Penagihan Seketika dan Sekaligus

Golongan informan yang akan dipakai dalam penelitian ini berkisar antara non golongan hingga IVd. Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan tentang golongan informan. Tabel 4.4 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Golongan No. Golongan Frekuensi Persentase 1 IIa-Iid 1 25 2 IIIa-IIId 2 50 3 IVa-Ivd 1 25 Total 4 100 Sumber : Wawancara penelitian 2015 Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari informan, kelompok golongan IIa-IId sebanyak 1 orang 25, jumlah informan yang golongan antara IIIa-IIId sebanyak 2 orang 50, dan jumlah informan yang golongan antara IVa-IVd sebanyak 1 orang 25. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang bergolonngan IIIa-IIId lebih banyak.

4.2 Temuan Lapangan

Pada penelitian ini, penulis membuat pedoman wawancara dan pengambilan data sekunder. Penulis mewawancarai beberapa informan yang mengetahui tentang tgas jurusita pajak negara terutama dalam melakukan pencairan tunggakan. Didalam pengambilan data wawancara dan data sekunder penulis dapat mewawancarai seluruh informan yang telah ditentukan yang berjumlah 4 orang. Keempat orang tersebut antara lain kepala seksi penagihan yaitu bapak Marihot, jurusita pajak yaitu bapak Bismar dan bapak Irwan, serta pelaksana seksi penagihan bapak Yogi. Masing-masing informan bersedia dan telah menjawab pertanyaan- pertanyaan peneliti mengenai bagaimana jurusita pajak negara dalam melakukan tugasnya dalam pencairan tunggakan di kantor pelayanan pajak Pratama Lubuk Pakam. Kemudian, seluruh jawaban dari informan akan diabstraksikan dan disimpulkan. Hasil wawancara akan disajikan bersamaan dengan data sekunder yang diperoleh.

4.2.1 Penagihan Seketika dan Sekaligus

Sejak diterapkannya sistem self assessment di Indonesia, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menjalankan kewajiban perpajakannya secara mandiri. Namun penerapan tersebut bukan berarti menggantungkan semua kepada wajib pajak saja, tetap harus ada upaya-paya dari Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak. Peneliti bertanya kepada informan mengenai motivasi dilakukan serangkaian kegiatan penagihan. Informan Bapak Yogi menjawab kegiatan penagihan dilakukan tentunya untuk mengurangi jumlah tunggakan yang ada. Hal ini di dukung oleh pernyataan informan Bapak Bismar yang mengatakan kepatuhan Wajib Pajak akan perpajakan cukup rendah sehingga untuk meningkatkan pendapatan negara tidak bisa hanya mengharapkan partisipasi aktif dari wajib pajak, sehingga perlu dilakukan kegiatan penagihan. Pernyataan ini didukung dengan data sekunder mengenai jumlah Wajib Pajak dan nominal tunggakan pada KPP Pratama Lubuk Pakam. Jumlah Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pada KPP Pratama Lubuk Pakam dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Jumlah Wajib Pajak Dengan Tunggakan KPP Pratama Lubuk Pakam 2012 – 2014 Tahun Wajib Pajak Terdaftar Tunggakan Pajak Jumlah WP Persentase Nominal 2012 150.466 7.860 5,22 48.482.369.435 2013 164.190 7.814 4,76 63.736.681.626 2014 180.124 8.452 4,69 135.250.462.633 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam 2015 Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat dari banyaknya jumlah Wajib Pajak dan nominal tunggakan pajak, dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah Wajib Pajak ang memiliki tunggakan sebanyak 7.860 wajib pajak, dan nominal tunggakan pajak pada tahun 2012 sebanyak Rp.49.482.396.435, dan pada tahun 2013 jumlah Wajib Pajak yang mempunyai tunggakkan pajak sebanyak 7.814 turun dari tahun sebelumnya dengan jumlah nominal tunggakan pajak pada tahun 2013 sebanyak Rp.63.736.681.626 , dan pada tahun 2014 jumlah Wajib Pajak yang mempunyai tunggakkan pajak sebanyak 8.452 dengan jumlah nominal tunggakan pajak sebanyak Rp.135.250.462.633. Salah satu bentuk penagihan yang dilakukan adalah penagihan seketika dan sekaligus. Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan surat perintaj penagihan seketika dan sekaligus yang diterbikan oleh pejabat berwenang. Peneliti bertanya kepada informan apakah KPP Pratama Lubuk Pakam melakukan kegiatan penagihan seketika dan sekaligus. Informan Bapak Bismar mengatakan, “Pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus di KPP Pratama Lubuk Pakam sudah beberapa kali akan dilaksanakan tetapi tidak berhasil. Karena, kami selaku pelaksana penagihan seketika dan sekaligus sulit untuk mengetahui keadaan Wajib Pajak yang sebenarnya, apakah Wajib Pajak akan membubarkan badan usahanya atau memindahtangankan usahanya dan sebagainya”. Karakter dan watak Wajib Pajak juga merupakan kendala yang dihadapi oleh jurusita pajak negara KPP Pratama Lubuk Pakam. Terdapatnya Wajib Pajak yang ramah, mau menerima jurusita dengan baik, ada juga Wajib Pajak yang tidak kooperatif, Wajib Pajak yang tidak kooperatif tidak mau menerima jurusita dengan baik, tidak mau menerima bahwa Wajib Pajak tersebut memiliki tunggakan pajak, jurusita dianggap tidak benar dalam menetapkan STP dan SKP. Hal ini diungkapakan oleh Bapak Bismar selaku jurusita pajak melalui hasil wawancara: “Kendala yang dihadapi dalam melakukan tugas ini banyak sekali, selain alamat Wajib Pajak yang sering tidak jelas atau fiktif, apabila terjun langsung kelapangan banyak sekali Wajib Pajak yang tidak kooperatif, Wajib Pajak seringkali kasar dalam menerima kedatangan jurusita. Wajib Pajak sering tidak mau menerima ketetapan yang sudah ada.” 4.2.2 Pencairan Tunggakan Dengan Surat Paksa Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal surat teguran maka akan diterbitkan surat paksa yang disampaikan oleh jurusita pajak negara dengan dibebankan biaya penagihan paksa sebesar Rp 50.000,- lima ppuluh ribu rupiah, utang pajak harus dilunasi dalam 2 x 24 jam. Informan menyebutkan penerbitan surat paksa dilakukan menggunakan sistem, sehingga bentuk dan isinya sudah sesuai dengan ketetapan dan ketentuan yang berlaku begitu juga dengan penerbitannya. Surat paksa memiliki kekuatan eksekutorial atau kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang diterapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara, itulah sebabnya surat paksa dimulai dengan kata-kata, “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk mengetahui pelaksanaan pencairan tunggakan dengan surat paksa dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Penerbitan dan Pencairan Tunggakan dengan Surat Paksa KPP Pratama Lubuk Pakam 2012 - 2014 Surat Paksa Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Lemba r Nominal Rp Lemba r Nominal Rp Lemba r Nominal Rp Jumlah Terbit 385 1.889.234.72 3 859 7.585.166.47 3 1.094 71.429.741.42 3 Jumlah Dibayar 77 370.862.489 54 641.455.189 99 5.545.724.181 Persentase 20,00 19,63 6,29 8,46 9,05 7,76 Sumber: Seksi Penagihan KPP PratamaLubuk Pakam, 2015 Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat dari banyaknya jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam pada tahun 2012 yaitu 385 surat paksa dengan nominal tunggakan pada tahun 2012 sebesar Rp.1.889.234.723, dan pencairan tunggakan yang dilakukan pada tahun berjalan sebanyak 77 lembar surat paksa dengan nominal Rp.370.862.489, pada tahun 2013 surat paksa yang diterbitkan sebanyak 859 dengan jumlah nominal tunggakan pada tahun 2013 sebesar Rp.7.585.166.473 , dan pencairan tunggakan yang dilkukan pada tahun berjalan sebanyak 54 lembar surat paksa dengan nominal Rp.641.455.189 pada tahun 2014 surat paksa yang di terbitkan sebanyak 1.094 lembar dengan jumlah nominal tunggakan sebesar Rp.71.429.741.423, dan pencairan tunggakan yang dilakukan pada tahun berjalan sebanyak 99 lembar surat paksa dengan nominal Rp.5.545.724.181. Peneliti bertanya kepada informan apakah penerbitan dan penyampaian surat paksa disampaikan tepat pada waktunya kepada wajib pajak. Bapak yogi selaku pelaksana penagihan menjawab, “Pasti ada yang tidak tepat waktu. Karena kita juga harus mencari kemana surat tersebut di tujukan. Sering sekali susah menemukan domisili wajib pajak”. Peneliti menanyakan beberapa alasan yang menjadi kendala lainnya seperti yang ditambahkan oleh informan Bapak Irwan se “Kendaraan sebagai sarana transportasi bagi jurusita untuk melakukan tugasnya belum ada.” Pelaksanaan penagihan dengan surat paksa tidak luput dari kendala dan hambatan yang dialamai oleh jurusita pajak negara. Pada saat penelitian informan menyebutkan pada saat melakukan penyampaian surat teguran ini, banyak menemui kendala, seperti Wajib Pajak yang sudah pindah dari alamat yang dicantumkannya di SPT, atau kadang menemui alamat yang fiktif, yang berarti Wajib Pajak itu memberikan alamat yang palsu. Sehingga penyampaian surat teguran tidak bisa dilakukan seratus persen, surat yang diberitahukan kepada wajib pajak, ada beberapa yang kembali kekantor karena masalah alamat yang palsu tersebut. Pemberitahuan surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh jurusita kepada penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat lain. Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita paja kepada pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, pemilik modal, baik di tempat keduduka badan yang bersangkutan atau pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila juru sita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang dari yang disebutkan disebutkan sebelumnya.

4.2.3 Pencairan Tunggakan Dengan Surat Sita