Hasil Penelitian
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Manggarai Timur merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Manggarai, tepatnya pada tanggal 11 November 2007. Secara formal-legal pembentukan kabupaten Manggarai Timur ditetapkan dengan UU No. 36 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725). Dengan demikian, kabupaten Manggarai Timur menjadi salah satu kabupaten dari Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sementara secara astronomis dimana kabupaten Manggarai Timur terletak antara 08°. 14’- 09°.00 Lintang Selatan dan 120°. 20’-120°.55’ Bujur Timur.
Berdasarkan keadaan 31 Desember 2015, jumlah PNS dalam lingkup Pemerintahan Kabupaten Manggarai Timur sebanyak 4.020 orang. Di lihat dari komposisi pegawai menurut jenis kelamin maka jumlah pegawai laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 64%. Selanjutnya dari data yang ada juga menunjukkan peningkatan kualitas PNS dari sisi pendidikan yaitu semakin meningkatnya jumlah pegawai yang berpendidikan tinggi (diploma ke atas). Adapun secara prosentase dapat dijabarkan bahwa yang berpendidikan SD 0,65%; SLTP 1,24%; SLTA/SMK 32,51%; D.III 30,22%; S.1/D.IV 34,23%; dan S.2/Keahlian 1,14%. Sementara pada tahun 2014: SD 0,73%; SLTP 0,86%;
SLTA/SMK 37,29%; D.III 30,73%; S.1/D.IV 24,82%; dan S.2/Keahlian 0,65% dari 3.706 PNS. ( https://manggaraitimurkab.bps.go.id/ , diakses 30/6/2016).
Jumlah anggaran belanja yang dialokasikan dalam tiga tahun terakhir untuk menunjang pelaksanaan program/kegiatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Struktur Anggaran Belanja Pemerintahan Kabupaten Manggarai Timur 2014-2016
Sumber: diolah oleh peneliti ( http://monev.lkpp.go.id/ , diakses 30/6/2016) Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa setiap tahun ada peningkatan belanja yang
dialokasian oleh Pemerintahan Kabupaten Manggarai Timur. Namun, dari tahun ke tahun secara prosentase terjadi penurunan pada alokasi belanja modal. Sementara berdasarkan acuan target prosentase belanja modal ditahun 2013 yang ditetapkan pemerintah pusat adalah sebesar 30% ( http://keuda.kemendagri.go.id/ , diakses 30/6/2016). Dalam hal ini, pengelolaan keuangan daerah harus berpihak pada kepentingan publik (pro poor budgeting). Adapun realisasi pencapaian untuk tahun anggaran 2015 menunjukkan bahwa secara keseluruhan penyerapannya di atas 75% (lihat Lampiran 2). Kecuali untuk Urusan Perumahan 17,48%; Urusan Kepemudaan dan Olah Raga 43,13%; dan Urusan Pertanahan 54,88%.
4.1.2. Karakteristik Responden
Data responden dalam penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar latar belakang responden yang dapat dijadikan masukan untuk menjelaskan hasil yang diperoleh dari penelitian. Adapun responden yang terkumpul dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 responden dari 47 responden yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tiga sisanya yang tidak dikembalikan dari SKPD yang terkait dengan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian dan Persandian yaitu: Kecamatan Lamba Leda, Kecamatan Sambi Rampas dan Kecamatan Rana Mese. Adapun data SKPD secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dari keseluruhan responden yang mewakili populasinya adalah berjenis kelamin laki-laki. Sementara dari segi usia, menunjukkan bahwa responden yang berusia 41-50 tahun sebanyak 26 orang atau 59% dan sisanya adalah yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 18 orang atau 41% (lihat Gambar 4.1.).
Gambar 4.1.
Gambaran responden berdasarkan rentang usia
Sumber: diolah oleh peneliti (2016) Dari tingkat pendidikan responden terlihat bahwa responden dengan
tingkat pendidikan S.1/D.IV lebih dominan yaitu sebanyak 35 orang atau 80% dan tingkat pendidikan S.2 sebanyak 9 orang atau 20% (lihat Gambar 4.2.). Sementara tingkat pendidikan S.1/D.IV lebih dominan yaitu sebanyak 35 orang atau 80% dan tingkat pendidikan S.2 sebanyak 9 orang atau 20% (lihat Gambar 4.2.). Sementara
Gambar 4.2.
Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Sumber: diolah oleh peneliti (2016)
Gambar 4.3.
Gambaran responden berdasarkan jabatan
Sumber: diolah oleh peneliti (2016)
4.1.3. Uji Model Estimasi
Langkah awal dalam permodelan PLS adalah spesifikasi pada model penelitian yang akan dilakukan. Spesifikasi model terdapat dua macam yaitu merancang inner model dan outer model. Dalam penelitian ini, model struktural
konstruk laten independennya (eksogen) adalah budaya organisasi (X 1 ), komitmen organisasi (X 2 ) dan modal intelektual (X 3 ). Sedangkan konstruk laten dependennya (endogen) adalah kinerja SKPD (Y). Adapun model pengukuran yang digunakan adalah reflektif (disebut juga sebagai mode A).
Berdasarkan hal di atas maka dibentuklah konstruksi diagram jalur untuk penelitian. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.4. di bawah ini:
Gambar 4.4.
Konstruksi diagram jalur untuk hasil pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016) Keterangan:
4.1.3.1. Evaluasi Model Pengukuran
Dari hasil konstruksi diagram jalur untuk penelitian (lihat Gambar 4.4.), ditemukan ada beberapa indikator yang tidak memenuhi rule of thumb.
Khususnya dalam hal convergent validity dan internal consistency reliability. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah melakukan eliminasi terhadap indikator yang tidak memenuhi syarat validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Hasil akhir dari modifikasi konstruksi diagram jalur dapat dilihat pada Gambar 4.5.. Adapun proses eliminasi terhadap masing-masing indikator dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 5.
Gambar 4.5.
Konstruksi diagram jalur untuk hasil final pemodelan PLS setelah dimodifikasi
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016) Dari hasil akhir modifikasi konstruksi diagram jalur, tampak tidak
ditemukan lagi adanya indikator yang tidak memenuhi rule of thumb. Hal ini juga dapat dibuktikan melalui hasil evaluasi terhadap convergent validity dan internal consistency reliability dimana masing-masing konstruk latennya memiliki nilai
AVE 0 , 5 dan CR 0 , 7 (lihat Tabel 4.2.). Selain itu, dari pemenuhan syarat AVE 0 , 5 dan CR 0 , 7 (lihat Tabel 4.2.). Selain itu, dari pemenuhan syarat
Tabel 4.2.
Perolehan nilai convergent validity dan internal consistency reliability hasil final pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016)
Tabel 4.3.
Perolehan nilai discriminant validity hasil final pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016)
4.1.3.2. Evaluasi Model Struktural
Berdasarkan hasil akhir modifikasi konstruksi diagram jalur selanjutnya dilakukan proses berikutnya yaitu bootstrapping. Dalam penelitian ini, besaran sampel yang ditentukan untuk melakukan bootstrapping sebanyak 5.000 sampel. Sementara untuk memastikan bahwa model struktural yang dibangun kuat (robust) dan akurat maka langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap model strukturalnya. Dalam hal ini, goodness of fit inner model (GoFIM) terhadap Berdasarkan hasil akhir modifikasi konstruksi diagram jalur selanjutnya dilakukan proses berikutnya yaitu bootstrapping. Dalam penelitian ini, besaran sampel yang ditentukan untuk melakukan bootstrapping sebanyak 5.000 sampel. Sementara untuk memastikan bahwa model struktural yang dibangun kuat (robust) dan akurat maka langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap model strukturalnya. Dalam hal ini, goodness of fit inner model (GoFIM) terhadap
Nilai 2 R yang diperoleh adalah sebesar 0,539 (lihat Gambar 4.5. atau Tabel 4.4.). Jika mengacu pada ketentuan Hair et al. (2014) dapat
disimpulkan bahwa konstruk laten kinerja SKPD (Y) secara “moderat” dapat dijelaskan oleh konstruk laten budaya organisasi (X 1 ), komitmen organisasi (X 2 ) dan modal intelekual (X 3 ) dalam path models sebesar 53,9%. Sebab nilai 2 R berada diantara 0,75 dan 0,50. Sementara 46,1%
dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti. Meskipun “lemah”, X 1 masih dapat dijelaskan oleh X 3 sebesar 41,6%. Sedangkan X 2 tidak dapat dijelaskan oleh X 2
3 sebab nilai R berada di bawah 0,25.
Tabel 4.4.
Perolehan nilai 2 R hasil final pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016) Nilai 2 Q yang diperoleh adalah sebesar 0,252 (lihat Tabel 4.5.). Diperoleh
melalui prosedur blindfolding dengan jarak kelalaian (OD) sebesar 10. Jika mengacu pada ketentuan Chin (1998) dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi (X 1 ), komitmen organisasi (X 2 ) dan modal intelekual (X 3 ) dapat memiliki tingkat prediksi yang cukup baik terhadap kinerja SKPD (Y).
Sebab nilai 2 0 , 15 Q 0 , 35
dimana dikategorikan sebagai “sedang”.
Tabel 4.5.
Perolehan nilai 2 Q hasil final pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016) Dari model yang ada terlihat bahwa lima dari enam predictor konstruk laten lainnya adalah signifikan (nyata) pada taraf/tingkat signifikansi % 5 (lihat Tabel 4.6.). Sedangkan hubungan kausalitas antara modal intelekual (X 3 ) dan komitmen organisasi (X 2 ) ditemukan tidak signifikan. Dalam hal ini, secara umum mayoritas dari konstruk laten yang ada memiliki hubungan atau korelasional dengan konstruk laten lainnya.
Tabel 4.6.
Perolehan path coefficient hasil final pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016) Jika mengacu pada ketentuan Hair et al. (2014) maka komitmen organisasi (X 2 ) ke kinerja SKPD (Y) dan modal intelektual (X 3 ) ke budaya organisasi (X 1 ) mengindikasikan efek konstruk laten independennya “besar” pada
tingkat struktural ( 2 f 0 , 35 ). Sedangkan efek konstruk laten independen
lainnya memiliki indikasi 2 ”kecil” ( 0 , 02 f 0 , 15 ).
Tabel 4.7.
Perolehan nilai 2 f hasil final pemodelan PLS
Sumber: diolah oleh peneliti dengan SmartPLS 3 (2016) Berdasarkan uraian dari hasil GoFIM di atas menunjukkan bahwa secara umum dapat dipastikan model struktural yang dibangun kuat (robust) dan akurat.
Artinya, konstruksi diagram jalur untuk penelitian ini dari hasil akhir modifikasi dapat dipakai untuk melakukan pengujian hipotesis. Sementara persamaan struktural yang terbentuk adalah (lihat Gambar 4.5. atau Tabel 4.6.):
X 1 = 0,654*X 3 ..................................................................................... (4.1)
X 2 = -0,375*X 1 + 0,357*X 3 ................................................................ (4.2) Y = 0,323*X 1 + 0,431*X 2 + 0,339*X 3 .............................................. (4.3) Dari persamaan (4.3) terlihat bahwa komitmen organisasi (X 2 ) memiliki nilai original sample estimate tertinggi yaitu sebesar 0,431. Artinya, secara simultan menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi (X 2 ) yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja SKPD (Y). Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh modal intelektual (X 3 ) dan terakhir budaya organisasi (X 1 ).
4.1.4. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka dilakukan analisis data melalui uji hipotesis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tingkat/taraf signifikansi
% 5 . Artinya, resiko salah % 5 . Artinya, resiko salah
95% (tingkat kepercayaan). Dengan kata lain, peneliti percaya bahwa 95% dari keputusan untuk menolak hipotesis 0 H yang salah adalah benar. Sementara untuk menguji pengaruh atau korelasional antar konstruk laten melalui path coefficient
digunakan Uji-t.
4.1.4.1. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja SKPD
Mengacu pada perolehan path coefficient yang ada (lihat Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa nilai dari p value 0 , 027 dan p statistics 2 , 210 . Oleh
karena p value 0 , 05 atau t statistics 1 , 96 maka keputusannya adalah H 0
ditolak dan terima hipotesis 1 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja SKPD yang diproksikan oleh VfM. Artinya, jika budaya organisasi baik maka kinerja SKPD baik.
4.1.4.2. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja SKPD
Mengacu pada perolehan path coefficient yang ada (lihat Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa nilai dari p value 0 , 002 dan p statistics 3 , 091 . Oleh
karena p value 0 , 05 atau t statistics 1 , 96 maka keputusannya adalah H 0
ditolak dan terima hipotesis 2 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial komitmen organisasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap kinerja SKPD yang diproksikan oleh VfM. Artinya, jika komitmen organisasi baik maka kinerja SKPD baik.
4.1.4.3. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja SKPD
Mengacu pada perolehan path coefficient yang ada (lihat Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa nilai dari p value 0 , 041 dan p statistics 2 , 046 . Oleh
karena p value 0 , 05 atau t statistics 1 , 96 maka keputusannya adalah H 0
ditolak dan terima hipotesis 3 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara parsial modal intelektual memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap kinerja SKPD yang diproksikan oleh VfM. Artinya, jika modal intelektual baik maka kinerja SKPD baik.
4.1.4.4. Korelasi Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi
Mengacu pada perolehan path coefficient yang ada (lihat Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa nilai dari p value 0 , 038 dan p statistics 2 , 072 . Oleh
karena p value 0 , 05 t statistics 1 , maka keputusannya adalah
96 H 0
atau
ditolak dan terima hipotesis 4 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi memiliki korelasi negatif dengan komitmen organisasi.
Artinya, semakin baik budaya organisasi maka pengukur komitmen organisasi yaitu pada dimensi affective, continuance dan normative akan semakin menurun.
4.1.4.5. Korelasi Modal Intelektual dan Budaya Organisasi
Mengacu pada perolehan path coefficient yang ada (lihat Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa nilai dari p value 0 , 000 dan p statistics 6 , 744 . Oleh
karena p value 0 , 05 atau t statistics 1 , 96 maka keputusannya adalah H 0
ditolak dan terima hipotesis 5 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modal intelektual memiliki korelasi positif dengan budaya organisasi. Artinya, ditolak dan terima hipotesis 5 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modal intelektual memiliki korelasi positif dengan budaya organisasi. Artinya,
4.1.4.6. Korelasi Modal Intelektual dan Komitmen Organisasi
Mengacu pada perolehan path coefficient yang ada (lihat Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa nilai dari p value 0 , 106 dan p statistics 1 , 615 . Oleh
karena p value 0 , 05 atau t statistics 1 , 96 maka keputusannya adalah H 0
diterima dan tolak hipotesis 6 H . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modal intelektual tidak memiliki korelasi dengan komitmen organisasi. Artinya,
meskipun modal intelektual baik tidak serta merta budaya organisasinya akan meningkat ataupun menurun.