Identifikasi dan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Lokasi Penelitian

Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kompetensi Inti KI Pelajaran IPS SMP Kelas VII dalam Kurikulum 2013 KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya KI 3 Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahauan, teknologi, seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah kongkrit menggunakan, mengurai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori. Berbagai nilai dalam lontaraq pappasêngpappasang yang kaya akan nilai- nilai pedagogik dapat memberikan kontribusi guna pengembangan input dalam penguatan nilai lokal perangkat pembelajaran IPS di sekolah. Hal ini memberikan peluang proses pembelajaran yang bercirikan etnopedagogi berupa nilai-nilai kearifan lokal yang dapat diterapkan pada sekolah-sekolah SMP yang ada di Sulawesi Selatan. Akibat dari input yang memuat nilai-nilai lokal yang diimplementasikan pada pembelajaran yang bercirikan etnopedagogi dapat menghasilkan output berupa rancangan perangkat pembelajaran yang memiliki muatan etnopedagogi dalam bahan ajar IPS di SMP. Atas dasar pertimbangan di atas, penulis memilih topik penelitian Studi Penelusuran Nilai-Nilai Pedagogi pada Naskah Lontaraq sebagai Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan IPS di Sekolah Etnopedagogi Etnik Bugis Makassar.

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis fokus untuk meneliti nilai-nilai pedagogi pada masyarakat Bugis Makassar yang terdapat di dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang sebagai pengembangan bahan ajar IPS di sekolah. Permasalahan yang diketengahkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Nilai-nilai pedagogi apa saja yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang? 2. Apa keunggulan lontaraq pappasêngpappasang, sehingga baik dan tepat untuk dijadikan sebagai kajian etnopedagogi dalam pembelajaran IPS? 3. Bagaimana keberlangsungan pewarisan nilai-nilai dalam lontaraq pappasêngpappasang terhadap generasi muda Bugis Makassar saat ini? 4. Bagaimana mengintegrasikan dan menginterrnalisasikan nilai-nilai pedagogi dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang pada pembelajaran IPS di SMP?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Untuk menemukan dan menganalisis nilai-nilai pedagogik yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang. 2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan keunggulan nilai-nilai pedagogi yang terkandung dalam lontaraq pappasêngpappasang, sehingga baik dan tepat dijadikan sebagai kajian etnopedagogi dalam pembelajaran IPS. 3. Untuk mendeskripsikan proses pewarisan nilai-nilai dalam lontaraq pappasêngpappasang terhadap generasi muda Bugis Makassar saat ini. 4. Untuk menemukan cara-cara yang tepat dalam mengintegrasikan menginternalisasikan nilai-nilai pedagogi pada naskah lontaraq pappasêngpappasang pada pembelajaran IPS di SMP.

4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan : 1. Secara teoretis Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kajian ini dapat memberikan referensi dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial terutama menyangkut nilai-nilai pedagogi masyarakat yang multikultur di seluruh Indonesia. 2. Secara praktis a. Sebagai bahan kajian bagi pengembang kurikulum Pendidikan IPS dalam mengembangkan program pembelajaran IPS yang sumber materinya berasal dari kekayaan nilai budaya Bugis Makassar. b. Sebagai bahan masukan dan rujukan bagi praktisi Pendidikan IPS dalam upaya pencapaian tujuan Pendidikan IPS melalui pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang pada pembelajaran Pendidikan IPS. c. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi ahli Pendidikan IPS dalam mengembangkan paradigma pembelajaran IPS yang sumbernya diangkat dari nilai budaya Bugis Makassar yang terdapat dalam lontaraq pappasêngpappasang. d. Sebagai bahan input bagi komunitas masyarakat Bugis Makassar dalam upaya transformasi nilai tradisi Bugis Makassar melalui proses pendidikan di semua jenjang dan jenis pendidikan yang ada. e. Dapat dijadikan bahan studi bagi penentu kebijakan bidang pendidikan dan pengembangan program pendidikan di tingkat pusat akan urgensi pengintegrasian dan penginternalisasian nilai tradisi masyarakat lokal dalam kurikulum pendidikan, khususnya kurikulum Pendidikan IPS di sekolah-sekolah. f. Dapat memberikan sebuah rekomendasi berupa kerangka konseptual internalisasi nilai-nilai pedagogi masyarakat Bugis Makassar yang terkandung dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang dalam proses pembelajaran guru IPS di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Sistematika Penulisan Disertasi Disertasi ini terdiri atas lima bab. Bab pertama sebagai pengantar, berisi hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang penelitian; identifikasi masalah dan perumusan masalah; tujuan penelitian; dan manfaat penelitian; serta sistematika penulisan. Bab dua berisi uraian etnopedagogi: pendidikan berbasis kearifan lokal; pendidikan dan pewarisan nilai: proses transformasi dan konservatori; pendidikan IPS sebagai pendidikan nilai, yang terbagi atas: tujuan pendidikan IPS, nilai dalam pendidikan IPS, naskah kuno sebagai sumber nilai; hermeneutika dan fenomenologi: dimensi metodis penelusuran makna dan nilai; semiotika dan analisis wacana: upaya memaknai kandungan naskah lontaraq; dan relevansi penelitian sebelumnya. Bab tiga berisi uraian: lokasi dan subyek penelitian; metode penelitian; sumber data penelitian; teknik pengumpulan data yang terdiri dari studi pustaka, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi; pemeriksaan dan keabsahan data; dan teknik analisis data, yang terdiri dari analisis isi dan analisis domain. Adapun bab empat berisi uraian: A deskripsi hasil penelitian: 1 gambaran umum kondisi sosial budaya masyarakat, a wilayah hunian komunitas Bugis Makassar, b bahasa, kesusastraan, dan aksara, c falsafah hidup, d sifat dan karakter, e sistem norma, f sistem kekerabatan, g stratifikasi sosial; 2 pendidikan tradisional; B paparan temuan data: a nilai-nilai pedagogik dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang, b keunggulan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang, c pewarisan nilai dalam masyarakat Bugis Makassar, d pengintegrasian nilai-nilai pappasêngpappasang ke dalam pembelajaran; C pembahasan: a nilai-nilai pedagogik yang dapat dimasukkan dalam muatan lokal IPS di sekolah yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang, b keunggulan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang sebagai kajian etnopedagogi dalam pembelajaran IPS, c pewarisan nilai-nilai dalam tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda, yang terdiri dari uraian: kondisi pewarisan nilai-nilai lontaraq pappasêngpappasang pada masyarakat Bugis Makassar di masa kini dan pewarisan nilai pada keluarga Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bugis Makassar, d internalisasi dan pengintegrasian nilai-nilai luhur lontaraq pappasêngpappasang ke dalam pembelajaran IPS. Bab lima sebagai bab penutup, berisi uraian kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan berisi jawaban atas permasalahan dalam penelitian. Adapun dalam saran-saran ditujukan kepada pemerintah daerah, perguruan tinggi, sekolah, dan peneliti selanjutnya, serta untuk masyarakat umum. Juga berisi dalil-dalil penelitian. Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah Kota Makasar. Makassar adalah sebuah kota besar di wilayah Indonesia bagian Timur yang merupakan sebuah kotamadya dan sekaligus menjadi ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis kota ini terletak antara 119 derajat bujur timur, dan 5,8 derajat lintang selatan atau berada pada bagian barat daya Pulau Sulawesi dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 - 25 m. Kota Makassar berada pada daerah khatulistiwa dan terletak di pesisir pantai Selat Makassar, maka suhu udara berkisar antara 26,5º C - 36º C, curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm, dan jumlah hari hujan rata-rata 108 hari pertahun. Kecepatan angin 4,0 knot. Iklim di kota Makassar hanya mengenal dua musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Gambar 3.1: Peta kota Makassar Musim penghujan berlangsung pada bulan Oktober sampai bulan April yang dipengaruhi muson barat - dalam bahasa Makassar disebut baraq, dan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September yang dipengaruhi 120 Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu angin muson timur – dalam bahasa Makassar disebut timoroq. Pada musim kemarau, daerah Sulawesi Selatan pada umumnya sering muncul angin kencang yang kering dan dingin bertiup dari timur, yang disebut angin barubu fohn. Kota Makassar memiliki wilayah yang berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, dan berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Maros di sebelah timur dan berbatasan dengan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Luas wilayah kota Makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan, 143 kelurahan dan 980 RW serta 4867 RT. Penduduk kota Makassar tahun 2011 tercatat sebanyak 1.352.136 jiwa yang terdiri dari 667.681 laki-laki dan 684.455 perempuan. Tempat peribadatan umat Islam berupa masjid pada 2011 berjumlah 849 buah, gereja protestan 137 dan delapan buah gereja katolik. Tempat ibadah untuk Budha empat buah, Hindu dua buah dan Konghucu lima buah. Pada tahun 20112012, jumlah SD sebanyak 462 unit dengan jumlah guru sebanyak 6.586 orang dan jumlah murid 152.200 orang; jumlah SLTP sebanyak 179 unit dengan jumlah murid sebanyak 61.107 orang dan jumlah SLTA 117 sekolah dengan 4.164 orang guru serta memiliki murid sebanyak 52.046 orang http:ciptakarya.pu.go.id profilprofil timursulselmakassar.pdf. JUMLAH DESAKELURAHAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR Kode Wil Kecamatan Kelurahan RW RT 1 2 2 3 4 010 Mariso 9 47 246 020 Mamajang 13 56 238 030 Tamalate 10 69 369 031 Rappocini 10 37 139 040 Makassar 14 45 169 050 Ujung Pandang 10 57 257 060 Wajo 8 77 464 070 Bontoala 12 50 199 080 Ujung Tanah 12 90 473 090 Tallo 15 108 532 100 Pa’nakukang 11 105 505 101 Manggala 6 66 366 110 Biringkanaya 7 106 566 111 Tamalanrea 6 67 330 7371 MAKASSAR 143 980 4.867 Sumber: Makassar dalam Angka 2012 BPS Kota Makassar, 2012: 13 121 Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kota Makassar merupakan salah satu kota tua yang ada di kepulauan Nusantara, karena selain kota ini telah meninggalkan sejarah panjang juga telah mengalami perkembangan sosial dan budaya silih berganti hingga saat ini Bahrum, 2003: 28. Kini, kota Makassar adalah merupakan sebuah kota metropolitan, berbagai suku bangsa menetap di kota ini, yang terdiri dari empat suku besar, yakni suku Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar. Selain itu juga terdapat orang Jawa yang tidak sedikit, orang Ambon, Minangkabau, Banjar, Batak, dan suku bangsa lainnya. Bahkan ada pula masyarakat dari keturunan Arab, Pakistan, India, Melayu, Cina, Eropa, dan bangsa asing lainnya. Di antara bangsa pendatang, komunitas keturunan CinaTionghoa yang jumlahnya cukup besar Bahrum, 2003: 35.

2. Subyek Penelitian