27
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data didalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan untuk
masyarakat pengguna data. Menurut Umar 2002 : 84, data sekunder merupakan “data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk label, grafik,
diagram, dan lainnya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari situs masing-masing bank
umum syariah yang berupa laporan tahunan annual report yang dipublikasikan kepada pengguna data. Penelitian ini menggunakan data time series dan cross
section yang bersifat kuantitatif, di mana data time series merupakan data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan cross
section merupakan data yang terkumpul pada satu titik tertentu. Penelitian ini diwakili oleh lima bank umum syariah dengan periode penelitian empat tahun,
yaitu mulai tahun 2008 sampai dengan 2011.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkaji buku, jurnal, dan makalah untuk memperoleh landasan teoritis yang komprehensif
tentang perbankan syariah. Internet sebagai media pendukung juga digunakan untuk memperoleh data historis yang dipublikasikan melalui website masing-
masing bank umum syariah dan website Bank Indonesia.
28
3.6 Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda Multiple Regression Analysis dan
pengolahannya menggunakan alat bantu SPSS 17.0. Analisis regresi digunakan untuk menguji kemampuan variabel rasio keuangan dalam menentukan perubahan
laba. Setelah itu dilakukan uji statistik t dan uji statistik F untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara parsial maupun
secara simultan terhadap variabel dependen. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.6.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen ROA, variabel independen CAR,
NPF, BOPO, dan FDR pada bank umum syariah, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono 2006 : 70,
“suatu data yang membentuk distribusi normal bila jumlah di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga dengan simpangan
bakunya”.
3.6.1.2 Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain.
29
Menurut Ghozali 2005 : 111, “uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali 2005 : 111 adalah sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar dibawah
angka 0 dan y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Dalam model regresi yang baik tidak terjadi heterokedastisitas.
3.6.1.3 Uji Autokorelasi
Menurut Erlina 2008 : 107, “uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t- 1”. Dalam model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi. Untuk
mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson DW. Panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi menurut Erlina 2008 : 107 adalah sebagai berikut : 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas dU dan 4-dU, maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah dL, maka koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi
positif.
30
3. Bila nilai DW lebih dari pada 4-dL, maka maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak antara batas atas dU dan batas bawah dL atau DW terletak antara 4-dU dan dL, maka hasilnya
tidak dapat disimpulkan.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.
3.6.1.4 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita
sebut variabel bebas ini tidak ortogonal Erlina, 2008 : 105. Pengujian
multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel independen. Dalam model regresi yang
baik tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Deteksi dilakukan
dengan melihat nilai VIF Variable Inflation Factor dan nilai tolerance. Multikolinearitas terjadi jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,10.
3.6.2 Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan analisis regresi berganda. Model dalam penelitian ini adalah :
Y = a + X
1
CAR +
X
2
NPF+ X
3
BOPO +
X
4
FDR + X
5
NRM + e
31
Keterangan: Y
= ROA Return on assets a
= Konstanta X
1
-X
5
= Koefisien regresi CAR
= Capital adequacy ratio NPF
= Non performing financing BOPO
= Beban operasional pendapatan operasional FDR
= Financing to deposit ratio NRM
= Net Revenue Margin e
= Koefisien error
3.6.2.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, maka digunakanlah koefisien
determinasi. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Dalam penelitian ini,
nilai koefisien determinasi yang dipakai adalah nilai adjusted R
2
. Nilai adjusted R
2
adalah nol sampai dengan 1. Apabila nilai adjusted R
2
semakin mendekati 1, maka variabel independennya memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.6.2.2 Uji Parsial Uji t
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Menurut Ghozali 2005 : 84, “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
32
hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial individu. Kriteria pengambilan keputusan
adalah : -
Hipotesis diterima apabila t
hitung
t
tabel
pada sig-prob α
0,05 -
Hipotesis ditolak apabila t
hitung
t
tabel
pada sig-prob α 0,05
3.6.2.3 Uji Simultan Uji F
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F. Menurut Ghozali 2005 : 84, “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependenterikat”. Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
Kriteria pengambilan keputusan adalah : - Hipotesis diterima apabila F
hitung
F
tabel
atau sig-prob α
0,05 - Hipotesis ditolak apabila F
hitung
F
tabel
atau sig-prob α 0,05
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah bank umum syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Dari populasi sebanyak 11 bank umum syariah, hanya 5 bank umum syariah yang memenuhi kriteria dan untuk selanjutnya dapat dijadikan
sampel yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Negara Indonesia Syariah, dan Bank Rakyat Indonesia
Syariah
4.2 Analisis Data Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dari data yang diambil untuk penelitian ini adalah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 20 data pengamatan.
Deskripsi variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian ini meliputi nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari satu
variabel dependen yaitu profitabilitas ROA dan lima variabel independen yaitu CAR Capital Adequacy Ratio, NPF Non Performing Financing,
BOPO Beban Operasional Pendapatan Operasional, FDR Financing to Deposit Ratio, dan NRM Net Revenue Margin.
34
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data. Statistik deskriptif menggambarkan karakter sampel yang digunakan dalam
penelitian ini. Distribusi statistik deskriptif untuk masing-masing variabel terdapat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation CAR
20 9.40
45.45 16.5705
8.69330 NPF
20 1.50
7.00 3.5430
1.31099 BOPO
20 5.01
215.58 88.3990
41.56790 FDR
20 68.92
184.37 92.4295
24.50588 NRM
20 5.00
15.49 7.8255
3.14302 ROA
20 -3.60
2.60 .9290
1.54628 Valid N listwise
20
Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata masing dapat dilihat bahwa selama periode pengamatan, dapat diberi kesimpulan yaitu:
1. Variabel dependen profitabilitas ROA yang diukur dengan membandingkan antara laba sebelum pajak terhadap total asset.
ROA memiliki nilai terendah -3,60 dan nilai tertinggi 2,60 dengan nilai rata-rata 0,9290 dan standar deviasi 1,54628.
2. Variabel independen CAR Capital Adequacy Ratio yang mencerminkan kecukupan modal diukur dengan membandingkan
antara modal sendiri terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Nilai terendah adalah 9,4 dan nilai tertinggi 45,45 dengan nilai rata-rata
16,5705 dan standar deviasi 8,69330.
35
3. Variabel independen NPF Non Performing Financing yang mencerminkan risiko pembiayaan diukur dengan membandingkan
antara pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan. Nilai terendah adalah 1,50 dan nilai tertinggi 7,00 dengan nilai rata-rata
3,5430 dan standar deviasi 1,31099. 4. Variabel independen BOPO Beban Operasional Pendapatan
Operasional yang mencerminkan efisiensi diukur dengan membandingkan antara jumlah total beban operasional terhadap
jumlah total pendapatan operasional perputaran total. Nilai terendah adalah 5,01 dan nilai tertinggi 215,58 dengan nilai rata-rata 88,3990
dan standar deviasi 41,56790. 5. Variabel independen FDR Financing to Deposit Ratio yang
mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan diukur
dengan membandingkan pembiayaan yang diberikan terhadap total dana
pihak ketiga. Nilai terendah 68,92 dan nilai tertinggi 184,37 dengan nilai rata-rata 92,4295 dan standar deviasi 24,50588.
6. Variabel independen NRM
Net Revenue Margin yang
mencerminkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan keuntungan dari bagi hasil dengan melihat kinerja bank dalam
menyalurkan pembiayaan diukur dengan membandingkan
pendapatan dari bagi hasil terhadap total pembiayaan. Nilai terendah
36
5,00 dan nilai tertinggi 15,49 dengan nilai rata-rata 7,8255 dan standar deviasi 3,14302.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen ROA, variabel independen CAR,
NPF, BOPO, FDR, dan NRM pada bank umum syariah, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Normalitas umumnya dideteksi
dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
37
Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram
38
Gambar 4.2 Uji Normalitas Grafik P-Plot
Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki
pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk
lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan
menyebar di sekitar garis diagonal.
39
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 diatas kita dapat melihat bahwa gambar grafik berbentuk lonceng dan tidak
menceng ke kiri dan ke kanan yang menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot pada gambar 4.2 diatas
terlihat titik-titik menyebar di sepanjang garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi
normalitas. Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat
menyesatkan kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih
meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov 1 sample
KS, dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya 0,05 lebih besar dari 0,05, maka data
tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya 0,05 lebih kecil dari 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. Pengujian
normalitas dengan metode statistik ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
40
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Residual N
20 Normal
Parameters
a,,b
Mean .0000
Std. Deviation .67543
Most Extreme Differences
Absolute .111
Positive .076
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .496
Asymp. Sig. 2-tailed .966
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai signifikansi = 0,966. Dengan demikian, data pada penelitian ini
berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis karena 0,966 0,05.
4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain Ghozali, 2005 : 111. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya
gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar
pengambilan keputusannya menurut adalah sebagai berikut :
41
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar dibawah
angka 0 dan y, maka tidak heterokedastisitas. Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik
scatterplot, dimana bila ada titik-titik yang menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas Scatterplot
42
Pada gambar 4.3 tentang grafik scatterplot diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang
jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi
sehingga model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan t
1
atau sebelumnya Erlina, 2008 : 106. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi adalah sebagai berikut : i.
Bila nilai DW terletak antara batas atas dU dan 4-dU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi. ii. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah dL, maka
koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.
iii. Bila nilai DW lebih dari pada 4-dL, maka maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
43
iv. Bila nilai DW terletak antara batas atas dU dan batas bawah dL atau DW terletak antara 4-dU dan dL, maka hasilnya
tidak dapat disimpulkan.
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .900
a
.809 .741
.78686 1.997
a. Predictors: Constant, NRM, NPF, CAR, FDR, BOPO b. Dependent Variable: ROA
Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistik DW sebesar 1,997. Nilai dU
tabel
= 1,9908. Jadi, dapat dicari nilai 4-dU yaitu 4- 1,9908 = 2,0092. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi
karena DW terletak antara batas atas dU dan 4-dU, 1,997 terletak antara 1,9908 dan 2,0092. Dengan demikian, model regresi tersebut
sudah bebas dari masalah autokorelasi.
4.2.2.4 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita
sebut variabel bebas ini tidak ortogonal Erlina, 2008. Variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai
korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.
44
Pengujian bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan
mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen Umar, 2003 : 132.
Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variable Inflation Factor dan nilai tolerance. Multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF
10 dan nilai tolerance 0,10.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1Constant CAR
.430 2.324
NPF .642
1.558 BOPO
.366 2.732
FDR .456
2.191 NRM
.910 1.099
a. Dependent Variable: ROA
45
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada
yang memiliki tolerance value lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari adanya multikolinearitas.
Dari hasil uji ini maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini lolos uji gejala
multikolinearitas.
4.2.3 Pengujian Hipotesis 4.2.3.1 Uji Koefesien Determinasi R
2
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Dalam hal ini, adjusted
R
2
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel CAR, NPF, BOPO, FDR, dan NRM terhadap profitabilitas ROA. “Adjusted
R
2
dianggap lebih baik dari R
2
karena nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model”
Ghozali, 2005. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang digunakan adjusted
�
2
berkisar antara nol dan satu. Jika nilai adjusted �
2
makin mendekati satu maka makin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan
variabel independen dan sebaliknya.
46
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .900
a
.809 .741
.78686 a. Predictors: Constant, NRM, NPF, CAR, FDR, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Besarnya adjusted R
2
berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh sebesar 0,741. Dengan demikian besarnya pengaruh CAR,
NPF, BOPO, FDR, dan NRM yang diberikan terhadap profitabilitas ROA adalah sebesar 74,1. Sedangkan sisanya sebesar 25,9 adalah
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.2.3.2 Uji Parsial Uji t
Uji ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial individu.
Kriteria pengambilan keputusan adalah : -
Hipotesis diterima apabila t
hitung
t
tabel
pada sig-prob α
0,05 -
Hipotesis ditolak apabila t
hitung
t
tabel
pada sig-prob α 0,05
Apabila probabilitas signifikasi lebih besar dari α 0,05, maka
variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap profitabilitas ROA. Jika probabilitas signifikansi lebih kecil dari
α 0,05, maka
47
variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap profitabilitas ROA. Hasil uji parsial ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji Parsial Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1Constant 1.816
.814 2.231
.043 CAR
-.101 .032
-.568 -3.191
.007 NPF
.400 .172
.339 2.327
.035 BOPO
-.020 .007
-.539 -2.793
.014 FDR
.001 .011
.019 .109
.915 NRM
.132 .060
.268 2.192
.046 a. Dependent Variable: ROA
Berikut ini adalah penjelasan hasil pengujian statistik t pada tabel: 1. Pengaruh CAR terhadap profitabilitas ROA
Nilai t
hitung
untuk variabel CAR adalah sebesar -3,191. Nilai t
hitung
-3,191 lebih besar dari t
tabel
2,13145 dan nilai signifikansi sebesar 0,07 0,05 artinya bahwa CAR secara
parsial tidak terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap profitabilitas ROA bank syariah.
48
2. Pengaruh NPF terhadap profitabilitas ROA Nilai t
hitung
untuk variabel NPF adalah sebesar 2,327. Nilai t
hitung
2,327 lebih besar dari t
tabel
2,13145 dan nilai signifikansi sebesar 0,035 0,05 artinya bahwa NPF secara parsial terbukti
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap profitabiitas ROA bank syariah.
3. Pengaruh BOPO terhadap profitabilitas ROA Nilai t
hitung
untuk variabel BOPO adalah sebesar -2,793. Nilai t
hitung
-2,793 lebih besar dari t
tabel
2,13145 dan nilai signifikansi sebesar 0,014 0,05 artinya bahwa BOPO secara
parsial terbukti berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap profitabilitas ROA bank syariah.
4. Pengaruh FDR terhadap profitabilitas ROA Nilai t
hitung
untuk variabel FDR adalah sebesar 0,109. Nilai t
hitung
0,109 lebih kecil dari t
tabel
2,13145 dan nilai signifikansi sebesar 0,915 0,05 artinya FDR secara parsial tidak terbukti
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap profitabilitas ROA bank syariah.
5. Pengaruh NRM terhadap profitabilitas ROA Nilai t
hitung
untuk variabel NRM adalah sebesar 2,192. Nilai t
hitung
2,192 lebih besar dari t
tabel
2,13145 dan nilai signifikansi sebesar 0,046 0,05 artinya NRM secara parsial
49
terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap profitabilitas ROA bank syariah.
Dari tabel 4.6 diatas dapat diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = 1,816 – 0,101CAR + 0,4NPF – 0,02BOPO + 0,001FDR + 0,132NRM +
e
1. Koefisien konstan adalah 1,816 menyatakan jika CAR, NPF, BOPO, FDR, NRM dan e adalah 0, maka profitabilitas ROA
adalah 1,816. 2. CAR mempunyai koefisien regresi kearah yang negatif sebesar
0,101. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan CAR sebesar 1 maka nilai tingkat profitabilitas ROA akan menurun
sebesar 0,101 dengan asumsi variabel lain tetap. 3. NPF mempunyai koefisien regresi kearah positif sebesar
0,4. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan NPF sebesar 1 maka nilai tingkat profitabilitas ROA akan meningkat sebesar
0,4 dengan asumsi variabel lain tetap. 4. BOPO mempunyai koefisien regresi kearah negatif sebesar
0,02. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan BOPO sebesar 1 maka nilai tingkat profitabilitas ROA akan menurun
sebesar 0,02 dengan asumsi variabel lain tetap. 5. FDR mempunyai koefisien regresi kearah positif sebesar 0,001.
Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan FDR sebesar 1 maka
50
nilai tingkat profitabilitas ROA akan meningkat sebesar 0,001 dengan asumsi variabel lain tetap.
6. NRM mempunyai koefisien regresi kearah positif sebesar 0,132. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan NRM sebesar 1 maka
nilai tingkat profitabilitas ROA akan meningkat sebesar 0,132 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.2.3.3 Uji Simultan Uji F
Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Kriteria pengambilan
keputusan adalah : -
Hipotesis diterima apabila F
hitung
F
tabel
pada sig-prob α
0,05 -
Hipotesis ditolak apabila F
hitung
F
tabel
pada sig-prob α
0,05 Apabila probabilitas signifikansi lebih besar dari α 0,05, maka
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel profitabilitas ROA. Jika probabilitas signifikansi lebih kecil
dari α 0,05, maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel profitabilitas ROA. Hasil uji simultan ini
dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
51
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan Uji F
ANOVA
b
Model Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 36.761
5 7.352
11.875 .000
a
Residual 8.668
14 .619
Total 45.429
19 a. Predictors: Constant, NRM, NPF, CAR, FDR, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Pada tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai F
hitung
F
tabel
11,875 2,90, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel CAR, NPF, BOPO, FDR, dan NRM secara simultan terbukti mempengaruhi profitabilitas ROA bank syariah.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen yaitu CAR Capital Adequacy Ratio, NPF Non Performing Financing, BOPO
Beban Operasional Pendapatan Operasional, FDR Financing to Deposit Ratio, dan NRM Net Revenue Margin dalam menjelaskan variabel dependen
yaitu profitabilitas ROA adalah sebesar 74,1 adjusted R Square = 0,741, sisanya sebesar 25,9 dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang
digunakan. Dalam pengujian secara parsial, ditemukan hanya variabel NPF Non
Performing Financing, BOPO Beban Operasional Pendapatan Operasional, dan NRM Net Revenue Margin yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
52
profitailitas ROA, sedangkan variabel CAR Capital Adequacy Ratio dan FDR Financing to Deposit Ratio tidaklah signifikan.
Pembahasan untuk masing–masing variabel dalam pengujian secara parsial adalah sebagai berikut :
1. CAR Capital Adequacy Ratio Dari hasil perhitungan uji secara parsial uji t, diperoleh nilai t
hitung
sebesar -3.191 dengan nilai signifikansi 0,07. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan nilai t
hitung
-3,191 lebih besar dari t
tabel
2,13145, maka hipotesis 1 H
1
ditolak dan artinya tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara CAR dengan profitabilitas ROA bank
syariah.
2. NPF Non Performing Financing Dari hasil perhitungan uji secara parsial uji t, diperoleh t
hitung
sebesar 2,327 dengan nilai signifikansi 0,035. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
2,327 lebih besar dari
t
tabel
2,13145, maka hipotesis 2 H
2
diterima dan artinya ada hubungan yang negatif dan signifikan antara NPF dengan profitabilitas ROA bank
syariah.
3. BOPO Beban Operasional Pendapatan Operasional Dari hasil perhitungan uji secara parsial uji t, diperoleh t
hitung
sebesar -2,793 dengan nilai signifikansi 0,014. Karena nilai
53
signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
-2,793 lebih besar dari
t
tabel
2,13145, maka hipotesis 3 H
3
diterima dan artinya ada hubungan yang negatif dan signifikan antara BOPO dengan profitabilitas ROA
bank syariah.
4. FDR Financing to Deposit Ratio Dari hasil perhitungan uji secara parsial uji t, diperoleh t
hitung
sebesar 0,109 dengan nilai signifikansi 0,915. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan nilai t
hitung
0,109 lebih kecil dari
t
tabel
2,13145, maka hipotesis 4 H
4
ditolak dan artinya tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara FDR dengan profitabilitas
ROA bank syariah. 5. NRM Net Revenue Margin
Dari hasil perhitungan uji secara parsial uji t, diperoleh t
hitung
sebesar 2,192 dengan nilai signifikansi 0,046. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
2,192 lebih besar dari
t
tabel
2,13145, maka hipotesis 5 H
5
diterima dan artinya tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara NRM dengan profitabilitas
ROA bank syariah.
54
Melalui uji F untuk pengujian secara simultan, diperoleh nilai F
hitung
11,875 dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
dan nilai F
hitung
11,875 lebih besar dari F
tabel
2,90, maka hipotesis 6 H
6
diterima dan artinya variabel independen yaitu CAR Capital Adequacy Ratio, NPF Non Performing Financing, BOPO Beban Operasional Pendapatan
Operasional, FDR Financing to Deposit Ratio, dan NRM Net Revenue Margin merupakan penjelas yang signifikan dan secara simultan mempengaruhi
variabel dependen yaitu profitabilitas ROA bank syariah.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan