Budaya Jawa Keluarga Jawa

timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Sehingga dapat dikatakan bagaimanakah pribadi-pribadi orang dewasa merupakan pengaruh dan pendidikan dari orang tua dalam keluarga. Pada tahun-tahun pertama anak, sebelum mereka memahami sesuatu dengan cara yang koheren, faktor psikologis anak sudah siap untuk menerima nilai-nilai dari orang tua Geertz, 1961 Dalam Al Quran pun banyak ayat yang menjelaskan kewajiban orang tua dalam mendidik anak, seperti pendidikan kepribadian Luqman: 12-19. Dari kutipan ayat tersebut sudah jelas bahwa keluarga bertujuan untuk mendidik anak dan orang tua wajib mengusahakanya.

2. Budaya Jawa

Kebudayaan dalam ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar Kodiran dalam Koentjaraningrat, 1985. Kebudayaan menurut Kuntowijaya 2003 berasal dari kata Buddayah yang berarti budi atau akal. Sehingga budaya merupakan hasil dari akal atau pemikiran dan berpijak pada daya budi yang bersifat cipta, rasa dan karsa. Sehingga budaya dapat disimpulkan sebagai keseluruhan sistem yang merupakan hasil pemikiran dan karya manusia yang bersifat cipta, rasa dan karsa. Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat 1979 adalah a Bahasa, b Sistem, c pengetahuan, d Organisasi sosial, e Sistem peralatan hidup dan teknologi, f Sistem religi, g Kesenian. Dalam sebuah kebudayaan terdapat nilai-nilai budaya yang sifatnya paling abstrak. Nilai-nilai budaya menurut Koentjaraningrat 1986 adalah konsep- konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat, sesuatu mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat. Perincian kongkret nilai-nilai budaya ditemukan dalam norma-norma yang berfungsi sebagai pengatur dan pendorong kelakuan manusia. Magnis dalam Jatman, 2000 menyatakan bahwa yang dimaksud orang Jawa sesungguhnya adalah suatu konstruksi teoritis, dan tidak menunjukkan kepada kelompok orang perorangan konkret tertentu. Dari hasil kajian pustaka penulis menyimpulkan dalam budaya Jawa norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, hanya bersifat kiasan-kiasan seperti sanepa, bebasan, saloka dan belum dirumuskan dalam suatu peraturan khusus, seperti : 1 “Aja dumeh” Jangan merasa dirinya lebih 2 “Mulat sarira, hangrasa wani” Jadilah pribadi yang selalu mawas diri dan instropeksi diri 3 “Mikul duwur, mendem jero” Jadilah anak yang menghargai dan menghormati serta menyimpan rahasia keluarga. 4 “Ajining diri saka obahing lathi” Harga diri seseorang tergantung dari ucapanya 5 “Anak polah bapak kepradah” Setiap perilaku anak adalah tanggung jawab orang tua Kiasan-kiasan diatas juga dapat terdapat dalam kehidupan keluarga Jawa. Sebagai contoh ”mikul duwur mendem jero” bermaksud agar anak lebih menghargai dan menghormati orang tua serta menyimpan rahasia orang tua bahkan sampai orang tua meninggal. Lalu kiasan “anak polah bapak kepradah” yang bermakna agar anak berhati-hati dalam berperilaku, karena ketika anak berbuat salah maka orang tua yang harus bertanggung jawab. Selain kiasan-kiasan, budaya jawa juga memiliki unggah-ungguh atau tata krama, seperti berbicara lembut kepada yang lebih tua, makan tidak boleh sampai berbunyi mulutnya, makan tidak boleh tergesa-gesa, dan lain-lain. Lalu dalam budaya Jawa juga mengenal bibit, bebet, bobot yaitu bibit yang berarti asal keturunan seseorang, bebet adalah lingkungan tempat tinggal seseorang, bobot adalah “harga” dari seseorang. Artinya, sejauhmana prestasi kerja yang diperoleh, sejauhmana kedudukan didalam masyarakat Pratisti, 2008. Hal ini ditujukan khususnya ketika seorang anak akan menikah dan memilih calon pendamping hidup. Nilai budaya daerah tentu saja bersifat partikulastik, artinya khas berlaku umum dalam wilayah budaya suku bangsa tertentu. Sejak kecil “individu-individu telah diresapi oleh nilai-nilai budaya masyarakatnya. Sehingga konsepsi-konsepsi itu telah berakar dalam mentalitas mereka dan sukar untuk digantikan oleh nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat” Koentjaraningrat dalam Suhardi, tt, diantara nilai-nilai tersebut adalah :

1. Nilai Hormat