13
atau agen investasi yang dilaporkan dalam laporan perubahan dana investasi terikat
3. Laporan keuangan yang mencerminkan peran bank syariah sebagai pemegang amanah dana kegiatan sosial yang dikelola
secara terpisah, yang dilaporkan dalam: a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan
shadaqah b. Laporan sumber dan pengunaan dana qardhul hasan
Standar akuntansi yang dipakai dalam pelaporan keuangan bank syariah menjadi kunci sukses bank syariah tersebut dalam melayani
masyarakat. Oleh karena itu, laporan keuangan bank syariah haruslah dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan
bagi para penggunanya.
2.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam
mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya dengan efisien. Penghitungan
profitabilitas dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih perusahaan terhadap investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba
perusahaan tersebut. Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan Return on
Assets ROA dan Return on Equity ROE. Untuk perusahaan perbankan, penggunaan ROA lebih diutamakan karena ROA terfokus pada kemampuan
14
perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank
Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return on Assets ROA dan tidak memasukkan unsur Return on Equity ROE. Menurut Dendawijaya
2005 : 119, “Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset
yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat”. ROA Return on Assets merupakan rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Menurut Dendawijaya 2005 : 118, “semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset”.
Besarnya nilai ROA suatu bank dapat dihitung dengan rumus: ��� =
Laba Sebelum Pajak Total Asset
� 100
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan menurut Munawir 2002 : 64 adalah “metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau
laporan laba rugi secara individu maupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut”. Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan dan dengan menggunakan analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau
15
memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. CAR Capital Adequacy Ratio
CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan
sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang. Menurut Dendawijaya 2005 : 121, capital adequacy ratio adalah “rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya
kredit yang diberikan”. Semakin tinggi rasio CAR maka semakin baik kondisi suatu bank dan jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut
mampu membiayai kegiatan operasinya. Besarnya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus:
��� = Modal Sendiri
ATMR � 100
2. NPF Non Performing Financing
NPF atau yang juga dikenal dengan sebutan NPL pada bank konvensional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah
16
terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPF, maka akan menunjukkan semakin buruknya kualitas pembiayaan
yang diberikan bank syariah. Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus:
��� = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan � 100
3. BOPO Beban Operasional Pendapatan Operasional BOPO menurut Dendawijaya 2005 : 120 merupakan “rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”. Semakin tinggi rasio BOPO, maka
akan menunjukkan semakin buruknya tingkat efisiensi dari bank syariah. Besarnya nilai BOPO suatu bank dapat dihitung dengan rumus:
���� = Beban Operasional
Pendapatan Operasional � 100
4. FDR Financing to Deposit Ratio FDR atau yang juga dikenal dengan sebutan LDR pada bank
konvensional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dengan cara membandingkan jumlah kredit yang
diberikan terhadap total dana pihak ketiga. Dendawijaya 2005 : 116 menyatakan bahwa “pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
17
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit”. Semakin tinggi rasio FDR, maka akan
menunjukkan semakin rendahnya likuiditas bank syariah. Besarnya nilai FDR suatu bank dapat dihitung dengan rumus:
��� = Pembiayaan yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga � 100
5. NRM Net Revenue Margin NRM atau yang juga dikenal dengan sebutan NIM pada bank
konvensional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya
untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi
rasio NRM , maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Besarnya nilai NRM suatu bank dapat dihitung dengan rumus:
��� = Pendapatan Bagi hasil
Total Pembiayaan � 100
18
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu