi (Organizational Prosedures and Practices)

    4. Memberikan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan tugas.

    5. Pengarahan tentang misi yang akan dicapai (A sense of mission indroctination of goals).

6. Fungsi Subordinasi

Secara fungsional pada tingkatan antara subordinasi atau disebut dengan istilah ”Horizontal Communication”, meliputi :

    1. Mendukung pengembangan sosio-emosional (sosio-emotional support) diantara kelompok.

    2. Mengkoordinasi proses bekerja diantara kelompok

    3. Menyebarkan tempat-tempat pengawasan didalam organisasi.

7. Fungsi Subordinasi-Manajer

Pada tingkatan ini disebut dengan istilah ”up the line” atau yang lebih populer ”bottom up” secara fungsional meliputi :

a. Berkomunikasi mengenai diri, penampilan dan masalah.

b. Berkomunikasi tentang masalah yang dihadapi bersama.

c. Mengetahui keputusan yang seharusnya, dan bagaimana memmperolehnya.

2.2.3.7 Peranan Komunikasi Organisasi

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri. Interaksi dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dan kelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. William (1956) menyebutnya dengan istilah “The Organisation Man”.

Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orangorang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.

Adapun peranan komunikasi organisasi antara lain :

1. Peranan antarpersona

Wewenang yang formal dari seorang manajer secara langsung akan menimbulkan 3 peranan yang meliputi hubungan antarpesonal yang mendasar, yaitu sebagai berikut :

a. Peranan tokoh

Disebabkan oleh kedudukannya sebagai kepala suatu unit organisasi, seorang manajer melakukan tugas yang bersifat keupacaraan/seremonial. Karena ia adalah seorang tokoh, maka selain memimpin berbagai upacara yang dikantornya sendiri, ia juga diundang berbagai pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara, misalnya pembukaan sebuah proyek, ulang tahun suatu instansi, pernikahan rekan manajer, dan sebagainya.

Jelas bahwa dikantor sendiri seorang manajer akan tampil menjadi komunikator dan pada kesempatan itu pula ia memberikan penerangan, penjelasan, himbauan, ajakan, dan lain-lain.

b. Peranan pemimpin

Sebagai pemimpin, seorang manajer bertanggung jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua tahap manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

c. Peranan penghubung

Dalam peranan sebaga penghubung, seorang manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara formal maupun secara tidak formal.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa para manajer menghabiskan waktunya berhubungan dengan orang-orang diluar organisasinya sama dengan waktu yang dipergunakan untuk berhubungan dengan bawahannya. Disamping itu temua lainnya menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk berhubungan dengan atasannya sendiri ternyata sangat sedikit.

Dari ketiga jenis peranan yang termasuk kedalam peranan antarapersonal tersebut tampak bahwa, komunikasi yang dilakukan oleh manajer berlangsung secara antarpersonal. Dalam melaksanakan peranannya itu meskipun sering kali tidak formal, banyak informasi yang dapat diperoleh yang banyak manfaatnya bagi pengembangan organisasi dan membinaan prilaku organisasional para karyawannya. Informasi mengenai kebijakan perintah atau pengaruh politik tokoh organisasi tertentu mungkin dapat diperoleh lebih cepat dengan kontak pribadi seperti melalui pengumuman resmi. Kecepatan infomasi yang diperoleh adalah faktor penting dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.

2. Peranan informasi

Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya. Peranan informasional meliputi peranan-peranan sebagai berikut:

a. Peranan monitor

Dalam melakukan peranannya sebagai monitor, manajer memandang lingkungan sebagai sumber informasi. Ia mengajukan berbagai pertanyaan kepada rekan-rekannya atau kepada bawahannya, dan ia menerima informasi pula dari mereka tanpa diminta berkat kontak pribadinya yang selalu dibinanya.

b. Peranan penyebar

Sebagai kebalikan dari peranan dari penghubung peranan manajer sebagai penyebar seorang manajer menerima menghimpun informasi dari luar organisasi untuk kemudian disebarkan ke bawahannya.

Si manajer mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dari luar kepada bawahannya karena bawahannya tidak banyak kesempatan memperoleh informasi dari luar yang penting bagi kepentingan organisasi.

c. Peranan juru bicara

Peranan ini memiliki kesamaan dengan peranan penghubung, yakni dalam hal mengkomunikasikan informasi kepada khalayak luar. Perbedaannya ialah dalam hal caranya: jika dalam peranannya sebagai penghubung ia menyampaikan informasi secara antarpribadi dan tidak selalu resmi, namun dalam perananya sebagai juru bicara tidak selamanya secara kontak pribadi, tetapi selalu resmi. Dalam peranannya sebagai juru bicara itu ia juga harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya ia memberikan informasi dalam rangka pengembangan organisasinya. Ia meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggung jawab sosial sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran sebagaimana harusnya.

3. Peranan memutuskan

Menyebarkan dan mencari informasi sudah pasti bukan menjadi tujuan organisasi. Informasi menrupakan data yang penting dalam proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Manajer memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Dalam kewenangannya yang formal ia dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang baru dan penting , dalam kedudukannya sebagai pusat syaraf yang formal ia memperoleh informasi yang lengkap dan aktual untuk mengambil keputusan yang strategis yang menentukan ”nasib” perusahaan.

Ada empat peranan yang dicakup pada peranan ini:

a. Peranan wiraswasta

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi

11 137 269

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145