Problematika Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Mediasi Perbankan

C. Problematika Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Mediasi Perbankan

1. Problematika Pelaksanaan Mediasi Perbankan

Pelaksanaan mediasi perbankan oleh Bank Indonesia tidak selamanya berjalan lancar. Ada beberapa problematika atau permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan mediasi perbankan. Penulis akan mencoba menjabarkan permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan mediasi perbankan dengan memakai teori implementasi oleh Lawrence M. Friedman. Penulis akan menggolongkan permasalahan tersebut ke dalam tiga komponen sistem hukum, yaitu sebagai berikut:

commit to user

Permasalahan yang termasuk dalam komponen struktur hukum, antara lain:

1) Pengajuan permohonan dan pelaksanaan mediasi perbankan masih terpusat di Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP) yang terdapat di Jakarta

Semua permohonan mediasi yang diajukan oleh nasabah harus di alamatkan ke DIMP yang terdapat di Bank Indonesia Jakarta. Dengan demikian tidak jarang terjadi penumpukan permohonan sehingga penanganan permohonan mediasi perbankan tersebut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Pada dasarnya penanganan permohonan mediasi bisa saja didelegasikan kepada Kantor Bank Indonesia, tetapi berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak Kantor Bank Indonesia Semarang dan Kantor Bank Indonesia Solo, sampai saat ini belum pernah ada permohonan mediasi perbankan yang didelegasikan kepada KBI tersebut.

Selain itu, ketika yang mengajukan permohonan mediasi perbankan adalah nasabah yang berasal dari daerah, maka ketika nasabah tersebut harus melakukan mediasi di Jakarta akan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Hal ini jelas bertentangan dengan alasan dilakukannya mediasi yang diharapkan dapat menyelesaikan sengketa antara nasabah dengan perbankan dengan sederhana, cepat, dan murah (hasil wawancara dengan Bapak Bambang Purwogandi (KBI Semarang) dan Bapak Yiyok T. Herlambang, Deputi Pemimpin Bidang Perbankan di KBI Solo).

commit to user

Permasalahan yang termasuk dalam komponen susbstansi hukum, antara lain:

1) Ada hal yang terkait pelaksanaan mediasi perbankan yang

belum diatur dalam PBI Mediasi Perbankan

Setelah membaca PBI Nomor 10/1/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan penulis beranggapan bahwa ada hal yang belum diatur dalam PBI tersebut. Misalnya, belum adanya aturan yang menyebutkan bahwa ketika jangka waktu pelaksanaan mediasi perbankan sudah habis tetapi belum ada kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak lalu bagaimana dengan proses mediasi tersebut. Dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) hanya disebutkan bahwa jangka waktu pelaksanaan mediasi adalah

30 hari kerja dan dapat diperpanjang 30 hari kerja berikutnya. Lalu bagaimana jika jangka waktu pelaksanaan telah habis dan belum ada kesepakatan apapun dari para pihak. Apakah proses mediasi tersebut dapat dilanjutkan kembali atau berhenti begitu saja atau diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa yang lain, misalnya arbitrase atau pengadilan. Alangkah baiknya jika hal ini juga diatur dalam PBI sehingga ada acuan yang jelas terkait dengan pelaksanaan mediasi ini.

c. Kultur Hukum

Permasalahan yang termasuk dalam komponen kultur hukum, antara lain:

1) Hambatan yang berasal dari nasabah:

commit to user

perbankan

Banyak nasabah yang masih belum mengerti dan memahami prosedur yang harus dilalui dalam pelaksanaan mediasi perbankan ini. Sehingga mediator harus terlebih dahulu menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan mediasi perbankan yang akan dijalani oleh nasabah. Hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan mediasi perbankan menjadi lebih banyak.

b) Dalam pelaksanaan mediasi perbankan, nasabah diwakili

oleh pihak ketiga

Tidak jarang dalam pelaksanaan mediasi perbankan nasabah diwakili oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud adalah pengacara, LSM, atau pihak-pihak lainnya. Terkadang pihak ketiga ini memiliki orientasi lain, misalnya ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika sengketa ini dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih lama dan prosedur yang tidak gratis seperti mediasi perbankan yang ditawarkan oleh Bank Indoensia ini (hasil wawancara dengan Bapak Yiyok T. Herlambang, Deputi Pemimpin Bidang Perbankan di KBI Solo pada Selasa, 31 Mei 2011).

2) Hambatan yang berasal dari perbankan:

a) Pada saat mediasi, bank kerap mengirimkan delegasi atau wakil yang tidak memiliki kewenangan untuk memutus

Delegasi atau wakil yang tidak memiliki kewenangan memutus yang dikirim oleh pihak perbankan dapat

commit to user

Indonesia karena delegasi atau wakil tersebut harus melaporkan terlebih dahulu segala sesuatu yang terjadi dalam pelaksanaan mediasi kepada atasannya. Hal ini membuat proses mediasi perbankan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dan perundingan yang dilakukan menjadi kurang efektif (hasil wawancara dengan Bapak Yiyok T. Herlambang, Deputi Pemimpin Bidang Perbankan di KBI Solo pada Selasa, 31 Mei 2011).

b) Masih terdapat sebagian petugas atau pejabat bank yang belum mengetahui ketentuan tentang mediasi perbankan oleh Bank Indonesia

Sebagian petugas atau pejabat bank belum mengenal adanya mediasi perbankan oleh Bank Indonesia. Hal ini dapat menjadi hambatan karena ketika nasabah meminta penjelasan perihal pelaksanaan mediasi, pihak bank tidak dapat menjelaskan hal tersebut. Selain itu, ketika ada nasabah yang mengajukan permohonan mediasi dan pihak bank dipanggil oleh pihak Bank Indonesia untuk melakukan perundingan, petugas atau pejabat bank tersebut tidak dapat melakukan tugasnya secara efektif dan optimal (hasil wawancara dengan beberapa pegawai bank).

c) Bank belum melakukan publikasi mediasi perbankan diseluruh kantornya

Sebagian bank belum melakukan publikasi terkait mediasi perbankan di kantornya. Dengan demikian nasabah bank yang bersangkutan tidak mengetahui adanya alternatif penyelesaian sengketa berupa mediasi perbankan yang

commit to user

merupakan salah satu sarana untuk edukasi bagi nasabah (hasil wawancara dengan beberapa pegawai bank).

3) Hambatan yang berasal dari Bank Indonesia:

a) Masih banyak nasabah dan perbankan yang memilih untuk menyelesaikan sengketanya melalui jalur pengadilan

Masih banyak nasabah yang memilih jalur litigasi atau pengadilan untuk menyelesaikan sengketanya dengan perbankan. Hal ini dapat dibuktikan dengan data-data yang diperoleh oleh penulis ketika melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Beberapa bank yang menyelesaikan sengketa dengan nasabahnya melalui Pengadilan Negeri Surakarta pada tahun 2009-2010 antara lain:

Bank Capital Indonesia

2. Bank Syariah Mandiri

BRI

3. BPR Sabar Artha Palur

Bank Century

4. BPR Weleri Makmur

Bank Danamon

5. Bank Mega

Bank Panin

6. Bank Syariah Mandiri

Bank Permata

7. Bank Dipo International

Bank Permata

8. BRI dan Bank International

Bank Mega

9. Bank Permata

BTN

10. Bank Syariah Mandiri

Bank Mega Syariah

11. BCA

BRI

12. Bank CIMB Niaga

BRI

13. BPR Weleri Makmur

Bank OCBC NISP

commit to user

14. BRI

Bank Bukopin

15. Bank Centra Tama Nasional

BRI

16. Bank Centra Tama Nasional

Bank OCBC NISP

17. Bank Agroniaga

Bank Permata

18. BPR Bina Sejahtera Insani

Palur

Bank Danamon

19. Bank Century

BPR Bina Sejahtera Insani Palur

20. Bank Permata

BPR Artha Sari Sentosa

Tabel 2: Daftar Bank yang Menyelesaikan Sengketa Melalui PN

Surakarta

Sumber: Dokumen Bagian Perdata PN Surakarta

Meskipun sengketa antara nasabah dengan perbankan diselesaikan melalui pengadilan, namun pada dasarnya semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib lebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator, kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan hubungan industrial, keberatan atas putusan Badan Penylesaian Sengketa Konsumen, dan keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mediasi sendiri menurut Pasal 1 angka 7 PERMA ini adalah “cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator”.

Namun dari hasil wawancara penulis dengan salah satu hakim di PN Surakarta diketahui bahwa jarang sekali

commit to user

melalui mediasi di pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari keempat puluh sengketa antara nasabah dengan perbankan pada tahun 2009-2010 yang telah disebutkan oleh penulis di atas, hanya 8 sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi. 8 sengketa tersebut adalah:

(1) Pada tahun 2009:

Sengketa antara Bank Mega dengan nasabahnya, Bank Dipo International dengan nasabahnya, Bank Centra Tama Nasional dengan nasabahnya, Bank Centra Taman Nasional dengan nasabahnya, dan Bank Agroniaga dengan nasabahnya.

(2) Pada tahun 2010:

Sengketa antara Bank Capital Indonesia dengan nasabahnya, Bank OCBC NISP dengan nasabahnya, Bank Danamon dengan nasabahnya, dan BPR Artha Sari Sentosa dengan nasabahnya (hasil wawancara dengan Bapak Suradi, S.H, S.Sos, M.H, hakim Pengadilan Negeri Surakarta pada Senin, 30 Mei 2011).

commit to user