Teknik Analisis Data Jadwal Kegiatan Penelitian No Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung

Teknik yang digunakan untuk menarik sampel adalah Accidental Sampling, yakni siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui dan memenuhi syarat atau kriteria yang akan ditentukan. Hal ini dilakukan agar jumlah sampel yang diperlukan dapat terpenuhi Nawawi, 1995. 3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Kuesioner

Kuesioner yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang dijawab tertulis oleh responden Nawawi, 1995.

3.4.2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung di lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi tediri dari rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang serta keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari lapangan manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

3.4.3. Studi Kepustakaan

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan agar diperoleh suatu landasan yang kuat untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literatur seperti buku, koran, internet, majalah, serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan Kuantitatif, dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilahnya menjadi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari. Pendekatan kuantitatif dilakukaan dengan pengujian secara statistik terhadap data yang terkumpul, maka penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase yang kemudian diteruskan dengan mengedit dan menganalisanya, dan hasil analisis data yang disajikan tidak lagi dalam bentuk angka-angka statistik, tetapi diubah menjadi informasi dalam bentuk sebuah laporan hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis menggunakan teknik analisis tabel tunggal, tabel tunggal merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga diketahui variabel tersebut bernilai positif atau negatif, dimana analisis tabel tunggal yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel penelitian kedalam sejumlah frekuensi dan persentase Singarimbun, 1995 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian No

Kegiatan Bulan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Pra Observasi √ 2. ACC judul √ 3. Penyusunan Proposal penelitian √ √ 4. Seminar Proposal Penelitian √ 5. Revisi Proposal Penelitian √ 6. Penelitian ke Lapangan √ 7. Pengumpulan dan Analisis Data √ 8. Bimbingan √ √ √ 9. Penulisan Laporan Akhir √ √ 10. Sidang Meja Hijau √ UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung Rumah Sakit Umum RSU Swadana Daerah Tarutung berdiri sejak tahun 1918 oleh Zending Jerman berlokasi di daerah Kabupaten Tapanuli Utara dengan ibukota Tarutung. Pembangunan Rumah Sakit ini sepenuhnya inisiatif dari Zending Jerman, Pada masa itu seluruh wilayah Tapanuli bahkan seluruh wilayah Sumatera Utara belum ada bentuk pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai Rumah Sakit. Setelah berdirinya Rumah Sakit ini praktis seluruh masyarakat di sekitarnya berobat ke Rumah Sakit Umum Tarutung. Pada saat itu pelayanan di Rumah Sakit Umum Tarutung dilaksanakan oleh petugas Zending Jerman dan bentuk pelayanan itu sesuai dengan kondisi masyarakat kita pada masa itu yaitu sesuai dengan yang berfungsi murni sosial. Kehadiran ini berlangsung selama puluhan tahun, sehingga pada masa berikutnya di beberapa daerah didirikan Rumah Sakit. Namun demikian, rujukan Rumah Sakit yang didirikan tersebut selalu ke Rumah Sakit Umum Tarutung. Dalam perjalanannya, disamping sebagai fungsi pelayanan dilakukan juga fungsi pendidikan dan pelatihan tenaga pribumi menjadi tenaga kesehatan yang kemudian para lulusan tenaga kesehatan ini disebarkan ke seluruh penjuru tanah air bukan hanya di Tapanuli tetapi juga di luar Tapanuli. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pelayanan ini mengalami pasang surut dengan adanya perubahan pemerintah Belanda ke pemerintahan Jepang. Pada masa pemerintahan Jepang sebagian tenaga kesehatan ada yang menjadi korban pembunuhan dan sebagian lagi digunakan oleh tentara Jepang untuk membantu tenaga mereka. Pada saat ini pelayanan kesehatan mengalami kemunduran sehingga operasional Rumah Sakit hampir lumpuh, dan setelah peralihan kemerdekaan RI dari penjajahan Jepang menurut Drs. Hutabarat mantan Direktur KPPA Medan, bahwa di Ruang Rawat Inap RRI Vip-A RSU Swadana Daerah Tarutung sekarang dilakukan percetakan uang. Sesudah zaman kemerdekaan, Rumah Sakit kembali dikelola oleh Badan Zending Jerman dengan memperbaiki beberapa sarana dan prasarana sehingga pelayanan berjalan dengan baik. Pada tahun 1952 Rumah Sakit Umum Tarutung dikelola oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara meskipun tenaga pelayanan masih ada disumbangkan oleh Zending Jerman. Pengelolaan oleh Provinsi Sumatera Utara pada mulanya juga dengan mengikuti pola pelayanan murni sosial. Tetapi pada perkembangan selanjutnya kemampuan untuk memberikan pelayanan murni sosial tidak dapat dipertahankan lagi. Sejak era tahun 80-an pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberikan beban target pendapatan asli daerah PAD bagi Rumah Sakit Umum Tarutung sehingga pelayanan demi pelayanan diatur dengan Peraturan Daerah Perda. Sampai dengan tahun 1983 Rumah Sakit Umum Tarutung masih berstatus kelas D dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi dibantu oleh para medis perawatan dan non perawatan serta administrasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA manajemen lainnya. Sejak tahun 1984 Rumah Sakit Umum Tarutung disahkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Spesialis Dasar, Dokter Umum, Dokter Gigi, dan para Medis Perawatan atau non perawatan serta tenaga administrasi manajemen lainnya. Pelayanan ini berkembang dengan adanya pasang surut oleh karena adanya perpindahan para dokter spesialis, sehingga beberapa tahun kemudian pelayanan hanya diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi. Pada era tahun 90-an kembali adanya penempatan Dokter Spesialis walaupun tidak lengkap Spesialis Dasar oleh PPDS dan FK-USU Medan. Perkembangan “Needs” dan “Demand” masyarakat, juga kemajuan teknologi kedokteran serta kemajuan arus informasi menyebabkan perubahan di dalam masyarakat tersebut. Minat dan tuntutan ini sudah seharusnyalah di akomodasi oleh pemerintah. Kemauan yang disertai dengan kemampuan dalam membayar jasa pelayanan yang bekualitas membuat pihak manajemen Rumah Sakit Umum Tarutung menuangkannya dalam perencanaan strategi yang telah disetujui oleh Pemerintah Sumatera Utara sebagai acuan dalam pemberian pelayanan kepada pelanggan Rumah Sakit Umum Tarutung. Pada tanggal 26 Desember 2000 Rumah Sakit Umum Tarutung disahkan menjadi kelas B sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 1809Menkes-KessosSKXII2000. Pada Tahun 2003 melalui Peraturan Daerah Perda No.07 Tahun 2003 sistem pengelolaan keuangan Rumah Sakit Umum Tarutung berubah dari sistem pengelolaan secara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD menjadi sistem pengelolaan secara Swadana. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan demikian sejak tahun 2003, nama Rumah Sakit Umum Tarutung berubah menjadi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.

4.2. Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung