Populasi dan Sampel
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 54) mengatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Nawawi (dalam Riduwan 2004: 54) menyebutkan bahwa “ populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap”.
Riduwan mengatakan bahwa “ populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian”. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah para peserta didik yang bersekolah di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
Jumlah siswa di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur berjumlah lima ratus delapan belas orang peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur, dengan memiliki batasan penelitian dua sekolah negeri yaitu SMPN 128 dan SMP N 80 yang kedua sekolah tersebut memiliki Jumlah siswa di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur berjumlah lima ratus delapan belas orang peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur, dengan memiliki batasan penelitian dua sekolah negeri yaitu SMPN 128 dan SMP N 80 yang kedua sekolah tersebut memiliki
2. Sampel
Arikunto (dalam Riduwan 2004: 5) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagaian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat meakili seluruh populasi”.
Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 5) memberikan pengertian bahwa, “Sampel adalah sebagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.”
Pengambilan sampel menurut S. Nasution (dalam Riduwan 2004:
56) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel yang diambil maka sampel sekurang-kurangnya semakin baik. Akan tetapi merupakan suatu kelaziman bahwa jumlah tiga puluh satuan.
Sedangkan Arikunto (1999) mengemukakan bahwa: untuk penelitian deskriptif disarankan menggunakan besaran sampel antara 10% sampai 25% dari populasi terjangkau. Surahmad (2004: 64) berpendapat bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi dan apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1.000, maka ukuran sampelnya diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Selain yang telah disebutkan di atas, banyaknya sampel tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri subyek penelitian dalam populasi, di antaranya Sedangkan Arikunto (1999) mengemukakan bahwa: untuk penelitian deskriptif disarankan menggunakan besaran sampel antara 10% sampai 25% dari populasi terjangkau. Surahmad (2004: 64) berpendapat bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi dan apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1.000, maka ukuran sampelnya diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Selain yang telah disebutkan di atas, banyaknya sampel tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri subyek penelitian dalam populasi, di antaranya
Penyusun berupaya agar ukuran sampel yang ditetapkan bisa merepresentasikan populasi, dan dengan sampel yang representative maka generalisasi hasil penelitian bisa dilakukan. S. Nasution, menulis tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan dalam penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel besar dan sampel kecil (S. Nasution; 2007). Selanjutnya dia menulis, mengenai jumlah sampel yang sesuai sering juga disebut aturan sepersepuluh. Jadi 10 % dari jumlah populasi (S. Nasution: 2007). Sementara itu Sugiono berpendapat, bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali lipat dari jumlah variabel yang diteliti (Sugiono: 2008).
Dengan maksud untuk mendapatkan data-data tentang variabel penelitian yang lebih lengkap dan akurat, penulis menetapkan ukuran atas jumlah sampel yaitu sebesar 10 % dari seluruh populasi dengan menggunakan teknik Multi stage sampling. Selanjutnya sampel diberikan ke tiap kepala sekolah yang ada di Kecamatan Pasar Minggu dengan perincian sebagai berikut: Sekolah SMPN 128 dengan jumlah siswa
N 1 =164 dpilih sampel 10 persen, maka sampel terpili n 1 =16 siswa. Kemudian SMPN 80 dengan jumalh murid N 1 = 80 sehingga data sampel
terpilih sebanyak n 1 =16. Jadi total mahasiswa N=308 dan total sampel terpilih n=30. Dari data tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa sampel yang akan diteliti sebanyak 30 siswa dengan jumlah populasi sebanyak 308 siswa dari dua SMP N SSN di kecamatan Makasar Jakarta Timur dengan perinciannya 164 siswa SMP N 128 dan 144 siswa SMP N 80 sehingga jumlahnya sebanyak 308 siswa. Pada data tersebut dapat diketahui jumlah sampel di SMP N 128 sebanyak 16 siswa, sedangkan di SMP N 80 sebanyak 14 siswa dari perhitungan jumlah siswa di SMP N 128 atau SMP N 80 : jumlah total siswa pada SMP N 128 dan SMP N 80 dikalikan jumlah sampel, hal tersebut didasarkan atas perbandingan kedua sekolah tersebut.
Dengan ketentuan tersebut, jumlah sampel telah memenuhi syarat untuk mewakili populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2001: 135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”