BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Lahirnya Kota Medan
Sejarah kota Medan berawal dari dibukanya perkampungan Medan oleh Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka dari itu sejak zaman penjajahan
masyarakat selalu menyatukan kata Medan dengan Deli Medan-Deli. Setelah zaman kemerdekaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur mulai hilang sehingga tidak
didengar lagi diantara masyarakat Medan. Pada zaman dahulu masyarakat memberi nama Medan dengan Tanah Deli
dimulai dari Sungai Ular Deli Serdang sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya
tidak mencakup wilayah diantara kedua sungai tersebut. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan
dimana-mana terutama di muara-muara sungai banyak pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan Semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-
orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi “primadona” di Tanah Deli. Sejak saat itu perekonomian terus berkembang sehingga
Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara. Pada awal perkembangannya kota Medan merupakan sebuah kampung kecil
bernama “Medan Putri”. Perkembangan Kampung ‘Medan Putri’ tidak terlepas dari posisisnya yang strategis karena terletak dari pertemuan sungai Deli dan Sungai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan
demikian kampung “Medan Putri” merupakan cikal bakal dari Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.
Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke kampung ini dan istri Guru Patimpus yang mendirikan Kota Medan melahirkan anaknya yang pertama
seorang laki-laki yang diberi nama si Kolok. Mata pencaharian orang di Kampung Medan yang mereka beri nama dengan si Sepuluh Dua Kuta adalah bertani menanam
lada. Tidak lama kemudian lahir anak kedua Guru Patimpus yaitu seorang anak laki- laki yang diberi nama si Kecik.
Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terukti dengan menyuruh anaknya berguru menuntut ilmu kepada
Datuk Kota Bangun dan memperdalam tentang agama Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan adanya Kampung Medan adalah keterangan H.
Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini
merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat di pertemuan antara dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura.
Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan
rumah Administrateur adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasawarsa berdiri Kampung Medan, Sultan
Iskandar Muda yang berkuasa di Kesultanan Aceh mengirim panglimanya yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka
negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung
Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.
Dengan tampilnya Gocah Pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan menikah dengan Putri Datuk Sunggal bergelar “Sri
Indra Baiduzzaman Surbakti”. Setelah terjadinya perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah kepada Gocah Pahlawan.
Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh putranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan
Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20km dari Medan.
Secara historis perkembangan kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan ekspor-impor sejak masa lalu. Sedangkan dijadikannya
Medan sebagai ibukota Deli juga telah menjadikan kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota,
juga sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1998, dari tanggal 1-12 Mei, Medan dilanda kerusuhan besar yang
menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan besar yang yang kemudian terjadi di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sepanjang Indonesia, termasuk Peristiwa Mei 1998 di Jakarta seminggu kemudian. Dalam kerusuhan yang terkait dengan gerakan “Reformasi” ini, terjadi pembakaran,
perusakan, penjarahan, yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan. Saat ini kota Medan telah kembali berseri. Pembangunan sarana dan prasarana
umum gencar dilakukan, meski jumlah jalan-jalan yang rusak dan berlubang masih ada, namun jika dibandingkan dengan dahulu, hal itu sudah sangat menurun. Kendala
klasik yang dihadapi kota modern seperti Medan adalah kemacetan akibat jumlah kendaraan yang semakin meningkat pesat dalam hitungan bulan, tidak mampu diikuti
dengan pembangunan sarana jalan yang baik.
2.Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota, yang saat ini dijabat oleh Drs.H.Rahudman Harahap, M.M. wilayah kota Medan memiliki luas 26.510 ha atau
3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara, dengan demikian dibandingkan dengan kotakabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relative kecil
dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis, kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara,
sehingga relatif dekat dengan kota-kotanegara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barangjasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar, tahun 2007 diperkirakan telah
mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regionalnasional.
a.
Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis dan 3 faktor sosial
ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk
pilihan-pilihan penanaman modal investasi. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali
perkembangan. Pada Tahun 1951, walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130
Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor
66IIIPSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Kota Medan secara geografis
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang
terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor
1402271PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.
Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang
Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang
mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.
Secara administratif , wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur.
Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam SDA, Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota
Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing
Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling
menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,
Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri
ekspor-impor. Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan
pusat Kota Medan saat ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Kota Medan secara demografis