focus kepada upaya pembangunan pedesaan melalui program-program penyediaan prasarana, pembangunan agribisnis, industri kecil dan kerajinan, pembangunan
kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam.
3. Wilayah dan Penduduk
Wilayah dan penduduk merupakan faktor yang paling utama dalam pembentukan wilayah suatu kabupaten. Dengan terpenuhinya luas wilayah dan
jumlah penduduk yang memadai maka untuk menjalankan roda pemerintahan akan lebih cepat dan tercapainya cita-cita suatu kabupaten.
4.6.2 Kondisi Sosial Politik di Kabupaten Pakpak Bharat Pasca Pemekaran Menjadi Suatu Kabupaten di Sumatera Utara
1. Asas Demokrasi dan Pelaksanaanya di Kabupaten Pakpak Bharat
Hampir semua Negara di dunia saat ini menganut paham demokrasi. Kata demokrasi menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari pada saat ini.
Indonesia sebagai sebuah Negara yang lahir pada 17 Agustus 1945 dalam praktik ketatanegaraannya telah berulang kali bereksperimen dengan demokrasi. Dimulai dari
demokrasi leiberal pada dekade 1950-an kemudian digantikan dengan demokrasi terpimpin. Setelah itu muncul demokrasi pancasila yang dipelopori oleh
pemerintahan orde baru. Dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya pada akhirnya demokrasi pancasila digantikan dengan demokrasi pada masa reformasi.
Demokrasi adalah demokrasi dan tidak perlu diembel-embeli oleh ideologi yang menjadi ciri utama dan demokrasi adalah pemilihan umum. Dengan nilai-nilai
demokrasi melalui proses demokratisasi yang terus berlangsung hingga saat sekarang,
Universitas Sumatera Utara
diantaranya pelaksanaan pemilu, adanya kebebasan pers, dan kebebasan mengeluarkan pendapat tentunya sebagai suatu wilayah yang baru dimekarkan
menjadi kabupaten seperti halnya Kabupaten Pakpak Bharat, telah mengacu pada undang-undang dan nilai-nilai yang tertuang dalam asas demokrasi.
Setelah terbentuknya Kabupaten Pakpak Bharat menjadi suatu kaupaten di Sumatera Utara pada tahun 2003, maka sebagai Negara kesatuan RI tidaklah
mengacu pada sistem demokrasi Negara luar namun berpacu pada demokrasi yang ada di Indonesia ini. Salah satu bukti sebagai Negara demokrasi adalah diadakannya
pemilihan umum oleh rakyat yaitu pemilihan Bupat dan wakil bupati, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD pada tahun dengan periode 2004-2009.
2. Perkembangan Organisasi Politik dan Kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat.
Organisasi sosial politik mulai tumbuh dan berkembang di Kabupaten Pakpak Bharat sejak pemulaan diadakannya pemilihan umum pada tahun 2004. Hampir
seluruh organisasi politik yang ada di negara Indonesia ikut mewakili berlangsungnya pemilihan umum di Kabupaten Pakpak Bharat untuk memperebutkan kepala daerah
dalam memimpin roda pemerintahan. Kehidupan partai politik yang sistem multi partai pada masa reformasi ini telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
Undang-Undang No 1 Tahun 1999. Kemudian sesuai dengan Undang-Undang No 8 tahun 1985 tentang organisasi
kemasyrakatan dimana menurut Pasal 1 Undang-Undang itu, disebutkan bahwa organisasi kemasyarakatan, adalah organisasi yang didirikan oleh warga negara RI
Universitas Sumatera Utara
secara sukarela atas keamanan kegiatan, profesi, fungsi agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yng Maha Esa untuk berperan serta dalam pembangunan dalam
rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila.
Salah satu ciri penting dalam organisasi kemasyarakatan adalah kesukarelaan dalam pembentukan dan keanggotaanya. Sesuai dengan sistem organisasi
kemasyarakatan, sejauh ini organisasi kemasyarakatan yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat relatif beragam yang dimulai dari Oragnisasi Kesukuankedaerahan sampai
organisasi kemasyarakat nasional seperti IKPPI Ikatan Keluarga Pemuda Pakpak Indonesia, Sulang Silima Suak Simsim, HIMPAK Himpunan Mahasiswa Pakpak
FPMPRP Front Pemuda dan Mahasiswa Peduli Rakyat Pakpak Bharat, organisasi kemasyarakatan nasional seperti PP Pemuda Pancasila, IPK Ikatan Pemuda Karya
dan masih banyak organisasi masyarakat seperti LSM.
4.7 Bentuk-Bentuk Penolakan Masyaraat Pakpak Bharat Terhadap Pembentukan Pembentukan Propinsi Tapanuli
Tujuh 7 tahun sudah masyarakat Tapanuli berjuang secara konstitusional agar terbentuk Propinsi Tapanuli. Keinginan tersebut didasarkan pada situasi yang
sangat memprihatinkan di Tapanuli. Tapanuli selama ini dikenal sebagai peta kemiskinan di Indonesia, rakyat miskin, jalan rusak dan penderitaan dimana-mana
tanpa ada upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk memikirkan nasip masyarakat Tapanuli, sehingga mereka berpikir untuk mengadu nasip dengan
memperjuangkan Tapanuli menjadi Propinsi, dengan harapan kalau menjadi Propinsi
Universitas Sumatera Utara
maka masih ada harapan Tapanuli menjadi sejahtera, paling tidak lebih baik dari keadaan sekarang. Mereka berpikir, kalau Propinsi Tapanuli tidak terjadi maka
mereka akan mati, mati kelaparan, mati pengharapan, mati karena penderitaan, mati masa depan dan sengsara tanpa ada kemajuan.
Dengan alasan itulah Pripinsi Tapanuli diperjuangkan karena meurut Undang- Undang No. 22 Tahun 1999 yaitu tentang Pemekaran Wilayah, adalah suatu langkah
untuk memajukan pembangunan daerah yang masih tertinggal dari daerah lainnya. Berawal dari aspirasi 4 Kabupaten Kota diwilayah Tapanuli pada tahun 2002 yakni
Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, muncullah secara formal keinginan pembentukan Propinsi Tapanuli berdasarkan UU
No. Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteri pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah yang menyatakan Propinsi dapat dibentuk minimal telah terdiri dari 3 Kabupaten Kota. Berita SIB, 10 Agustus 2009, Eksepsi….
Kita telah mendapat gambaran yang meneyeluruh tentang perjuangan masyarakat dalam pembentukan Propinsi Tapanuli. Namun disisi lain, harapan dan
cita-cita masyarakat Tapanuli untuk pembentukan Propinsi Tapanuli dari Propinsi Sumatera Utara tentunya tidaklah semua lapisan masyarakat setuju dengan
pembentukan Propinsi Tapanuli ini. Atau dengan kata lain pembentukan Propinsi Tapanuli masih menjadi kontroversi dan polemik ditengah-tengah masyarakat
Sumatera Utara saat ini, baik ditingkat elit politik, jajaran pemerintahan, tokoh-tokoh masyarakat dan berbagai elemen masyarakat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai kontroversi yang muncul dipemukaan masyarakat, salah contoh yang dapat kita lihat tentang penolakan masyarakat Pakpak Bharat tehadap
pembentukan Propinsi Tapanuli. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk-bentuk penolakan masyarakat Pakpak Bharat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tentunya ada berbagai latar belakang dan faktor-faktor masyarakat Pakpak Bharat menolak atau tidak mau bergabung dengan Propinsi Tapanuli.
Adapun bentuk-bentuk penolakan masyarakat Pakpak Bharat terhadap pembentukan Propinsi Tapanuli dapat kita lihat sebagai berikut :
1. Peryataan sikap penolakan masyarakat Pakpak Bharat yang disampaikan melalui Organisasi Masyarakat.
Salah satu organisasi masyarakat Sulang Silima Suak Simsim menolak terhadap Propinsi Tapanuli. Penolakan tersebut disampaikan karena akhir-akhir ini
menyusul kehadiran dan keinginan sekelompok orang mengatasnamakan masyarakat sehingga dianggap dapat mengganggu ketertiban umum daerah Pakpak Bharat. Hal
tersebut dikatakan Sekretaris Panitia Penolakan Bergabung Sulang Silima Pakpak J.H Manik secara spontanitas dan berkeinginan untuk tetap bernaung dibawah Propinsi
Sumatera Utara. Dikutip dari: Khas Harian Bersama, 12 Desember 2007. Selain itu, masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang terdiri dari Sukut
Nitalun marga Pakpak menyatakan penolakan atas rencana pembentukan Propinsi Tapanuli. Peryataan penolakan ini disampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara
melalui Biro Otda Setda propinsi Sumatera Utara tepat pada Selasa, 13 Desember 2007. Dalam peryataan penolakan yang disampaikan dalam dokumen lengkap dengan
Universitas Sumatera Utara
tanda tangan tokoh-tokoh marga setempat. Adapun marga yang tergabung untuk menolak ke Propinsi Tapanuli adalah Banurea, Manik, Boang Manalu, Bancin,
Berutu Sitellu Tali Urang Julu, Berutu Sitellu Tali Urang Jehe, Solin, Sinamo, Sitakar, Angkat, Padang Batang Hari, Cibro, Munte, Tinendung dan marga Maharaja.
Bentuk panolakan tersebut dapat terlihat dari hasil wawancara dengan St. J.H Manik Lk 71 thn :
“Organisasi ini adalah organisasi masyarakat ataupun etnis Pakpak yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat. Organisasi yang menolak bukan hanya
satu tapi masih banyak lagi yang tidak setuju jika Kabupaten Pakpak Bharat digabungkan ke Propinsi Tapanuli itu, semua marga ada terwakilkaterhadap
Propinsi Tapanulin. Semua marga-marga tersebut telah sepakat menyatakan tidak bersedi bergabung kedalam Propinsi Tapanuli yang akan dimekarkan.
Jadi bentuk peryataan ini langsung kita beraudiensi kepada Bupati dan DPRD Kabupaten Pakpak Bharat”.
Dengan bentuk penolakan yang dilakukan masyarakat Pakpak Bharat terhadap
Propinsi Tapanuli yang mengatasnamakan organisasi masyarakat merupakan bentuk dalam mempertahankan Kabupaten Pakpak Bharat tetap berada di Propinsi Sumatera
Utara. Penuturan tersebut hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh beberapa
hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai bentuk-bentuk penolakan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat terhadap Propinsi Tapanuli :
“Pakpak Bharat sendiri kan belum lama mekar menjadi Kabupaten dari Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Jadi ngapain pula masyarakat
Pakpak Bharat bergabung ke Propinsi Tapanuli yang masih dalam proses pembentukan. Kita kan belum pasti tau jadi atau tidak. Saya rasa sangat tidak
logika sekali jika bergabung ke Protap. Semua Kabupaten lain pasti tau kok bahwasanya Kabupaten Pakpak Bharat masih dalam tahap percobaan dalam
arti kita masih ditanggung oleh pusat”. Mereka mempunyai kepantingan untuk memajukan daerahnya, masyarakat pakpak Bharat juga memiliki
kepentingan kok dalam memajukan daerahnya,,, Sumber : Wawancara dengan Bapak St. Asahan Banurea, Lk, 65 Thn.
Universitas Sumatera Utara
“Bagaimana nantinya pembangunan yang sudah diprogramkan pemerintah stempat sebagaimana daerah yang baru mekar, kita kan tau semua program
itu masih dalam proses dan mempuyai tahapan-tahapan. Jadi bagaimana mungkin kita berpisah dari Propinsi Sumatera Utara. Masalah dibirokrasi
saja nanti sudah bermasalah belum lagi hal-hal yang mungkin terjadi antara masyarakatnya”. Sumber : Wawancara dengan Hotman Hasugian, Lk, 25
Thn. “Kita bukan tidak setuju ataupun ada menghalang-halangi pembentukan
Propinsi Tapanuli,, apa dasar kami masyarakat Pakpak Bharat tidak setuju atau ada niat menghalang-halangi”. Kan ada aturan hukum yang mengatur
itu semua. kita setuju dan tidak ada menghalang-halangi. Silahkan saja Propinsi Tapanuli itu mekar. “Namun jika Pakpak Bharat digabungkan
kedalam Propinsi Tapanuli jelas tidak setuju. Kami tetap memilih bergabung di Propinsi Sumatera Utara”. Sumber : hasil wawancara Mariani Br Boang
Manalu, Pr, 37 thn. “Yang dilakukan masyarakat Pakpak Bharat secara umumnya stelah
Kabupaten Pakpak Bharat dan Dairi dimasukkan Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli kedalam Protap, jelas sekali dari berbagai organisasi
masyarakat yang ada adalah musyawarah untuk menaggapi tindakan dari Panitia itu,,”. Sumber : hasil wawancara D. Berutu Pak Andre , Lk, 35
thn.
Dari berbagai tanggapan dan pernyataan dari beberapa informan di atas dapat dilihat bahwa bentuk-betuk penolakan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat dalam
Pembentukan Propinsi Tapanuli adalah peryataan sikap melalui organisasi-organisasi masyarakat. Peryataan yang dilakukan berupa musyawarah dengan organisasi
masyarakat dan panatu-panatu adat, marga dan juga panatua agama. Selain itu, hal tersebut terkait dengan status Kabupaten Pakpak Bharat masih dalam tahap
pemekaran. Sehingga ketika Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli yang telah mengikutsertakan Kabupaten Pakpak kedalam Propinsi Tapanuli menolak secara
tegas baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat merasa ada kepentingan yang tidak seimbang sehingga muncul ketidakadilan, adapula perbedaan paham tentang cara-
cara memenuhi tujuan kelompok. Kesemuannya itu mengakibatkan perpecahan didalam kelompok masyarakat. Dahrendorf berpendapat bahwa konsep-konsep
seperti kepentingan nyata dan kepentingan laten, kelompok kepentingan dan kelompok semu, posisi dan wewenang merupakan unsur-unsur dasar untuk dapat
menerangkan bentuk-bentuk dari konflik. 2. Peryataan sikap penolakan masyarakat Pakpak Bharat yang disampaikan ke
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Penolakan masyarakat Pakpak Bharat untuk tidak bergabung ke Propinsi
Tapanuli bukan hanya disampaikan kepemerintah setempat seperti Bupati dan DPRD Kabupaten Pakpak Bharat. Namun, peryataan juga disampaikan ke Presiden RI, SBY,
Mendagri dan Komisi II DPR RI ke Jakarta. Keberangkatan masyarakat Kabupaten Pakapk Bharat yang terwakili dari organisasi masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat
Untuk melihat bentuk peryataan dari tokoh masyarakat dapat diketahui dari hasil wawancara dengan bebrapa informan kunci :
“Pada tanggal 13 Februari 2007 yang lalu kami perwakilan masyarakat PakPak Bharat sudah berangkat ke Jakarta untuk ketemu dengan Presiden,
Mendagri, dan Komisi II DPR RI. Kami tidak mau miskin, makanya kami menolak bergabung dengan Protap. Saya dan kawan-kawan yang berangkat
sebagai Penolakan Protap dari Kabupaten Pakpak Bharat merasa dalam Pembentukan Propinsi Tapanuli ini didominasi oleh adanya kepentingan
politik yang kuat dari Tapanuli makanya Pakpak Bharat dimasukkan kedalam”. Sumber : hasil wawancara Bapak St. Asahan Banurea, Lk, 65
Thn.
“Pernyataan itu kebulatan tekad masyarakat Pakpak Bharat dan tokoh-tokoh Papak di Perantauan Medan dan Jakarta merupakan harga mati menolak
bergabung ke Protap, ini demi kepentingan generasi Pakpak kehari depan.
Universitas Sumatera Utara
Dari kta untuk kita maka kita pupuk rasa persatuan dan kesatuan”. Sumber : hasul wawancara Risto Berutu, lk, 30 thn.
Tidak jauh berbeda sesuai dengan pemaparan dari Bapak Drs. MJ Bancin yang juga ikut delegasi ke Biro Otda Setdaprovsu dan DPRD Sumut.
“Keputusan Penolakan ini diambil mengingat sejarah yang buruk yang dialami masyarakat Pakpak semasa Keresidenan Tapanuli. Apalagi adapt
istiadat jauh berbeda”. “Adat budaya Pakpak terkesan termarjinalkan,,,”.
Dari beberapa hasil wawancara di atas diketahui bahwa selain dari bentuk Penolakan masyarakat Pakpak Bharat untuk tidak bergabung ke Propinsi Tapanuli
juga berkeinginan akan mempertahankan tanah Ulayat Kabupaten Pakpak Bharat demi kepentingan bersama pada khususnya untuk kemajuan masyarakat secara
khusus dan juga menjaga agar tidak adanya konflik atau pertentangan ditengah- tengah masyarakat atau dengan kata lain untuk membina hubungan yang baik antara
masyarakat.
3. Demonstarasi Sebagai cerminan bangsa Indonesia yang demokrasi adalah salah satu adanya
udang-undang Hak Asasi Manusia, dimana setiap manusia bebas untuk hidup, bebas menyampaikan sesuatu didepan umum dan bebas mengeluarkan pendapat yang
didasari tnpa adanya pihak yang dirugikan. Kebebasan seperti ini sudah sering sekali kita lihat ditengah-tengah masyarakat dengan memberikan ruang gerak kebebasan
setiap insan manusia. Mengarah kepada bentuk penolakan masyarakat Pakpak Bharat terhadap
Pembentukan Propinsi Tapanuli yang telah mengikutsertakan Kabupaten Pakpak
Universitas Sumatera Utara
Bharat kedalam perencanaan Pembentukan Pripinsi Tapanuli telah menuai protes dari masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. Terjadi demonstrasiunjuk rasa dari
masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi terhadap pemeritah setempat yaitu DPRD Kabupaten Pakpak Bharat dengan menyampaikan aspirasi dan
pernyataan secara tertulis menolak bergabung kedalam Propinsi Tapanuli. Untuk lebih jelas dan terbukanya mengenai penolakan masyarakat Kabupaten
Pakpak Bharat terhadap Pembentukan Propinsi Tapanuli, akan dilampirkan beberapa bentuk pernyataan penolakan yang tertulis dimana lampiran tersebut doperoleh
lansung dari ketua Panitia Penolakan Kabupaten Pakpak Bharat Bergabung Dengan Propinsi Tapanuli ketika melakukan wawancara. Adapun lampiran tersebut adalah
sebagai berikut:
4.8 Faktor-faktor Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat Tidak Mau bergabung Dengan Propinsi Tapanuli