Teknik yang digunakan untuk menarik sampel adalah Accidental Sampling, yakni siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui dan memenuhi syarat
atau kriteria yang akan ditentukan. Hal ini dilakukan agar jumlah sampel yang
diperlukan dapat terpenuhi Nawawi, 1995. 3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Kuesioner
Kuesioner yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang dijawab tertulis oleh responden Nawawi, 1995.
3.4.2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung di
lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi tediri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang serta keseluruhan kemungkinan interaksi
interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari lapangan manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk
catatan lapangan.
3.4.3. Studi Kepustakaan
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan agar diperoleh suatu landasan yang kuat untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literatur seperti
buku, koran, internet, majalah, serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan Kuantitatif, dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilahnya menjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari.
Pendekatan kuantitatif dilakukaan dengan pengujian secara statistik terhadap data yang terkumpul, maka penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi
dan persentase yang kemudian diteruskan dengan mengedit dan menganalisanya, dan hasil analisis data yang disajikan tidak lagi dalam bentuk angka-angka
statistik, tetapi diubah menjadi informasi dalam bentuk sebuah laporan hasil penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunakan teknik analisis tabel tunggal, tabel tunggal merupakan salah satu teknik yang
dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga diketahui variabel tersebut bernilai
positif atau negatif, dimana analisis tabel tunggal yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel penelitian kedalam sejumlah frekuensi dan
persentase Singarimbun, 1995
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian No
Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pra Observasi
√
2. ACC judul
√
3. Penyusunan Proposal
penelitian
√ √
4. Seminar Proposal
Penelitian
√
5. Revisi Proposal Penelitian
√
6. Penelitian ke Lapangan
√
7. Pengumpulan dan Analisis
Data
√
8. Bimbingan
√ √ √
9. Penulisan Laporan Akhir
√ √
10. Sidang Meja Hijau
√
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
Rumah Sakit Umum RSU Swadana Daerah Tarutung berdiri sejak tahun 1918 oleh Zending Jerman berlokasi di daerah Kabupaten Tapanuli Utara dengan
ibukota Tarutung. Pembangunan Rumah Sakit ini sepenuhnya inisiatif dari Zending Jerman, Pada masa itu seluruh wilayah Tapanuli bahkan seluruh wilayah
Sumatera Utara belum ada bentuk pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai Rumah Sakit.
Setelah berdirinya Rumah Sakit ini praktis seluruh masyarakat di sekitarnya berobat ke Rumah Sakit Umum Tarutung. Pada saat itu pelayanan di
Rumah Sakit Umum Tarutung dilaksanakan oleh petugas Zending Jerman dan bentuk pelayanan itu sesuai dengan kondisi masyarakat kita pada masa itu yaitu
sesuai dengan yang berfungsi murni sosial. Kehadiran ini berlangsung selama puluhan tahun, sehingga pada masa berikutnya di beberapa daerah didirikan
Rumah Sakit. Namun demikian, rujukan Rumah Sakit yang didirikan tersebut selalu ke Rumah Sakit Umum Tarutung.
Dalam perjalanannya, disamping sebagai fungsi pelayanan dilakukan juga fungsi pendidikan dan pelatihan tenaga pribumi menjadi tenaga kesehatan yang
kemudian para lulusan tenaga kesehatan ini disebarkan ke seluruh penjuru tanah air bukan hanya di Tapanuli tetapi juga di luar Tapanuli.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pelayanan ini mengalami pasang surut dengan adanya perubahan pemerintah Belanda ke pemerintahan Jepang. Pada masa pemerintahan Jepang
sebagian tenaga kesehatan ada yang menjadi korban pembunuhan dan sebagian lagi digunakan oleh tentara Jepang untuk membantu tenaga mereka. Pada saat ini
pelayanan kesehatan mengalami kemunduran sehingga operasional Rumah Sakit hampir lumpuh, dan setelah peralihan kemerdekaan RI dari penjajahan Jepang
menurut Drs. Hutabarat mantan Direktur KPPA Medan, bahwa di Ruang Rawat Inap RRI Vip-A RSU Swadana Daerah Tarutung sekarang dilakukan percetakan
uang. Sesudah zaman kemerdekaan, Rumah Sakit kembali dikelola oleh Badan
Zending Jerman dengan memperbaiki beberapa sarana dan prasarana sehingga pelayanan berjalan dengan baik. Pada tahun 1952 Rumah Sakit Umum Tarutung
dikelola oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara meskipun tenaga pelayanan masih ada disumbangkan oleh Zending Jerman.
Pengelolaan oleh Provinsi Sumatera Utara pada mulanya juga dengan mengikuti pola pelayanan murni sosial. Tetapi pada perkembangan selanjutnya
kemampuan untuk memberikan pelayanan murni sosial tidak dapat dipertahankan lagi. Sejak era tahun 80-an pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberikan
beban target pendapatan asli daerah PAD bagi Rumah Sakit Umum Tarutung sehingga pelayanan demi pelayanan diatur dengan Peraturan Daerah Perda.
Sampai dengan tahun 1983 Rumah Sakit Umum Tarutung masih berstatus kelas D dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi
dibantu oleh para medis perawatan dan non perawatan serta administrasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
manajemen lainnya. Sejak tahun 1984 Rumah Sakit Umum Tarutung disahkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan yang diberikan oleh
Dokter Spesialis Dasar, Dokter Umum, Dokter Gigi, dan para Medis Perawatan atau non perawatan serta tenaga administrasi manajemen lainnya. Pelayanan ini
berkembang dengan adanya pasang surut oleh karena adanya perpindahan para dokter spesialis, sehingga beberapa tahun kemudian pelayanan hanya diberikan
oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi. Pada era tahun 90-an kembali adanya penempatan Dokter Spesialis
walaupun tidak lengkap Spesialis Dasar oleh PPDS dan FK-USU Medan. Perkembangan “Needs” dan “Demand” masyarakat, juga kemajuan teknologi
kedokteran serta kemajuan arus informasi menyebabkan perubahan di dalam masyarakat tersebut. Minat dan tuntutan ini sudah seharusnyalah di akomodasi
oleh pemerintah. Kemauan yang disertai dengan kemampuan dalam membayar jasa pelayanan yang bekualitas membuat pihak manajemen Rumah Sakit Umum
Tarutung menuangkannya dalam perencanaan strategi yang telah disetujui oleh Pemerintah Sumatera Utara sebagai acuan dalam pemberian pelayanan kepada
pelanggan Rumah Sakit Umum Tarutung. Pada tanggal 26 Desember 2000 Rumah Sakit Umum Tarutung disahkan
menjadi kelas B sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 1809Menkes-KessosSKXII2000. Pada Tahun 2003 melalui
Peraturan Daerah Perda No.07 Tahun 2003 sistem pengelolaan keuangan Rumah Sakit Umum Tarutung berubah dari sistem pengelolaan secara Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah APBD menjadi sistem pengelolaan secara Swadana.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan demikian sejak tahun 2003, nama Rumah Sakit Umum Tarutung berubah menjadi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.
4.2. Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung