HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen Dan Pemupuk DI PT. Perkebunan Nusantara IV (Studi Kasus :Sawit Langkat, Kecamatan Padang Tualang,Kabupaten Langkat)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Pada PTP N IV Kebun Sawit langkat Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu atau YXtk dimana Y= Produksi Kg Xtk= input tenaga kerja HKP. Untuk melihat produktivitas tenaga kerja pemanen pada penelitian ini berdasarkan produksi yang dihasilkan Kg dibandingkan dengan curahan tenaga kerja HKP, produktivitas tenaga kerja pemanen KGHKP dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 11: Produktivitas Tenaga Kerja Rata-Rata Pemanen Pada PTP N IV Kebun Sawit Langkat Per Ha Uraian Per Ha Produksi Kg 1,075.4 Curahan Tenaga Kerja HK 0.956 Produktivitas Tenaga KerjaKgHKP 1,124.89 Sumber : Data diolah dari lampiran 3 Dari tabel dapat dilihat bahwa produksi yang diperoleh karyawan per Ha adalah 1,075.4 Kg dan penggunaan curahan tenaga kerja per Ha adalah 0.956 HKP maka produktivitas tenaga kerja pemanen rata-rata per Ha adalah sebesar 1,123.89 KgHKP. Hal ini berarti produksi yang dihasilkan setiap karyawan pemanen rendah karena produksi yang dihasilkan masih dibawah rata-rata dari produksi yang ditentukan oleh perusahaan. Produktivitas yang ditentukan perusahaan yaitu jika terjadi panen raya puncak maksimal 1500 KgHa dan jika panen biasa 1250 KgHa. Universitas Sumatera Utara Produktivitas Tenaga Kerja Pemupuk Pada PTP N IV Kebun Sawit langkat Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi secara maksimal. Dan umumnya waktu pemberian pupuk yang baik adalah permulaan musin hujan. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu atau YXtk dimana Y= Produksi Kg Xtk= input tenaga kerja HKP. Untuk melihat produktivitas tenaga kerja pada penelitian ini berdasarkan luas lahan Ha dibandingkan dengan curahan tenaga kerja dalam sehari HKP, produktivitas tenaga kerja pemupuk dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 12: Produktivitas Tenaga Kerja Rata-Rata Pemupuk Pada PTP N IV Kebun Sawit Langkat Uraian Per Petani Luas Lahan Ha 1.6 Curahan Tenaga Kerja HKP 0.8 Produktivitas Tenaga KerjaHaHKP 2 Produktivitas kerja penggunaan pupuk KgHKP 221 Sumber: Data diolah dari lampiran 4 Dari tabel dapat dilihat bahwa pupuk yang digunakan setiap karyawan untuk memupuk rata-rata adalah 1,6 Ha dan curahan tenaga kerja yang dipakai setiap hari rata rata 0.8 HKP. Maka dapat dihasilkan produktivitas tenaga kerja pemupuk rata rata adalah 2 HaHKP artinya telah sesuai dengan ketentuan basis borong dari perusahaan sedangkan Produktivitas kerja pemupuk sudah sesuai dengan target pengaplikasian pupuk yang ditetapkan oleh perusahan yaitu 220 KgHa dengan Universitas Sumatera Utara mengikuti tata cara pengaplikasiannya yaitu tepat cara, tepat waktu, tepat dosis dan tepat tempat sehingga dapat menghasilkan hasil yang optimal. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen Pada PTP N IV Kebun Sawit Langkat Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan dan gaji pokok terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pemanen pada Sawit Langkat dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 13: Analisis Regresi pengaruh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan dan gaji pokok terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pemanen pada Sawit Langkat Variabel Koefisien Regresi t-hitung t-tabel Siginifikasi Intercept -3411.284 -2.608 0.21 X1 -12962 -1.489 1.761 0.154 X2 -48370 -2.231 1.761 0.043 X3 11.912 0.781 1.761 0.448 X4 -46.982 -0.932 1.761 0.367 X5 0.05 3730 1.761 0.002 Multiple R 0,809 R Square 0,655 F- hitung 5.309 F- tabelα=0,05 2.96 Sumber: Data diolah dari lampiran 7 1. Uji pengaruh variabel secara serempak Dari analisis regresi linear berganda di peroleh F-hitung sebesar 5.309 lebih besar dari pada F-tabel sebesar 2.96 pada tingkat kepercayaan 95 sehingga secara serempak umur X 1 , tingkat pendidikan X 2 , pengalaman bekerja X 3 , jumlah Universitas Sumatera Utara tanggungan X 4 dan Gaji pokok X 5 berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja Y, dengan demikian hipotesis diterima. Nilai koefisien determinasi R-Square yang diperoleh dari persamaan adalah 0.655. Hal ini memberikan arti bahwa 65.5 dari perubahan produktivitas tenaga kerja Y mampu dijelaskan oleh nilai umur X 1 , tingkat pendidikan X 2 , pengalaman bekerja X 3 , jumlah tanggungan X 4 dan Gaji pokok X 5 dan 34.5 lainnya dipengaruhi oleh variabel diluar variabel tersebut misalnya umur tanaman, luas lahan, etos kerja, tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, peralatan pertanian, metode kerja, dan daya dukung lahan misalnya topografi, skala usaha. Dari tabel dapat diperoleh persamaan perhitungan sebagai berikut: Y= 3411.284 – 12.962 X 1 - 48.370X 2 +11.912X 3 – 46.987X 4 +0.05X 5 Dimana: Y = Produktivitas Tenaga Kerja pemupuk KgHKP X 1= Umur Tahun X 2 = Tingkat Pendidikan Tahun X 3 = Pengalaman Bekerja Tahun X 4 = Jumlah Tanggungan Jiwa X 5 = Gaji Pokok RpBln 2. Uji pengaruh secara parsial Secara parsial umur X 1 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerjaY. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel umur ini sebesar |-1.489 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.761.Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi umur maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan. Tanda koefisien regresi variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan yaitu berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja, hal ini disebabkan Universitas Sumatera Utara karena produktivitas kerja hanya sampai batas umur tertentu saja dimana selanjutnya jika umur bertambah maka produktivitas menurun.Penurunan ini disebabkan oleh kondisi fisik dan kesehatan akan menurun seiring bertambahnya umur sehingga berdampak menurunnya produktivitas kerja. Secara parsial tingkat pendidikan X 2 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja Y.Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variable tingkat pendidikan ini sebesar |-2.231 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.761. Sehingga hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan. Tetapi Pihak perkebunan telah menetapkan bahwa syarat menjadi buruh minimal tamatan SD sehingga banyak karyawan pemanen hanya tamatan lulusan SD dan SMP hal ini disebabkan karena pekerjaan sebagai karyawan panen adalah pekerjaan yang kasar yang lebih memerlukan tenaga dari pada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Sehingga tingkat pendidikan tidak dipermasalahkan oleh pihak perkebunan. Secara parsial pengalaman bekerja X 3 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja Y. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel pengalaman bekerja ini sebesar |-0.781 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.761.Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi pengalaman bekerja seseorang maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan. Hubungan negatif antara pengalaman bekerja dengan produktivitas karyawan disebabakan oleh faktor usia, semaakin lama pengalaman bekerja maka pada umunnya usia karyawan semakin tua dan keadaan fisiknya semakin lemah sehingga akan menurunkan produktivitas Universitas Sumatera Utara karyawan.Berbeda dengan karyawan muda yang fisiknya masih kuat sehingga dapat menghasilkan panen yang besar, namun dari segi pengalaman justru rendah. Variabel jumlah tanggungan X 4 berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kerja karyawan hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel jumlah tanggungan ini sebesar |-0.932 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.761. Tanda koefisien regresi variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan yaitu berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja, hal ini disebabkan karena dari perkebunan jumlah anak yang ditanggung oleh perusahaan adalah 3 sehingga para karyawan membatasi jumlah tanggunganya karena sulitnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi hanya dengan bekerja sebagai seorang karyawan pemanen. Variabel gaji pokok X 5 berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel gaji pokok ini sebesar 3.730 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.761. Sehingga hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi gaji pokok maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan pemanen. Nilai koefisien variabel gaji pokok X5 adalah sebesar 0.05 yang artinya apabila terjadi penambahan gaji pokok satu rupiah maka produktivitas kerja karyawan pemanen akan meningkat sebesar 0.05 KgHKP. Universitas Sumatera Utara Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemupuk Pada PTP N IV Kebun Sawit Langkat Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan dan gaji pokok terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pemupuk pada Sawit Langkat dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 14: Analisis Regresi pengaruh umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan dan gaji pokok terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pemupuk pada Sawit Langkat Variabel Koefisien Regresi t-hitung t-tabel Siginifikasi Intercept -10.278 -1.442 0.171 X1 0.018 0.397 1.761 0.697 X2 -0.182 -2.175 1.761 0.047 X3 -0.033 -0.613 1.761 0.550 X4 -0.043 -0.236 1.761 0.817 X5 1364E-5 1.838 1.761 0.087 Multiple R 0.723 R Square 0.522 F- hitung 3.063 F- tabelα=0,05 2.96 Sumber: Data diolah dari lampiran 6 1. Uji pengaruh variabel secara serempak Dari analisis regresi linear berganda di peroleh F-hitung sebesar 3.063 lebih kecil dari pada F-tabel sebesar 2.96 pada tingkat kepercayaan 95 sehingga secara serempak umur X 1 , tingkat pendidikan X 2 , pengalaman bekerja X 3 , jumlah tanggungan X 4 dan Gaji pokok X 5 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja Y, dengan demikian H 1 ditolak H diterima. Universitas Sumatera Utara Nilai koefisien determinasi R-Square yang diperoleh dari persamaan adalah 0.522. Hal ini memberikan arti bahwa 52.2 dari perubahan produktivitas tenaga kerja Y mampu dijelaskan oleh nilai umur X 1 , tingkat pendidikan X 2 , pengalaman bekerja X 3 , jumlah tanggungan X 4 dan Gaji pokok X 5 dan 47.3 lainnya dipengaruhi oleh variabel diluar variabel tersebut misalnya umur tanaman, luas lahan, etos kerja, tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, peralatan pertanian, metode kerja, dan daya dukung lahan misalnya topografi, skala usaha. Dari tabel dapat diperoleh persamaan perhitungan sebagai berikut: Y= 10.278 + 0.018X 1 - 0.182 X 2 -0.033X 3 – 0.043X 4 + 1364E-5X 5 Dimana: Y = Produktivitas Tenaga Kerja pemupuk HaHKP X 1= Umur Tahun X 2 = Tingkat Pendidikan Tahun X 3 = Pengalaman Bekerja Tahun X 4 = Jumlah Tanggungan Jiwa X 5 = Gaji Pokok RpBln 2. Uji pengaruh secara parsial Secara parsial umur X 1 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerjaY. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel umur ini sebesar |-0.397 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.761. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi umur maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan.Tanda koefisien regresi variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan yaitu berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja, hal ini disebabkan karena produktivitas kerja hanya sampai batas umur tertentu saja dimana selanjutnya jika umur bertambah maka produktivitas menurun.Penurunan ini disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara kondisi fisik dan kesehatan akan menurun seiring bertambahnya umur sehingga berdampak menurunnya produktivitas kerja. Secara parsial tingkat pendidikan X 2 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja Y. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variable tingkat pendidikan ini sebesar |-2.175 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.761. Sehingga hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan. Pihak perkebunan telah menetapkan bahwa syarat menjadi buruh minimal tamatan SD sehingga banyak karyawan pemupuk hanya tamatan lulusan SD dan SMP hal ini disebabkan karena pekerjaan sebagai karyawan pemupuk adalah pekerjaan yang kasar yang lebih memerlukan tenaga dari pada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan tersebut.Sehingga tingkat pendidikan tidak dipermasalahkan oleh pihak perkebunan. Secara parsial pengalaman bekerja X 3 tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja Y. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel pengalaman bekerja ini sebesar |-0.613 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.761. Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi pengalaman bekerja seseorang maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan. Hubungan negatif antara pengalaman bekerja dengan produktivitas karyawan disebabakan oleh faktor usia, semaakin lama pengalaman bekerja maka pada umunnya usia karyawan semakin tua dan keadaan fisiknya semakin lemah sehingga akan menurunkan produktivitas karyawan. Berbeda dengan karyawan muda Universitas Sumatera Utara yang fisiknya masih kuat sehingga dapat menghasilkan panen yang besar, namun dari segi pengalaman justru rendah. Variabel jumlah tanggungan X 4 berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kerja karyawan hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel jumlah tanggungan ini sebesar |-0.236 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.761. Tanda koefisien regresi variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan yaitu berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja, hal ini disebabkan karena dari perkebunan jumlah anak yang ditanggung oleh perusahaan adalah 3. Sedangkan karyawan pemupuk rata rata wanita dan jumlah tanggungan tidak dimasukan kedalam tanggungan wanita jika dalam keluarga terdapat karyawan 2 yaitu suami dan istri sama sama bekerja sebagai karyawan tetap. Variabel gaji pokok X 5 berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung variabel gaji pokok ini sebesar 1838 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.761. Sehingga hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin tinggi gaji pokok maka semakin meningkat produktivitas kerja karyawan pemupuk. Nilai koefisien variabel gaji pokok X5 adalah sebesar 1364E.5 yang artinya apabila terjadi penambahan gaji pokok satu rupiah maka produktivitas kerja karyawan pemupuk akan meningkat sebesar 1364E-5 HaHKP. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN