125
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Lingkungan Hidup Manusia Bugis Berdasarkan Naskah Meong Mpaloe, Disertasi Manyambeang 1997, “Lontaraqna Tuanta Salamaka ri Gowa Suatu Analisis
rintisan Filolingistik”, disertasi Mattulada. 1985. Latoa Satu Lukisan Analitis
terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, disertasi Rahman Rahim, 1985. Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis dan beberapa jurnal di antaranya jurnal
Bingkisan Bunga Rampai Budaya Sulawesi Selatan, serta jurnal yang relevan lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah meliputi studi kepustakaan, wawancara, dan observasi, serta studi dokumentasi yang
berhubungan dengan materi penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumenpernaskahan, kajian
pustaka, dan dokumentasi, wawancara mendalam in depth interview, observasi partisipasi, yang dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2012, pada masyarakat Bugis
makassar dan beberapa sekolah yang tersebar di kota Makassar. Untuk menjamin keabsahan data yang ditemukan, maka peneliti melakukan triangulasi sehingga
didapatkan gambaran yang obyektif tentang nilai-nilai pedagogik yang terkandung dalam naskah lontaraq pappasêng.
Langkah wawancara serta melakukan diskusi secara mendalam in depth interview dengan informan di lapangan pada bulan September 2012-Maret 2013
untuk mendapatkan informasi dan gambaran tentang pewarisan nilai-nilai kultural Bugis Makassar yang terkandung dalam naskah lontaraq. Adapun untuk
melakukan pengintegrasianpenginternalisasian nilai-nilai pedagogik naskah lontaraq dalam pembelajaran IPS di sekolah, maka peneliti melakukan analisis
terhadap kurikulum yang berlaku saat penelitian berlangsung, dan kurikulum 2013, menyiapkan berbagai pertanyaan untuk melakukan wawancara serta
observasi guna menggali nilai-nilai pedagogik dalam naskah lontaraq pappasêng yang masih “hidup” terdapat pada generasi muda Bugis Makassar. Hasil kajian
126
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
etnopedagogi ini nantinya dapat diimplementasikan dalam kurikulum lokal dan diintegrasikan dalam pembelajaran IPS di sekolah.
a.
Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti memulai dengan studi pustaka, yakni menelusuri berbagai sumber kepustakaan untuk menemukan bahan dan data yang
berkaitan dan membahas nilai-nilai pedagogi yang terdapat dalam naskah lontaraq khususnya lontaraq pappasêng Bugispappasang Makassar.
Pada studi pustaka, peneliti juga mengkaji beberapa hasil riset yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, yang membahas nilai-nilai kearifan lokal
dan dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran IPS di SMP. Selain itu, peneliti juga memperhatikan hasil riset, saran, dan rekomendasi dari hasil
penelitian, baik yang berupa tesis maupun dalam bentuk disertasi serta hasil penelitian relevan lainnya.
b.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer sebagai pengajupemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai interviewer sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu Basrowi Suwandi, 2008: 127. Dalam penelitian kualitatif berusaha mengetahui
bagaimana responden memandang dunia dari segi perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya. Informasi demikian disebut informasi “emik”. Selain keterangan
“emik”, peneliti juga ingin mengetahui hal-hal tertentu yang dirasa penting
menurut pertimbangannya sendiri. Untuk memperoleh keterangan itu ia mengajukan sejumlah pertanyaan dalam bentuk wawancara. Data yang
diperolehnya akan bersifat “etik”, yakni ditinjau dari pandangan peneliti Nasution, 1992: 71.
Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian penelitian terutama pada
keterlibatannya dalam kehidupan informan. Wawancara dalam penelitian kualitatif merupakan wawancara yang sifatnya mendalam. Stainback 1988
127
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
mengemukakan bahwa, interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon
than can be gained through observation alone. Jadi, dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan melalui observasi Satori Komariah, 2009: 130.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan interview lihat lampiran untuk mengetahui proses pewarisan nilai-nilai pedagogi dalam naskah lontaraq
pappasêngpappasang. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat, serta para akademisi dan budayawan
Bugis Makassar. Selain itu peneliti juga mengeksplorasi dari para informan tentang urgensi penanaman kembali nilai-nilai kearifan lokal yang berupa nasihat-
nasihatpetuah-petuah yang bersifat pedagogi bagi generasi muda Bugis Makassar Peneliti melakukan interview pada akademisi dan budayawan untuk
mengetahui segala hal yang berkaitan mengenai keberlangsungan proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini,
relevansi nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang untuk diajarkan kepada siswa di sekolah, keunggulan yang terdapat dalam lontaraq
pappasêngpappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang yang
diajarkan kepada siswa, dukungan kepada guru untuk menerapkan nilai-nilai dalam
lontaraq pappasêngpappasang
khususnya guru
IPS, cara
mengintegrasikan nilai-nilai pedagogik dalam naskah lontaraq pappasêng pappasang pada bahan ajar pendidikan IPS di sekolah
Interview yang ditujukan pada kepala sekolah SMP yang diteliti adalah untuk mengetahui visi, misi dan tujuan sekolah, penerapan kurikulum KTSP, visi
dan misi sekolah mengakomodir kearifan lokal budaya setempat, pembelajaran mata IPS terdapat ruang bagi nilai-nilai kearifan lokal yang ditanamkan kepada
siswa, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, pemahaman tentang lontaraq pappasêngpappasang dalam budaya
Bugis-Makassar, nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang
128
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
masih relevan untuk ditanamkan kepada siswa di sekolah, relevansi keunggulan yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang sebagai bahan kajian atau
bahan ajar dalam pendidikan IPS, nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang yang diajarkan kepada siswa, dukungan kepada guru untuk
menerapkan nilai-nilai dalam lontaraq pappasêngpappasang khususnya guru IPS. Adapun interview pada guru untuk mengetahui bidang studi yang ajarkan
telah disesuaikan dengan kurikulum KTSP, pemahaman kurikulum KTSP, pelaksanaan kurikulum KTSP di sekolah sudah sesuai dengan juklak dan juknis
yang ada, nilai-nilai moral yang terkandung dalam SK dan KD pada bidang studi. penanaman nilai-nilai tersebut kepada peserta didik, nilai-nilai tersebut sesuai
dengan budaya Bugis Makassar, nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang diketahui, nilai-nilai tersebut terakomodir dalam Standar Isi SK dan KD, pengembangkan
niali-nilai kearifan lokal, istilah lontaraq pappasêngpappasang, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, nilai-nilai yang
terkandung dalam lontaraq pappasêngpappasang masih relevan dengan perkembangan zaman sekarang ini, keunggulan yang terdapat dalam naskah
lontaraq pappasêngpappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, pengajaran dan penanaman nilai-nilai tersebut dalam
pembelajaran yang dilakukan, pengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam bidang studi IPS yang diajarkan, penyebab dekadensi moral yang dialami generasi
muda bangsa Indonesia ini karena semakin jauh dari nilai-nilai moral kultural khususnya yang terdapat dalam kearifan lokal budaya setempat.
Interview pada orang tua dilakukan untuk mengetahui alasan menyekolahkan anaknya di sekolah yang dipilih, pengetahuan tentang visi dan
misi sekolah tersebut, harapan terhadap sekolah dalam mendidik anaknya, nilai- nilai moral yang ditanamkan disekolah, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis
Makassar kepada generasi muda saat ini, istilah lontaraq pappasêngpappasang yang merupakan budaya Bugis-Makassar, keunggulan yang terdapat dalam
naskah lontaraq pappasêngpappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, tentang lontaraq pappasêngpappasang, sekolah tersebut
mengakomodir kearifan lokal yang terkandung dalam budaya Bugis-Makassar
129
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
seperti lontaraq pappasêngpappasang pengintegrasian lontaraq pappasêng pappasang ke dalam kurikulum standar isi pada bidang studi-bidang studi di
sekolah khususnya bidang studi IPS, kondisi demoralisasi pada generasi muda bangsa ini khususnya di kota Makassar, diakibatkan karena pesan-pesan moral
yang ada dalam kearifan lokal budaya Bugis Makassar tidakkurang dilirik lagi oleh sekolah-sekolah yang ada, peran orang tua, sekolah, dan masyarakat tri
pusat pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang kepada siswa.
Lain halnya pada murid interview dilakukan untuk mengetahui pemilihan sekolah sebagai tempat untuk menimba ilmu, visi dan misi sekolah yang dipilih,
harapan kepada sekolah dan guru dalam mendidik para siswanya, nilai-nilai moral yang ditanamkan guru khususnya guru IPS, nilai-nilai apa saja yang diketahuinya,
pengetahuan bahwa nilai-nilai tersebut diambil dari kearifan lokal budaya Bugis Makassar, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi
muda saat ini, istilah lontaraq pappasêngpappasang dalam budaya Bugis Makassar, pengetahuan tentang lontaraq pappasêngpappasang, keunggulan yang
terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, dalam pembelajaran IPS diajarkan nilai-nilai
moral yang terkandung dalam lontaraq pappasêngpappasang, pemahaman guru terhadap lontaraq pappasêngpappasang, nilai-nilai lontaraq pappasêng
pappasang diintegrasikan ke dalam bidang studi IPS yang dipelajari, cara guru mengintegrasikan,
mengajarkan, dan
menanamkan nilai-nilai
lontaraq pappasêngpappasang tersebut kepada siswa melalui Pendidikan IPS,
pendapatnya tentang lontaraq pappasêngpappasang. c.
Observasi
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation observasi berperan serta dan non
participant observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstuktur
Baswori Suwandi, 2008: 106.
130
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan participant observation. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan
ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana
dari setiap perilaku yang tampak Sugiyono, 2009: 310. Observasi partisipan memiliki kelebihan terutama keterpercayaan data dan
kelengkapannya karena dikumpulkan dari lingkungannya yang alami, demikian pula observasi partisipan memberikan kesempatan yang luas bagi peneliti sebagai
anggota dalam masyarakat tersebut untuk mengamati aspek-aspek perilaku yang tersembunyitertutup dan dapat memahami perilaku individu-individunya dalam
bentuk yang lebih mendalam dan dapat membaca makna-makna yang terlukis dari wajah-wajah individualnya dan dapat mendiskusikan topik-topik yang dirasakan
tidak mungkin dilakukan oleh peneliti yang asing dari masyarakat yang dijauhinya Emzir, 2010: 39-40.
Dalam memahami perilaku generasi muda Bugis Makassar yang merupakan objek dalam studi ini, peneliti tinggal menetap dan berada dalam
lingkungan masyarakat Bugis Makassar, sehingga peneliti dapat mengkaji, mencermati, serta menganalisa dengan saksama segala aktifitas serta berbagai
perilaku dari objek yang diteliti. Dalam melakukan observasi di sekolah, peneliti melakukan tiga tahap,
tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal pemahaman para guru, khususnya guru yang mengajarkan IPS di SMP. Peneliti mendapatkan
informasi globalumum tentang wawasan para guru IPS di SMP yang diobservasi. Dari observasi awal tersebut diketahui bahwa masih banyak guru yang belum
memahami tentang adanya ruang dalam muatan lokal untuk pengajaran nilai-nilai dalam kearifan lokal. Observasi tahap kedua, peneliti mencari tahu penyebab dan
kendala-kendala utama para guru, sehingga tidak memanfaatkan ruang dalam muatan lokal untuk pengajaran nilai-nilai luhur Bugis Makassar yang terdapat
dalam lontaraq pappasêngpappasang tersebut. Pada observasi tahap yang ketiga,
131
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
peneliti melakukan indepth interview wawancara yang mendalam terhadap para guru, siswa, dan kepala sekolah. Dari hasil interview tersebut peneliti
mendapatkan data yang komprehensif yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Peneliti juga melakukan observasi langsung pada masyarakat Bugis Makassar dengan cara mengamati dan menginterview dua potret keluarga, yakni
diwakili oleh satu keluarga Bugis dan satu keluarga Makassar. Untuk lebih memperkaya pemahaman dan pengetahuan tentang pewarisan nilai, peneliti juga
mengamati pada keluarga Bugis dan Makassar lainnya. Hal ini ditujukan untuk melihat sejauh mana nilai-nilai pappasêngpappasang ini masih diterapkan pada
keluarga Bugis Makassar saat ini atau nilai-nilai tersebut telah ditinggalkan sama sekali.
d.
Studi Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang berasal dari bahasa Latin, yaitu docore, yang berarti mengajar. Dalam bahasa Inggris disebut document yaitu
“something written or printed, to be used as a record or evidence”, atau sesuatu tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti Satori
Komariah, 2009: 146. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan life
histories, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Mengenai studi dokumen ini, Bogdan Sugiyono, 2009: 329 menyatakan, “in most traditions of qualitative research, the phrase personal document is used
broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which sescribes his or he
r own actions, experience and belief”. Dokumen ini digunakan dalam hubungannya dengan atau mendukung wawancara dan observasi berperan
serta. Dalam studi ini, peneliti menggunakan data dokumen yakni berupa foto-foto naskah lontaraq, baik yang ditulis dalam daun lontar asli maupun yang ditulis di
132
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
atas kertas. Berbagai foto naskah dan dokumen lontaraq, peneliti dapatkan pada Laboratorium Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Unhas Makassar dan kantor
ARSIP Daerah Sulawesi Selatan. Adapun foto situsartefak, peneliti dapatkan dengan memotret langsung di lapanganlokasi penelitian.
Selain itu, peneliti juga melakukan studi dokumen terhadap kurikulum pembelajaran IPS di tingkat SMP, buku teks yang dipakai, serta berbagai
perangkat pembelajaran untuk menentukan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD yang dipilih untuk mengintergrasikan nilai-nilai
pedagogik dalam naskah lontaraq terhadap pembelajaran IPS di sekolah. Peneliti juga membandingkan dan menganalisis dokumen kurikulum 2013 yang akan dan
sementara berlangsungditerapkan di sekolah.
E. Pemeriksaan dan Uji Kredibilitas Data