12
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakam salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal bagi investor. Investor dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau
peningkatan nilai investasi Husnan, 1998. Investasi dianggap mempunyai tingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif investasi lain,
sperti obligasi, deposito dan tabungan. Investasi di pasar modal yang semakin transparan dan semakin mudah diakses via dunia maya mulai menarik minat para
investor Indonesia berinvestasi dan mencoba meraup keuntungan melalui pasar modal.
Setiap investor di pasar modal sangat membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat penting untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi dan pengembalian keputusan investasi di pasar modal. Investor dapat memanfaatkan pasar modal
sebagai sarana untuk menyalurkan dana yang menganggur atau berinvestasi guna memperoleh keuntungan atau return yang didapat berupa peningkatan modal
capital gain dan laba hasil usaha yang dibagikan dividen untuk investasi di pasar saham, serta bunga coupon untuk investasi di bapasr obligasi. Saham
perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong beresiko tinggi,
Universitas Sumatera Utara
13
karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan – perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun dalam negeri. Perubahan tersebut
dapat berdampak positif maupun negatif terhadap nilai saham tersebut yang berada di pasar saham.
Kurs US dolar dan tingkat suku bunga BI rate sebagai ukuran tingkat pengembalian yang dapat diberikan di pasar valuta asing dan pasar uang yang
naik secara bersamaan, menyebabkan permintaan investasi di pasar uang dan pasar valas dapat naik secara bersamaan. Sehingga, hal ini dapat berdampak
sangat besar bagi penuruana permintaan di pasar saham. Krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia, berimbas terhadap perekoniman nasional dan
sangat berdampak terhadap pasar keuangan terutama pasar saham. Krisis ekonomi global pada triwulan IV tahun 2008 ditandai dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi global sebagai dampak dari peningkatan harga komoditas dunia, terutama harga minyak dunia dan pangan, diperparah dengan krisis keuangan
hebat yang melanda Amerika Serikat mengakibatkan luluhnya industri keuangan global Hendri 2009.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham yakni faktor perubahan kondisi perekonomian. Terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi
dunia disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis ekonomi global juga menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi di beberapa negara termasuk
indonesia yang diikuti dengan kenaikan suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Tekanan inflasi telah meningkatkan pengeluaran untuk
memproduksi barang dan jasa rata-rata per bulan mengalami peningkatan
Universitas Sumatera Utara
14
sebanyak 2,02 persen menjadi 17,12 persen pada tahun 2007, kemudian meningkat lagi menjadi 17,12 persen pada tahun 2008. Tekanan inflasi juga
meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar US Putong 2003. Nilai rata – rata kurs US dolar per bulannya meningkat sebanyak 6,94 persen Bank Indonesia
2011. Naiknya kurs US dolar ini, kemudian diikuti pula oleh naiknya tingkat suku bunga BI rate sebanyak 0,07 persen menjadi 8,67 persen pada tahun 2008
Bank Indonesi 2011. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam
perekonomian nasional dimana lebih dari 40 persen masyarakat indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sektor ini juga menjadi sektor primer banyak sektor, karena tidak sedikit hasil yang diproduksi oleh sektor pertanian juga diperlukan sektor lain.
Pembangunan sektor pertanian merupakan hal yang penting dalam meningkatkan pembangunan nasional saat ini. Hingga kini pertanian telah
menunjukkan hasil positif. Hal tersebut tercermin dengan adanya peningkatan volume produksi, peningkatan permintaan atas komoditas pertanian dan
peningkatan devisa negara dari hasil-hasil pertanian. Kebijakan pemerintah dengan menjadikan pertanian sebagai leading sector adalah tepat dalam upaya
meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai pada pembangunan sebelumnya. Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan bagian dari pertanian, yang pada
dasarnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Pertumbuhan pada sub sektor perkebunan terus diarahkan pada peningkatan ekspor komoditi
perkebunan sekaligus sumber devisa negara Hasan, 2002.
Universitas Sumatera Utara
15
Departemen Pertanian 2006 menunjukkan, hingga saat ini salah satu komoditas perkebunan yang memperlihatkan peranan dalam meningktkan nilai
ekspor yang cukup memuaskan adalah kelapa sawit. Perkembangan agribisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai
kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki
nilai tinggi dan isndustrinya termasuk pada karya. Harga Crude Palm Oil CPO yang positif selama beberapa tahun ke depan menjadi sebuah prospek
pengembangan perusahaan yang baik bagi kinerja perusahaan ke depan. Prospek dari sektor tersebut diharapkan tetap menguntungkan karena positifnya trend
harga dan permintaan yang berlaku. Pada tahun 2007 realisasi harga Crude Palm Oil CPO stabil pada US 750 per ton, sedangkan tahun sebelumnya hanya
mencapai US 505 per ton. Namun, sifat dasar komoditi bisnis kelapa sawit telah dikenali adanya volatilitas harga yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan
marjin dan arus kas sepanjang waktu. PT Astra Agro Lestari Tbk AALI, PT London Sumatera Tbk LSIP, PT
Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP, PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA dan PT Sampoerna Agro Tbk SGRO merupakan perusahaan besar yang
bergerak di bidang perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit dan penghasil CPO. Kelima perusahaan go public ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi
investorr saham. Kinerja kelima perusahaan ini di pasar saham dan keiatan umum lainnya mendorong sentimen positif maupun sensitif negatif dari investor terhadap
saham ini.
Universitas Sumatera Utara
16
Dimana dapat terlihat dari tabel 1.1 yang menunjukkan jumlah frekuensi perdagangan saham di BEI Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1 . Daftar Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di BEI beserta Frekuensi
Perdagangan Saham Periode Januari 2007 – Juli 2012
Sumber : Data Statistik BEI Perubahan yang terjadi pada harga harga saham kelima perusahaan ini
merupakan dasar yang paling penting untuk mempelajari perilaku investor dalam melakukan dan membuat keputusan investasi di pasar saham sektor pertanian.
Perubahan harga saham yang terjadi pada kelima perusahaan ini akan berpengaruh pula pada besar kecilnya potensi keuntungan dan potensi kerugian yang mungkin
akan terjadi pada investor jika investor tidak mengatahui faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham ini. Perubahan harga saham dalam
Nama Perusahaan Terdaftar Di
BEI Kode Saham Rata2 Frek Saham
Bln Rp PT Astra Agro Lestari Tbk
9 Des 1997 AALI
13.656,43 PT PP London Sumatera Tbk
5 Juli 1996 LSIP
12.705,43 PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk 6 Mar 1990
UNSP 26.600,29
PT Tunas Baru Lampung Tbk 14 Feb 2000
TBLA 8.493,14
PT Gozco Plantation Tbk 25 Mei 2008
GZCO 7.589,57
PT Smart Tbk 20 Nov 1992
SMAR 161,57
PT Sampoerna Agro Tbk 18 Juni 2007
SGRO 10.216,8
PT Bumi Teknoultra Tbk 14 Mei 2004
BTEK 1.954
Universitas Sumatera Utara
17
merespon perubahan kondisi perekonomian yang terjadi berbeda- beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain meskipun perusahaan tersebut bergerak dalam
industri yang sama. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini menganalisis
pengaruh nilai tukar rupiah, suku bunga dan inflasi yang tercermin oleh pertumbuhan GDP terhadap indeks harga saham sektoral dengan mengambil
kasus perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007 – 2012 dengan mengambil lima perusahaan perkebunan yang dijadikan sampel penelitian
yaitu : PT Astra Agro Lestari Tbk AALI, PT London Sumatera Tbk LSIP, PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP, PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA
dan PT Sampoerna Agro Tbk SGRO. Seperti sudah dipaparkan diatas, alasan pengambilan indeks saham sektor perkebunan karena sektor perkebunan
merupakan salah satu sektor yang volatilitasnya tinggi. Alasan lainnya adalah karena perkebunan merupakan sektor yang sangat dipengaruhi oleh kondisi makro
ekonomi seperti kenaikan suku bunga kredit dan inflasi. Sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi para investor yang ingin
berinvestasi pada saham perusahaan-perusahaan agribisnis khususnya perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Dan penetian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, Tingkat Suku Bunga, dan
Tingkat Inflasi terhadap Harga Saham Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2007 – 2012”.
Universitas Sumatera Utara
18
1.2. Perumusan Masalah