PENGARUH KONSEP DIRI DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEMESTER GANJIL KELAS VIII PADA SMPN KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR
PENGARUH KONSEP DIRI DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEMESTER GANJIL KELAS VIII PADA SMPN KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR
TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
Nama
: Indah Noor Saktiningsih
NPM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS
NAMA
: Indah Noor Saktiningsih
NPM
Program Pascasarjana : Universitas Indraprasta PGRI Program Studi
: Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Judul Tesis
: Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal...............
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc Dr. Sartini, MM
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini adalah karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 bab IV Pasal 25 tentang System Pendidikan Nasional.
Jakarta, Desember 2012
Indah Noor Saktiningsih
ABSTRAK
A. Indah Noor Saktiningsih. NPM: 2010727111
B. Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur
C. XVII + 5 Bab + 106 Halaman
D. Kata Kunci : Konsep Diri, Minat Belajar, Hasil Belajar Matematika
E. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis mengenai pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika.
F. Hipotesis penelitian yang diuji meliputi: Terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika .
G. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Dianalisis dengan menggunakan analisis regresi ganda.
H. Hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai F o =455,08 dan Sig.=0,000 < 0,05
2. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t o =2,770 dan Sig.=0,010 < 0,05
3. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t o =3,171 dan Sig.=0,004 < 0,05
I. Daftar Pustaka
1. Buku 15 Buah
2. 3 Internet
J. Pembimbing :
1. Dr. Suparman Abdullah, M.Sc
2. Dr. Sartini, MM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah swt yang telah memberi penulis kekuatan dan kesempatan dalam menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan study pada Program Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta.
Berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terirna kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc., pembimbing I dan sekaligus Direktur Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh ketekunan dan kesabaran di tengah-tengah kesibukan tugas yang ada.
2. Dr. Sartini, MM. , pembimbing II yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan arahan dan bimbingan di sela-sela kesibukan tugas yang ada.
3. Prof. Dr. Sumaryoto, SE, MM., Rektor Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
4. Drs. Dudung Alahudin, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta.
5. Seluruh dosen pada Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta, khususnya dosen pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam yang telah membina dan membantu penulis selama kuliah.
6. Teman-teman pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta. khususnya angkatan I Reguler atas segala partisipasi, kebersamaan, kekompakan dan dorongannya.
7. Ibunda, Suami tercinta, serta anak-anak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam penulisan tesisi ini.
Untuk semua ini, penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang sangat mendalam dan semoga budi baik yang telah diberikan dicatat sebagai amal ibadah yang diridoi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan karya sederhana ini dapat bermanfaat dan sebagai sumbang pikiran yang dapat penulis berikan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Amin.
Jakarta, Desember 2012 Penulis Indah Noor Saktianingsih
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan Variabel Terikat Y . ..................................................................
44 Gambar 4.1 Diagram Pencar Z-Resid (Y) dan Z-Pred (X ) . .......................
82 Gambar 4.2 Histogram dan Kurva Normal Galat . ......................................
83 Gambar 4.3 P-P Plot Kumulatif Galat. . ......................................................
84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memberdayakan manusia agar terbentuk budi pekerti yang mulia berakhlaqul karimah, pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, perilaku yang baik, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, memiliki konsep diri, minat yang besar dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Siswa merupakan salah satu faktor penentu akan keberhasilan dalam suatu pendidikan karena tinggi rendahnya nilai hasil pendidikan mempunyai pengaruh yang strategis sebagai usaha guru untuk meningkatan kualitas peserta didiknya, sehingga keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran matematika tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah tersebut dalam Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Siswa merupakan salah satu faktor penentu akan keberhasilan dalam suatu pendidikan karena tinggi rendahnya nilai hasil pendidikan mempunyai pengaruh yang strategis sebagai usaha guru untuk meningkatan kualitas peserta didiknya, sehingga keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran matematika tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah tersebut dalam
Siswa adalah salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yang perlu akan ilmu pengetahuan, arahan, pemahaman dan latihan-latihan dari para guru, karena guru merupakan sebagai manusia yang mentrasfer ilmu tersebut kepada siswanya dan sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam membentuk konsep diri siwa sesrta budi pekertinya dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan keberadaan siswa mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Peserta didik atau siswa merupakan aset bangsa yang memiliki tugas menerima pelajaran, mematuhi tata tertib sekolah dan mengaplikasikan bakat serta minatnya didalam proses pembelajaran, mendapat nilai hasil pembelajaran, mendapatkan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan percobaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi para peserta didik pada program eksakta. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga pendidikan formal sangat berkaitan erat dengan keberadaan peserta didik.
Pesera didik yang berkualitas dan memiliki konsep diri yang baik sebagai besar waktunya mereka habiskan di sekolah, sisanya ada di rumah dan di lingkungan (Djamarah, 2000).
Siswa merupakan suatu komponen dalam dunia pendidikan yang sangat harus diperhatikan dan arahan sebab keberadaan siswa tersebut merupakan salah satu faktor dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Siswa merupakan sebuah unsur terkecil yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur guru dan sarana prasarana dalam pendidikan lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dan siswa dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis siswa tersebut untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.
Siswa merupakan salah satu komponen dalam pendidikan dan penerus bangsa ini karena secara tidak langsung siswa tersebut mempengaruhi mutu lulusan, meningkatkan minat peserta didik yang lain dan mensinergiskan tujuan lembaga pendidikan tersebut, sebagai komponen dalam proses pendidikan, sisws dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang berupa membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan sebagai peserta didik pendidik, memiliki konsep diri dan minat belajar yang tinggi serta kemampuan lainnya tersebut tercermin pada hasil belajar peserta didik tersebut. Berkualitas tidaknya suatu lembaga Siswa merupakan salah satu komponen dalam pendidikan dan penerus bangsa ini karena secara tidak langsung siswa tersebut mempengaruhi mutu lulusan, meningkatkan minat peserta didik yang lain dan mensinergiskan tujuan lembaga pendidikan tersebut, sebagai komponen dalam proses pendidikan, sisws dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang berupa membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan sebagai peserta didik pendidik, memiliki konsep diri dan minat belajar yang tinggi serta kemampuan lainnya tersebut tercermin pada hasil belajar peserta didik tersebut. Berkualitas tidaknya suatu lembaga
Kehadiran siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting karena dengan kehadiran siswa tersebut di kelas dan memiliki jiwa disiplin akan mudah guru tersebut mentransfer ilmu-ilmu Matematika tersebut dengan mudah. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Siswa merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya setelah guru karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994).
Siswa dituntut memiliki kemauan dan minat belajar tinggi yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama kedua orang tuanya dan masyarakat umumnya yang telah banyak mengeluarkan biaya besar untuk putra puterinya serta yang sudah mempercayai sekolah dan guru dalam untuk membina putera puterinya. Meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kemauan belajar siswa yang tinggi dengan arahan bapak dan ibu guru di sekolah, Siswa dituntut memiliki kemauan dan minat belajar tinggi yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama kedua orang tuanya dan masyarakat umumnya yang telah banyak mengeluarkan biaya besar untuk putra puterinya serta yang sudah mempercayai sekolah dan guru dalam untuk membina putera puterinya. Meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kemauan belajar siswa yang tinggi dengan arahan bapak dan ibu guru di sekolah,
Siswa sebagai penuntut ilmu harus memiliki kemampuan yang meliputi giat mempelajari materi pelajaran, menyelesaikan tugas dengan cara-cara yang jujur serta profesional, menjawab soal dengan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu siswa harus memiliki pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis, dengan hal-hal tersebut maka sebagai seorang guru sudah seharusnya dapat memupuk dan menanamkan sisfat tersebut. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya Siswa sebagai penuntut ilmu harus memiliki kemampuan yang meliputi giat mempelajari materi pelajaran, menyelesaikan tugas dengan cara-cara yang jujur serta profesional, menjawab soal dengan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu siswa harus memiliki pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis, dengan hal-hal tersebut maka sebagai seorang guru sudah seharusnya dapat memupuk dan menanamkan sisfat tersebut. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya
Dalam kegiatan proses penbelajaran dibatasi beberapa hal antara lain kurangnya kosep diri dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sehingga hasil belajar siswa tersebut belum memenuhi harapan. Kurangnya konsep diri dan minat belajar tersebut maka siswa kurang dapat menguasai materi matematika yang diberrikan oleh guru.
Walau secara umum siswa kurang memiliki minat terhadap pelajaran matematika, namun masih ada siswa yang sangat antusias mengikuti dan menekuni Matematika, alasannya apabila nanti melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi yaitu SMU ( Sekolah Menengah Umum) jurusan Matematika dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi teknik Matematika yang sangat berhubungan dengan ilmu Matematika pada sekolah SD, SMP, dan SMU. Adanya dorongan oleh minat inilah sehingga siswa memliki keinginan untuk dapat memahami dan menguasai semua materi pelajaran Matematika.
Kosep diri dan minat belajar biasanya berasal dari diri siswa itu sendiri dengan belajar di rumah atau les privat dan belajar di sekolah yang di pandu oleh guru. Siswa tersebut di beri arahan, semangat, dan menanamkan rasa kepercayaan dirinya agar mereka berprestasi sehingga hasil belajar Matematikanya meningkat.
Konsesp diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif jika ia menyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak di sukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Orang tersebut tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halngan. Seseorang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum melaksakannya, sehingga jika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan, baik menyalahkan dirinya sendiri bahkan menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, demikian juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajarn berharga untuk melangkah ke depan. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan mampu Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, demikian juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajarn berharga untuk melangkah ke depan. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan mampu
Sementara minat sering diartikan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan minat belajar ialah suatu keinginan yang menyebabkan seseorang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak disini artinya adalah memulai berbuat dengan berusaha.Sering kali kita merasa malas sebelum melakukan dan mencobanya. Cobalah abailkananggapan tersebut dengan mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah kita lakukan dan mencobanya dapat menemukan ritme minat yang asyik dalam kegiatan tersebut. Apabila sudah mendapati dan menyadari potensi-potensi yang kita miliki maka keadaan tersebut akan berubah menjadi suatu yang menyenangkan dan mengasyikan, sehingga kita terlarut dalam aktivitas (http : // patriot proklamasi. blogspot. com/ 2006/03/ minat berkeinginan.html).
Dengan demikian konsep diri dan minat belajar siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII. Dengan demikian konsep diri dan minat belajar Matematika diharapkan dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara aktif dan kreatif karena dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang efektif, gembira dan berbobot serta dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
B. Identifikasi Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini bersifat asosiatif yaitu suatu perumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiono: 2007), dengan bentuk hubungan kausal atau sebab-akibat. Terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel independent (bebas) yang mempengaruhi dan variabel dependen (terikat) yang dipengaruhi. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?
2. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?
3. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?
4. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar?
5. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika?
6. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?
7. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?
8. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?
9. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?
10. Seberapa besar konsep diri terhadap minat belajar?
11. Adakah pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika?
12. Seberapa besar pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika?
13. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar Matematika?
14. Seberapa besar pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar Matematika?
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan adanya berbagai keterbatasan yang ada pada penulis, seperti keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka tidak semua variabel yang disebutkan pada identifikasi masalah akan diteliti. Agar penelitian ini lebih fokus dan hasilnya nyata, maka penelitian ini dibatasi kepada masalah konsep diri siswa di sekolah, minat belajar siswa dan hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII. Konsep diri sebagai
variabel bebas satu ( X 1 ), Minat belajar siswa sebagai variabel bebas dua( X 2 ) dan prestasi belajar Matematika materi semester ganjil kelas
VIII sebagai variabel terikat ( Y ) yang semuanya itu diteliti pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
2. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
3. Apakah ada pengruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika, melalui data empiris di laoangan. Pengumpulkan data mengenai konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMPN kelas VIII dilakukan guna mengkaji dalam penelitian ini. . Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara bersama sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
2. Mengetahui pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
3. Mengetahui pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar Matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis :
a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar Matematika.
b. Dapat dijadikan acuan, wawasan dan tolok ukur untuk melakukan penelitian lain yang terkait dengan judul atau topik penelitian ini.
2. Secara praktis :
a. Dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan judul atau topik penelitian.
b. Dapat memberikan kontribusi atau pemikiran dan masukan kepada pihak sekolah agar lebih memperhatikan peserta didik dengan memberikan pendidikan yang optimal kepada peserta didiknya agar menjadi manusia yang kaya akan IPTEK dan IMTAQ sebagai penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia ( Insan kamil ).
c. Dapat membangun persepsi dan kesadaran semua pihak bahwa konsep diri dan minat belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.
G. Sistematika Penulisan Tesis
Tesis ini ditulis dalam 5 bab dengan rincian sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, kerangka berpikir dan hipotesis, bab ini berisi landasan teori, konsep diri, minat belajar siswa, prestasi belajar, karakteristik Matematika, kerangka berpikir, dan hasil penelitian yang relevan.
Bab III Metodologi Penelitian, bab ini memuat tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisa data.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan saran, bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Kelas Pada Siswa Kelas VIII
a. Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat ekslisit maupun implicit. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensif integral. Dalam iplementasinya belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,prilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar.Belajar suatu proses yang kompleks, Sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne ( 1970 : 17 ) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1). Stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2). Proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Sadiman (1996:20) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Hal senada juga dikemukakan oleh soejanto (1981:23 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang berlansung secara terus menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia akan mengalami proses belajar, sedangkan salah satu definisi modern Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat ekslisit maupun implicit. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensif integral. Dalam iplementasinya belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,prilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar.Belajar suatu proses yang kompleks, Sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne ( 1970 : 17 ) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan : (1). Stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2). Proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Sadiman (1996:20) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Hal senada juga dikemukakan oleh soejanto (1981:23 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang berlansung secara terus menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia akan mengalami proses belajar, sedangkan salah satu definisi modern
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya
Dengan memperhatikan beberapa pengertian diatas tentang belajar maka hakikat belajar apabila diintepretasikan mengandung pengertian bahwa setelah belajar siswa yang pada mulanya tidak mengerti menjadi mengerti. Siswa yang pada mulanya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu menjadi mampu melakukannya, siswa yang semula belum terampil menjadi terampil dan siswa yang tidak memiliki sikap menjadi bersikap. Dengan demikian maka pada diri siswa akan terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya relatif permanen.
Berdasarkan pembahasan beberapa teori tersebut, maka yang dimaksud dengan belajar adalah suatu kegiatan individu yang berproses secara terencana, terus menerus atau kontinu atau berkesinambungan untuk memperoleh kemampuan tertentu sehingga mengalami perubahan sikap dan tingkah laku yang positip dan lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar makin banyak pula mengalami peningkatan pemahaman pengetahuan dan ketrampilan pada diri peserta didik.
b. Hasil Belajar.
Sudjana, N (1990:24) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya adapun hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh berdasarkan proses belajar. Ada 5 katagori tentang kemampuan yang dihasilkan berdasarkan proses belajar, yaitu; (1) Kecakapan untuk mengkomunikasikan pengetahuan secara verbal, yang dikatagorikan sebagai informasi verbal, (2) Kecakapan dalam bertindak melalui penilaian terhadap suatu stimulus dikatagorikan sebagai sikap, (3) Kecakapan membedakan, memahami konsep maupun aturan serta dapat memecahkan masalah, dikatakan sebagai keterampilan intelektual, (4) Kecakapan mengelola dan mengembangkan proses berpikir melalui pemahaman, analisis dan sintesis, dikatagorikan sebagai keterampilan strategi kognitif, (5) Kecakapan yang diperlihatkan secara tepat, tepat dan lancar melalui gerakan anggota tubuh, ini dikatagorikan sebagai keterampilan motorik.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka perilaku yang diharapkan harus dituliskan pada tujuan pembelajaran sebagai hasil belajar yang diharapkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah seorang siswa hasil belajarnya baik atau tidak, maka perlu dilakukan suatu penilaian atau pengukuran terhadap kegiatan proses belajar tersebut, hasil dari penilaian inilah yang akan disebut sebagai Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka perilaku yang diharapkan harus dituliskan pada tujuan pembelajaran sebagai hasil belajar yang diharapkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, apakah seorang siswa hasil belajarnya baik atau tidak, maka perlu dilakukan suatu penilaian atau pengukuran terhadap kegiatan proses belajar tersebut, hasil dari penilaian inilah yang akan disebut sebagai
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh siswa, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru dapat mengukur penguasaan peserta pendidikan dalam suatu mata pelajaran atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan salah satu pekerjaan profesional guru, instruktur atau dosen.
Dari berbagai teori yang diuraikan tersebu, maka yang dimaksud hasil belajar adalah hasil dari suatu penilaian atau pengukuran terhadap peserta didik dengan menggunakan alat penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran secara terencana baik materi maupun waktunya serta hasil belajar yang diinginkan disesuaikan dengan jenis dan fungsinya dalam penilaian atau pengukuran, misalnya penilaian ulangan harian, ulangan blok, mid test, ujian sekolah dan ujian nasional.
c. Matematika.
Mata pelajaran matematika sebagaimana mata pelajaran lain merupakan bidang ilmu yang mempelajari banyak hal yang berkaitan
dengan kehidupan manusia sehari-hari, misalnya dalam mata pelajaran hampir selalu disebut istilah-istilah lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan. Luas bangunan rumah Pak Setyo lebih besar dibanding dengan luas bangunan rumah Pak Latief atau jumlah air didalam gelas merah sama dengan jumlah air di dalam gelas berwarna biru atau juga bentuk lingkaran A sama dengan bentuk lingkaran B, banyak air dalam bentuk lingkaran A dan B merupakan perwujudan alamiah yang dapat diukur atau diraba secara nyata ataupun dapat dilihat dengan mata serta dapat diwujudkan dengan simbol-simbol.
Banyak rumusan tentang matematika yang telah dikemukan oleh para ahli, Hudojo,H (1998;36) mengemukan bahwa matematika adalah berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Lebih lanjut Hudojo, H (1998 : 32) mengemukakan bahwa matematika adalah sebagai abstraksi yang merupakan proses untuk menyimpulkan hal- hal yang sama dari sejumlah objek atau situasi yang berbeda. Apabila abstraksi tersebut dituliskan, maka dapat terwujud suatu yang disebut pola. Hudojo juga menyebutkan bahwa pola adalah suatu sistem mengenai hubungan-hubungan diantara perwujudan alamiah. Perwujudan alamiah tampak rumit, seringkali dengan abstraksi didalam pikiran, biasanya dapat diketemukan pola. Dengan demikian menjadi tugas matematikalah untuk mmenemukan hubungan- hubungan di alam ini dan menganalisis pola-polanya sehingga pola-
pola itu dapat dikenal bila muncul, sedangkan Rusfendi (1991 : 54), mengemukan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak yang berhubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur - struktur serta hubungan - hubungannya yang diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika itu. Ini mengisyaratkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktrur-struktur tersebut. Lebih lanjut Rusfendi menyebutkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut, disebutkan pula, matematika mengelompokkan perwujudan alamiah menjadi pola- pola atau bentuk-bentuk tertentu. Selain menghubungkan matematika melakukan penelaahan pola atau bentuk didalam matematika berarti mewujudkan struktur-struktur. Adapun hubungan-hubungan pola di dalam matematika dapat membentuk rumus, teorema atau dalil matematika.
Pada bagian lain Rusfendi mengemukanan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang termasuk kedalam atau mungkin yang paling padat dan tidak mendua arti. Lebih lanjut disebutkan bahwa tujuan pengajaran matematika (modern) adalah untuk meluruskan Pada bagian lain Rusfendi mengemukanan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang termasuk kedalam atau mungkin yang paling padat dan tidak mendua arti. Lebih lanjut disebutkan bahwa tujuan pengajaran matematika (modern) adalah untuk meluruskan
Setelah menelaah berbagai pendapat tersebut di atas, maka matematika adalah mata pelajaran yang memuat ide – ide, konsep – konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan terpola menjadi rumus, teorema atau dalil yang dapat dipergunakan secara patent untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika itu sendiri maupun untuk aplikasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Hasil belajar matematika
Sementara itu Atkitson, R.C (1999 : 67) mengemukakan bahwa ada 4 cara yang strategis untuk meningkatkan hasil yang maksimal di dalam belajar matematika, yaitu; (1) memaksimalkan hasil rata-rata yang ada di dalam kelas, (2) perkecil perbedaan- perbedaan hasil yang diperoleh oleh siswa dalam satu kelas, (3) maksimalkan hasil yang diperoleh siswa pada level-level tertentu, dan (4) maksimalkan kemampuan rata-rata pada setiap individu atau siswa. Selain itu Atkitson juga menunjukkan bahwa ada 2 alternatif di dalam belajar matematika, yaitu; (1) untuk mengembangkan strategi pelajaran yang optimal pada individu-individu tertentu dimungkinkan jika ada model proses pembelajaran secara terperinci, dan (2) untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal pada setiap individu dapat memberikan waktu belajar yang cukup.
Schoenfeld (2000 : 27) mengemukakan bahwa ada 4 pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan dalam meningkatkan belajar agar berhasil, yaitu; (1) Sumberdaya–dalil dan prosedur pengetahuan matematika, (2) Heuristik strategi dan teknik untuk memecahkan masalah-masalah, seperti mengulang pelajaran, (3) Pengawasan–pengambilan keputusan tentang apa dan sumberdaya apa, dan strategi apa yang akan dipergunakan, (4) Kepercayaan– pandangan seseorang tentang matematika untuk melakukan pendekatan di dalam memecahkan masalah.
Hudoyo (1988 : 44) pada bagian menjelaskan bahwa apabila matematika dipandang sebagai suatu struktur dari hubungan– hubungan, maka simbol–simbol formal diperlukan untuk menyertai himpunan benda–benda atau hal–hal. Simbul–simbul ini sangat penting didalam membantu manipulasi aturan–aturan yang beroperasi didalam struktur. Pemahaman terhadap struktur–struktur dan proses simbolisasi masing masing merupakan stimulus yang satu terhadap yang lain. Simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi, yang dari komunikasi ini kita mendapatkan sejumlah besar informasi. Simbul merupakan lambang yg memiliki arti dan bersifat pasti atau tetap.
Berdasarkan teori dan pendapat dari para ahli dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya mempelajari matematika adalah mempelajari ide-ide abstrak yang diberi simbul-simbul yang perlu diketahui tentang pemahaman konsep-konsep. Hubungan-hubungannya sebagian besar berkenaan dengan perhitungan. Jadi dapat pula Berdasarkan teori dan pendapat dari para ahli dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya mempelajari matematika adalah mempelajari ide-ide abstrak yang diberi simbul-simbul yang perlu diketahui tentang pemahaman konsep-konsep. Hubungan-hubungannya sebagian besar berkenaan dengan perhitungan. Jadi dapat pula
Setelah menelaah uraian dari berbagai teori di atas, maka hasil belajar matematika adalah hasil penilaian yang dilakukan secara terencana dengan terlebih dahulu melakukan upaya maksimal dalam proses pembelajaran, kemudian untuk meningkatkan hasil belajar matematika adalah dengan memaksimalkan strategi, menggunakan stimulus untuk mempermudah pemahaman konsep – konsep dan memperhatikan tingkat kemampuan baik secara individu, kelompok atau klasikal
2. Konsep diri
a. Konsep
Konsep diri merupakan hal ayang sering serta dianggap besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Konsep diri adalah persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian tersebut merupakan keyakinan seseorang mengenai dirinya yang meliputi gambaran mengenai fisiknya, psikis, dan minatnya. Gambaran ini terbentuk berdasarkan persepsi orang lain terhadap dirinya atau dapat juga berdasarkan internalisasi, pandangan dan penerimaan orang lain terhadap dirinya. (Gunarsih, 2003) selain itu konsep diri juga terbentuk berdasarkan pemikiran, perasaan dan pengalaman emosisonal, individu Konsep diri merupakan hal ayang sering serta dianggap besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang. Konsep diri adalah persepsi atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian tersebut merupakan keyakinan seseorang mengenai dirinya yang meliputi gambaran mengenai fisiknya, psikis, dan minatnya. Gambaran ini terbentuk berdasarkan persepsi orang lain terhadap dirinya atau dapat juga berdasarkan internalisasi, pandangan dan penerimaan orang lain terhadap dirinya. (Gunarsih, 2003) selain itu konsep diri juga terbentuk berdasarkan pemikiran, perasaan dan pengalaman emosisonal, individu
Shavelson membagi struktur konsep diri secara hirarkhi atas empat peringkat. Peringkat pertama terletak konsep diri umum yaitu cara individu memahami dan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan. Peringkat kedua yaitu konsep diri akademis dan konsep diri non akademis. Peringkat ketiga merupakan sub area konsep diri akademis dan sub area konsep diri non akademis. Peringkat keempat merupakan penilaian tingkah laku dalam situasi yang lebih spesifik pada masing-masing sub area dari konsep diri. Menurut Leonetti (2002), membagi konsep diri dalam dua bagian yaitu percaya diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Percaya diri adalah kepercayaan seseorang dalam kesanggupannya untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Harga diri adalah bagaimana baiknya seseorang menginginkan dirinya. Konsep diri mempunyai peranan dalam menentukan tingkah laku seseorang.
Konsep diri yang dimiliki seseorang akan turut menentukan bagaimana ia menerima, merasakan dan merespon lingkungannya. Jika Konsep diri yang dimiliki seseorang akan turut menentukan bagaimana ia menerima, merasakan dan merespon lingkungannya. Jika
Menurut Brooks and Emmerst dalam ( Jalaluddin, 2005) ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri tinggi yaitu: (a) ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, (b) ia merasa setara dengan orang lain, (c) ia menerima pujian tanpa rasa malu, (d) ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak selurunya disetujui masyarakat, (e) ia mampu memperbaiki dirinya dan sanggup menggungkapkan pribadi yang tidak disenanginy adan berusaha mengubahnya. Sedangkan orang yang memiliki konsep diri rendah diantaranya : (a) ia peka pada keritik dan cenderung tidak mampu menerima kritikan dan mudah marah, (b) cenderung menghidari dialog terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya, (c) bersikap hiperkritis terhadap orang lain sering mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapa pun, (d) cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan merasa tidak diperhatikan, (e) selalu bersikap pesimis terhadap kompetisi untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
b. Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orangtua dan lingkungannya akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Oleh sebab itu, serngkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan ataupun kebodohan dirinya. Dengan demikian anak menilai dirinya berdasarkan apa yang beliau alami dan dapatkan dari lingkungannya. Bila lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat, contohnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat, contohnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun
c. Faktor yang mempengaruhi konsep diri
Berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti :
1. Pola Asuh Orang Tua Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi konsep diri yang terbentuk , sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri, sedangkan sikap positif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi dan disayangi.
2. Kegagalan Kegagalan yang terus menerus seringkali menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri yang berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri.
3. Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya. Orang yang depresi sulit melihat dirinya mampu menjalani kehidupan selanjutnya dan cenderung mudah tersenyum.
4. Kritik internal Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berprilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
3. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Definisi minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati. Muhibbin Syah (2008:136) mengatakan bahwa, ”secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sementara itu, Slameto (2003:180) mengatakan:
”Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”.
Slameto (2003:180) menambahkan, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum Slameto (2003:180) menambahkan, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
Menurut The Liang Gie (2000:57): “Suatu pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si
pelajar dapat memusatkan seluruh perhatian dan konsentrasinya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi tersebut”.
Minat juga merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami, sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.
Minat merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan. Dampak dari adanya minat belajar dapat menumbuhkan metode baru dalam belajar siswa. Belajar dikatakan berhasil jika dapat menumbuhkan sikap, tingkah laku dan cara berfikir dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Seorang siswa akan berhasil dalam pelajarannya apabila dalam diri siswa itu ada keinginan untuk belajar. Minat akan Minat merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan. Dampak dari adanya minat belajar dapat menumbuhkan metode baru dalam belajar siswa. Belajar dikatakan berhasil jika dapat menumbuhkan sikap, tingkah laku dan cara berfikir dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Seorang siswa akan berhasil dalam pelajarannya apabila dalam diri siswa itu ada keinginan untuk belajar. Minat akan
Sedangkan menurut Wayan Nurkancana(1983:224) menyatakan bahwa, ”Minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang stimulir, perasaan senang pada individu”. Dan definisi minat menurut Kurt Singer (1991:78) adalah ”suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu.
Kecenderungan dari manusia ialah ia akan optimal dalam melakukan pebelajaraanya ketika ia memang menyukai pebelajaran yang digelutinya. Dengan kata lain dorongan akan pengerjaan dan hasil yang lebih baik akan lebih terlihat jika ia memang benar melakukan pebelajaran yang ia minati dibandingkan dengan yang tidak diminatinya. Demikian pula dalam hal belajar. Siswa akan terpacu minatnya untuk giat belajar ketika ia measa nyaman dan mempunyai minat yang tiggi terhadap satu mata pelajaran. Dari sini akan timbul satu dorongan yang menyebabkan ia akan lebih giat belajar guna mendapakan hasl belajar yang baik terhadap mata pelajaran tersebut.
Minat ini biasanya dipengaruhi dorongan dari dalam diri siswa berupa kesadaran bahwa dia akan lebih menikmati atau lebih bisa dengan salah satu pelajaran. Kecenderugannya, faktor dari dalam ini berupa kemampuan atau lebih kepada bakat yang ia bawa sejak lahir. Jika bakat tersebut sudah terlihat, maka dengan polesan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan seorang yang unggul, profesional. Sedangkan dari faktor luar dapat berupa lecutan minat dan lingkungan yang menyebabkan dirinya juga merasa nyaman terhadap satu pelajaran. Lecutan minat tersebut dapat berupa guru yang mengajar menarik perhatiannya, misalnya mengajarnya enak dan cepat ditangkap oleh siswa tersebut sehingga tumbuh minatnya untuk lebih giat belajar dalam pelajaran tersebut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, minat adalah suatu sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu. Minat didasarkan atas kesukaan individu atas apa yang diinginkannya. Minat berasal dari dalam diri siswa dan akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan seseorang.
b. Minat Belajar Matematika