4. Faktor Pengalaman
Pengalaman bekerja pada pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan karyawan tersebut. Hal
tersebut berdasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa makin lama bekerja maka makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan.
Banyaknya pengalaman bekerja memberikan kecenderungan bahwa karyawan yang bersangkutan memiliki keahlian dan pengalaman yang relatif tinggi. Pengalaman
seseorang dalam berusahatani berpengaruh pula dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya pengalamaan diukur mulai sejak kapan karyawan panen dan pemupuk itu
aktif secara mandiri mrngusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian. Petani yang sudah mempunyai pengalaman dalam mengelolah usahataninya merasa
sudah mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, sehingga sebagian petani tidak percaya terhadap penyuluhan. Seseorang yang mempunyai pengalaman
yang tinggi tidak dapat dikatagorikan mempunyai tingkat produksi yang tinggi. Tingginya produksi tergantung pada pemeliharaan tanaman yang dibudidayakan
Van den ban dan Hakwiks,1999.
2.3 Kerangka Pemikiran
Didalam suatu perusahaan perkebunan yang besifat padat karya, faktor tenaga kerja sangat menentukan pencapaian tujuan perusahaan. Tenaga kerja dalam
perkebunan terdiri dari pekerjapelaksana, pimpinan, dewan direksi, komisaris dan pemilik. Pekerjapelaksana ini terdiri dari pekerja skillunskiil dan mandor.
Karyawan pemanen dan pemupuk termaksuk kedalam katagori pekerja unskill
Universitas Sumatera Utara
dimana karyawan panen dan pemupuk ini terdiri dari karyawan tetap BHT dan karyawan harian lepas BHL.
Secara logika, peningkatan kinerja karyawan panen dan pemupuk akan meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi
kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Aspek yang akan dinilai dalam kinerja antara lain: kuantitas dari hasil dan kehadiran.
Kualitas kerja pemanen dan pemupuk yang dinilai adalah lebih borong, yaitu merupakan selisih antara hasil yang diperoleh dan basis borong yang telah ditetapkan
perusahaan. Apabila lebih borong sesudah adanya perubahan tarif premi meningkat lebih tinggi daripada lebih borong sebelum adanya perubahan tarif premi, maka
kualitas kerja karyawan mengalamin kenaikan, dan sebaliknya. Kehadiran kerja dinilai dari jumlah hadir untuk memanen dan memupuk kelapa sawit. Apabila jumlah
hari kerja memanen dan memupuk sesudah adanya perubahan tarif premi lebih tinggi daripada jumlah kerja sebelum adanya perubahan tarif, maka kehadiran kerja
mengalami kenaikan, dan sebaliknya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah umur,
tingkat pendidikan, pengalaman bekerja,jumlah tanggungan dan gaji. Salah satu untuk meningkatkan kinerja ini perusahaan perlu memberikan penghargaan.
Penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatakan kinerja karyawan panen dan pemupuk adalah dengan pemberian peningkatan gaji. Gaji
Universitas Sumatera Utara
adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah mengerjakan pekerjaan sesuai yang telah ditentukan perusahaan.
Gambaran tentang kerangka pemikiran dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran dibawah ini:
PTP N IV Sawit Langkat
Karyawan Tetap
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
: Menyatakan pengaruh
Produktivitas Tenaga Kerja
Pemanen Pemupuk
Faktor Sosial Ekonomi 1.
Umur 2.
T. Pendidikan 3.
Pengalaman Bekerja
4. Jumlah
Tanggungan 5.
Gaji Pokok
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian