SPT, atau kadang menemui alamat yang fiktif, yang berarti Wajib Pajak itu memberikan alamat yang palsu. Sehingga penyampaian surat teguran tidak bisa
dilakukan seratus persen, surat yang diberitahukan kepada wajib pajak, ada beberapa yang kembali kekantor karena masalah alamat yang palsu tersebut.
Pemberitahuan surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh jurusita kepada penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat lain. Surat
paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita paja kepada pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, pemilik modal, baik di tempat keduduka badan yang
bersangkutan atau pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila juru sita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang dari yang
disebutkan disebutkan sebelumnya.
4.2.3 Pencairan Tunggakan Dengan Surat Sita
Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu 2x24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang wajib pajak, dengan di bebankan
biaya pelaksanaan sita sebesar Rp100.000,- seratus ribu rupiah Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksankan Penyitaan jika Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajak.
Peneliti juga menanyakan kepada informan apa tujuan dari penyitaan ini, yang kemudian dijawab informan bahwa tujuan dari penyitaan yaitu memperoleh
jaminan pelunasan utang pajak dari penanggung. selanjutnya peneliti bertanya perihal apakah pelaksanaan kegiatan penyitaan berperan banyak dalam pencairan
tunggakan wajib pajak, informan bapak irwan menjawab, “Semua kegiatan yang dilakukan tentunya untuk mengurangi jumlah tunggakan”, jawaban ini juga senada
dengan jawaban informan lain seperti bapak yogi yang menjawab, “Tujuannya ya tentu untuk mencairkan tunggakan. Tapi mungkin penyitaan lebih menakuti wajib
pajak, sehingga banyak yang membayar hutang pajaknya karena takut barang- barangnya diambil”. Pernyataan tersebut juga di dukung oleh hasil data sekunder
yang peneliti peroleh selama melakukan penelitian, seperti pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Penerbitan dan Pencairan Tunggakan dengan Surat Sita KPP Pratama Lubuk Pakam 2012 - 2014
Surat Sita Tahun 2012
Tahun 2013 Tahun 2014
Lembar Nominal
Rp Lembar
Nominal Rp
Lembar Nominal Rp
Jumlah Terbit
3 20.077.603
- -
25 36.891.409.519
Jumlah Dibayar
3 20.077.063
- -
9 1.498,432.988
Persentase 100,00 100,00
- -
36,00 4,06
Sumber:Seksi Penagihan KPP Pratama Lubuk Pakam,2015 Dari tabel diatas dapat dilihat dari banyaknya jumlah surat sita yang
diterbitkan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam pada tahun 2012 yaitu 3 lembar surat sita dengan nominal tunggakan pada tahun 2012 sebesar Rp.20.077.603, dan
pencairan tunggakan yang dilakukan pada tahun berjalan sebanyak 3 lembar surat sita dengan nominal Rp.20.077.063, pada tahun 2013 tidak ada surat sita yang
diterbitkan pada tahun 2014 surat sita yang di terbitkan sebanyak 25 lembar dengan jumlah nominal tunggakan sebesar Rp.36.891.409.519, dan pencairan tunggakan
yang dilakukan pada tahun berjalan sebanyak 9 lembar surat sita dengan nominal Rp. 1.498,432.988.
Informan mengatakan dalam melaksanakan penyitaan jurusita pajak harus memperlihatkan kartu tanda pengenal jurusita pajak dan surat perintah melakukan
penyitaan, serta membertitahukan maksud dan tujuan penyitaan. Jawaban tersebut diberikan ketika peneliti bertanya kepada informan apa saja yang di harus lakukan
oleh jurusita pajak saat melakukan penyitaan,
Kemudian peneliti bertanya mengenai barang – barang atau objek penyitaan.
Dari informan peneliti mengetahui bahwa objek sita dapat barang bergerak atau pun barang tidak bergerak dan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita
diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak 4.2.4 Pencairan Tunggakan Dengan Lelang
Apabila utang pajak danatau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakannnya penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara
lelang terhadap barang yang disita. Pengecualian penjualan lelang dilakukan terhadap objek sita berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan barang sitaan mudah rusak atau busuk.
Pada saat penulis melakukan penelitian di KPP Pratama Lubuk Pakam, penulis tidak memperoleh data sekunder mengenai kegiatan lelang. Hal tersebut di
karenakan tidak adanya kegiatan lelang yang dilakukan KPP Pratama Lubuk Pakam pada tahun 2012 – 2014. Informan mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena
KPP Pratama Lubuk Pakam tidak pernah melakukan kegiatan lelang. Kegiatan
lelang pernah akan dilakukan namun tidak terealisasi disebabkan karna penanggung pajak memiliki itikad melakukan pencairan atas utang pajaknya, baik dengan cara di
cicil ataupun dilunasi. Sehingga barang yang telah disita belum sampai pada tahap lelang.
Peneliti juga menanyakan apakah ada strategi dari jurusita pajak negara KPP Pratama Lubuk Pakam untuk meningkatkan kinerja mereka dalam melakukan
pencairan tunggakan yang dilakukan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Bismar selaku Jurusita Pajak KPP Pratama Lubuk Pakam menjawab,
”Untuk mengetahui apakah Wajib Pajak sudah membayar atau belum, biasanya saya melakukan konfirmasi pencairan tunggakan. Yaitu dengan cara mengirimkan
surat kepada penunggak pajak, atau mendatangi langsung Wajib Pajak yang menunggak. Biasanya cara ini efektif untuk meningkatkan pencairan.”
Selain melakukan konfirmasi pencairan tunggakan pajak, jurusita pajak juga selalu melakukan atau memberikan himbauan kepada Wajib Pajak untuk segera
membayar utang pajaknya. Jurusita disini memberikan himbauan baik secara lisan maupun tertulis kepada Wajib Pajak untuk melunasi tunggakan pajak meskipun
belum sampai jatuh tempo pelunasan. Himbauan ini dilakukan bertujuan untuk mengingatkan Wajib Pajak terhadap utang pajaknya. Agar Wajib Pajak tersebut
tidak menerima sangsi administrasi yaitu berupa denda atau bunga penagihan. Seperti Informan Bapak Irwansyah mengatakan, “Jurusita dalam melaksanakan
tindakan penagihan biasanya sering memberikan himbauan kepada Wajib Pajak yang menunggak, baik secara lisan maupun tertulis walaupun belum sampai jatuh
tempo pelunasan, ini bertujuan agar penunggak tersebut tidak menerima sangsi administrasi. Kami kasihan terhadap Wajib Pajak yang memiliki utang pajak yang
cukup tinggi, apalagi kalau harus ditambah dengan denda atau bunga penagihan, makanya jurusita di KPP ini sering sekali melakukan himbauan kepada penunggak
pajak.” Selain dua strategi tersebut strategi lainnya yang dilakukan seperti membangun kerjasama dengan instansi lain.
BAB V ANALISIS DATA
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif yaitu setiap data-data dan fakta yang diteliti dilapangan, lalu dideskriptifkan atau
digambarkan sebagaimana adanya dan diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional. Hal tersebut penting dilakukan agar dapat ditarik kesimpulan atas penelitian
yang telah dilakukan. Didalam BAB ini, penulis menganalisis data, yaitu penyusunan data secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori, lalu
menjabarkan dan menyusunnya ke dalam unit-unit sehingga dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.
5.1 Analisis Evaluasi Pelaksananaan Pencairan Tunggakan Oleh Jurusita