berpikir dan mengingat, kesulitan menelan, infeksi dada, kelumpuhan yang akhirnya dapat menyebabkan kematian dan cacat.
Sekitar 2 dari 10 orang yang mengalami stroke akut akan meninggal dalam satu bulan pertama, 3 dari 10 orang meninggal dalam 1 tahun, 5 dari 10 orang
meninggal dalam 5 tahun, dan 7 dari 10 orang meninggal dalam 10 tahun. Risiko kematian penderita stroke pada tiga hari pertama sekitar 12 Feigin, V, 2006.
Orang yang mengalami perdarahan subaraknoid, risiko kematian dalam dua hari pertama sekitar 35, tetapi setelah itu turun pesat. Risikonya menjadi sekitar
30 pada minggu pertama dan sekitar 10 pada minggu kedua Mulyani, S. dan Besral 2007.
Salah satu penyebab utama kematian setelah perdarahan subaraknoid pertama adalah perdarahan ulang. Risiko meninggal paling tinggi bagi yang
mengalami kehilangan kesadaran pada hari pertama, yang mengalami koma atau mengalami paralisis berat hilangnya sama sekali gerakan di lengan atau tungkai
yang terkena. Risiko ini lebih tinggi pada orang berusia lanjut dibandingkan orang yang berusia muda dan yang mengalami inkontinensia tidak dapat
mengendalikan buang air akibat stroke Lumbantobing, S. 2001. Berdasarkan penelitian Andersen di Denmark tahun 2009, pasien yang
mengalami stroke hemoragik mempunyai persentase kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mengalami stroke iskemik.
Komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian setelah stroke antara lain pembengkakan otak diikuti oleh dislokasi yang menyebabkan tertekannya
pusat-pusat vital di otak yang mengendalikan pernapasan dan denyut jantung, pneumonia aspirasi infeksi dada akibat masuknya cairan atau makanan ke dalam
paru, septikemia akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih, bekuan darah di arteri jantung infark miokardium dan trombosis vena dalam
DVTAndersen, K.K, et al.2009.
3.2.1 Distribusi Kematian Akibat Stroke
Data World Health Organization WHO tahun 2001, penderita stroke diseluruh dunia berjumlah 20,5 juta jiwa dan 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia
dengan Case Fatality Ratio CFR 26,8. Pada tahun 2008, jumlah kematian di dunia sekitar 57 juta jiwa dan 6,15 juta jiwa meninggal akibat stroke dengan
Proporsional Mortality Rate PMR 10,8 yang menduduki peringkat kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik.
Data Centers for Disease Control and Prevention CDC tahun 2003, kematian akibat stroke pada wanita adalah 117 dari 100.000 dan 126 dari 100.000
untuk pria dengan umur diatas 35 tahun. Kematian akibat stroke menjadi peringkat tertinggi kedua di Amerika Serikat. Ras dan etnik dengan tingkat
mortalitas tertinggi adalah ras Asia dengan persentase 45, kemudian disusul ras kulit hitam dan suku Indian-Alaska Amerika dengan persentase 32,4 CDC,
2003. Berdasarkan penelitian Andersen di Denmark tahun 2009, pasien yang
mengalami stroke hemoragik mempunyai persentase kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mengalami stroke iskemik. Namun untuk
jangka waktu panjang, risiko kematian akibat stroke hemoragik dapat sejajar dengan stroke iskemik Andersen, K.K, et al. 2009.
Pada penelitian Wong tahun 2000 di Asia, dari 3670 pasien, CFR untuk stroke iskemik adalah 8,8 dan stroke hemoragik 29,8. Rata-rata kematian
terjadi pada 13 hari setelah terjadinya stroke iskemik dan 7 hari setelah terjadinya stroke hemoragik Wong, K.S. et al.2000.
Menurut penelitian Herman et al.tahun 2003 di Belanda, CFR stroke mencapai 30 dengan proporsi penderita terbanyak adalah perempuan sebesar
54,75 dan laki-laki 45,24 Herman, et al.2003.
3.2.2 Faktor Risiko Kematian pada Pasien Stroke
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah. 1. Usia
Stroke dapat menyerang semua usia, namun usia lanjut lebih berisiko mengalami stroke dan cenderung meninggal atau menimbulkan kecacatan
menetap. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut yaitu di atas 55 tahun Ginanjar, G, 2009. Menurut
penelitian Tarent A. tahun 1987-1990 di salah satu rumah sakit di Swedia, kematian akibat stroke paling banyak terdapat pada usia diatas 85 tahun
dengan proporsi 25 diikuti usia 75-84 tahun dengan proporsi 22 dan usia 15-64 tahun dengan proporsi 22 Tarent A, 2000.
2. Ras atau Etnis Ras kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit
putih. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi garam yang tinggi pada ras kulit hitam. Kejadian stroke di
daerah timur Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah barat Amerika. Hal ini disebabkan tingginya kadar garam pada masyarakat di
daerah Timur Amerika Ginanjar, G, 2009. Menurut Penelitian Grude H.F et al. tahun 2000-2001 di Amerika Serikat dengan desain case control,
kemungkinan orang berkulit hitam meninggal dunia akibat stoke 1,5 kali dibandingkan orang berkulit putih
Grude HF, et al, 2001.
3. Jenis Kelamin Stroke lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita. Namun,
kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan dengan laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang
lebih tua. Hal ini disebabkan karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum menopause dapat melindungi dirinya dari risiko terjadinya
stroke tipe iskemik sebesar 44 Ginanjar, G, 2009. Menurut laporan American Heart Association Subcommitte 2007 menyebutkan bahwa
pada tahun 2004, sekitar 61 kematian akibat stroke di Amerika menyerang wanita. Penelitian Zia E et al.pada tahun 2009 d Swedia
dengan desain case control, pada umur 75 tahun kemungkinan perempuan meninggal dunia akibat stroke 1,7 kali lebih besar
dibandingkan laki-laki Zia, E,et al.2009. b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah
1. Penyakit Jantung Penyakit jantung yang berisiko besar menyebabkan penderita stroke
meninggal antara lain aritmia jantung seperti fibrilasi atrium, infark
miokard, gagal jantung yang terlepas akan mengalir ke otak dan ke bagian tubuh yang lain, dan embolus ini akan menyumbat arteri dan menyebabkan
infark otak Bustan, Mn, 2000 Feigin, V, 2006. Berdasarkan penelitian Mandip S. et al. pada tahun 2007 di Amerika dengan desain kohort,
penderita fibrilasi atrium memiliki risiko 1,7 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan bukan penderita fibrilasi atrium
Mandip S. et al.2007. 2. Hipertensi
Hal ini merupakan faktor risiko stroke karena dapat merusak dinding pembuluh darah dengan memperkeras tekanan arteri dan mendorong
terbentuknya bekuan darah dan aneurisma. Orang yang hipertensi memiliki risiko stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang
yang tidak hipertensi Feigin, V, 2006. 3. Obesitas
Orang yang mengalami obesitas meningkatkan risiko stroke sekitar 15 dengan meningkatkan hipertensi, penyakit jantung, arteriosklerosis dan
diabetes mellitus Feigin, V, 2006. Menurut penelitian Sang Wook et al. di Korea Selatan pada tahun 2002 dengan desain kohort, orang yang
obesitas memiliki indeks massa tubuh ≥27,5 kgm2 memiliki risiko 1,5
kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal yaitu yang memiliki indeks massa
tubuh ≤23,0 Sang Wook, et al.2002.
4. Transcient Ischemic Attack TIA TIA merupakan serangan iskemik sesaat dan tiba-tiba. TIA menyebabkan
kerusakan saraf otak yang disebabkan oleh berkurangnya distribusi oksigen dan dapat menimbulkan komplikasi berat Feigin, V, 2006.
Berdasarkan penelitian Putala, J, et al. pada tahun 2009 di Amerika dengan desain kohort, orang yang pernah mengalami serangan iskemik sesaat
memiliki risiko 1,6 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan orang yang tidak pernah Putala, J, et al.2009.
5. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus menimbulkan perubahan pada sistem vaskular
pembuluh darah dan jantung. Diabetes mellitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar sehingga risiko penderita
stroke meninggal lebih besar Feigin, V, 2006. Pada penelitian Marini C et al.tahun 2005 di Amerika dengan desain case control, kemungkinan
orang yang menderita diabetes melitus meninggal dunia akibat stroke 1,4 kali dibandingkan bukan penderita diabetes mellitus Marini, C, et
al.2005. 6. Alkohol
Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan spasme arteri. Semakin banyak
mengkonsumsi alkohol akan semakin meningkatkan kemungkinan terkena stroke, terutama stroke hemoragik yang paling banyak menyebabkan
kematian Feigin, V, 2006. Menurut penelitian Tang J et al.tahun 2008 di Amerika dengan desain kohort, orang yang banyak mengkonsumsi alkohol
memiliki risiko 1,5 untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan bukan peminum alkohol Tang, J,et al.2008.
7. Hiperkolesterol Kolesterol yang melekat di dinding arteri ikut berperan membentuk plak
arteri, menyebabkan arteriosklerosis pengerasan arteri. Kolesterol juga menimbulkan akumulasi penambahan lemak dalam darah. Hal ini
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang memperberat kerja jantung dalam memompa darah untuk sirkulasi darah di tubuh, termasuk
otak. Hal ini menyebabkan kematian jaringan otak, sehingga risiko terjadinya stroke meningkat dan risiko kematian pun akan meningkat
Feigin, V, 2006. 8. Merokok
Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh otak, jantung, tungkai sehingga merokok mendorong terjadinya
arteriosklerosis yang nantinya akan mengurangi aliran darah ke otak dan
menyebabkan darah menggumpal Feigin, V, 2006. Menurut penelitian Sang Wook et altahun 2002 di Korea Selatan dengan desain kohort,
perokok aktif menghisap ≥20 rokok sehari memiliki risiko 2,3 kali untuk
menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan orang yang bukan perokok aktif Sang Wook, et al. 2002.
9. Stres Stres atau depresi dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, dan
peningkatan pembekuan darah, yang semuanya adalah faktor risiko stroke. Selain itu, jika stres disertai dengan faktor risiko lain seperti
arteriosklerosis berat, penyakit jantung akan memicu dan membuat risiko penderita stroke semakin berat dan risiko kematian menjadi meningkat
Feigin, V, 2006.
2.3.3 Penyebab Kematian pada Pasien Stroke Fase Akut