Gejala Stroke Hemoragik Gejala Stroke Iskemik

2.4 Reversible Ischemic Neurological Deficits RIND Adanya defisit neurologik yang berlangsung lebih dari 24 jam dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu, kurang dari 3 minggu. 3. Berdasarkan sistem pembuluh darah 3.1 Sistem karotis bagian anterior 3.2 Sistem Vertebro-basiler bagian posterior

2.1.4 Gejala Stroke

A. Gejala Stroke Hemoragik

Marjono, M. et al.1994 dan Harsono, 2003 mengelompokkan gejala stroke hemoragik berdasarkan : a. Gejala Perdarahan Intraserebral PIS Gejala perdarahan ini timbul mendadak dan memburuk dengan cepat dalam beberapa menit atau jam, sering sampai koma. Nyeri kepala berat, nausea, muntah, dan mempunyai ciri khas yaitu adanya darah di rongga subaraknoid pada pemeriksaan lumbal Pungsi. b. Gejala Perdarahan Subaraknoid PSA Pada penderita perdarahan subaraknoid akan dijumpai gejala seperti nyeri kepala yang hebat, kadang-kadang muntah, leher terasa kaku serta kehilangan kesadaran yang sementara dan setelah sadar kembali terdapat gejala kaku kuduk, keluhan silau terhadap cahaya, mual dan fotofobia.

B. Gejala Stroke Iskemik

Sudomo, et al.1980, Sugianto, P. 2001 dan Mulyadi, et al.2007 memberikan penjelasan mengenai gejala stroke iskemik, yaitu: 1. Gejala penyumbatan arteri serebri anterior a. Buang air kecil tidak disadari. b. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai yang paling dapat dilihat. c. Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. d. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh. e. Secara tidak sadar mengikuti kata-kata orang lain. f. Sulit untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hati. 2. Gejala penyumbatan arteri serebri media a. Mulut jatuh ke satu sisi dan lidah mencong bila diluruskan. b. Kata-kata tidak dapat dipahami afasia, bicara tidak jelas, tidak lancar dan terbata-bata. c. Kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh. d. Kesadaran menurun e. Vertigo pusing atau perasaan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas. f. Gangguan rasa didaerah muka atau wajah dan hanya sebelah saja, biasanya disertai gangguan rasa di lengan dan tungkai hanya sebelah saja. g. Bola mata selalu melirik ke satu sisi saja. h. Tidak dapat membedakan kiri dan kanan. 3. Gejala penyumbatan arteri serebri posterior a. Hilangnya penglihatan, berupa penglitahan yang terganggu, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, sebagian lapangan pandang tidak terlihat dan penglihatan gelap atau ganda sesaat b. Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau mendengar suaranya. c. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh, terasa kesemutan dan mati rasa pada salah satu sisi tubuh. d. Hilangnya kemampuan untuk mengenali dan membedakan warna. 4. Gejala penyumbatan sistem vertebrobasilar a. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik. b. Jalan menjadi sempoyongan atau terjatuh c. Gangguan gerak bola mata hingga terjadi diplopia d. Kedua kaki lemah sampai tidak bisa berdiri e. Mual, muntah, sulit menelan, atau nyeri kepala 5. Gejala akibat gangguan fungsi luhur a. Aphasia Dibedakan atas 2 kategori yaitu ekspresif motorik dan reseptif sensorik. Ekspresif adalah kehilangan kemampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Sedangkan reseptif sensorik adalaah sulit untuk mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan kata-kata dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, hal ini tergantung dari luasnya kerusakan otak. b. Alexia Penderita tidak mampu membaca kata, tapi dapat membaca huruf verbal alexia, atau kebalikannya yaitu ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata lateral alexia, dan gabungan dari keduanya yaitu ketidakmampuan membaca baik huruf maupun kata Global Alexia. c. Agraphia Kehilangan kemampuan menulis karena adanya kerusakan otak yang dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu : pure agraphia tanpa disertai gangguan berbahasa lainnya, aphasic agraphia agraphia dengankarena aphasia, agraphia dengan alexia dijumpai pada orang sakit dengan kerusakan di lobus parietal, apraxic agraphia tidak mampu menulis dengan baik saat menulis spontan, spatial agraphia sulit untuk menulis pada garis horizontal atau menulis hanya pada sisi kanan kertas saja. d. Acalculia Kehilangan kemampuan berhitung atau mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak. Dapat berhubungan dengan alexia, agraphia, atau bentuk- bentuk aphasia lainnya. e. Right-left Disorientation dan Dianosa Jari Body Image Sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah, atau menirukan gerakan- gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan agnosia jari dapat dilihat dan disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara orang sakit tidak boleh melihat jarinya. f. Hemi Spatial Neglect viso spatial agnosia Hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang. Biasanya akan mengabaikan sebelah sisi ruang kontra lateral dari lesi yang ada pada otaknya, misalnya disuruh menggambar sekuntum bunga dan yang digambarkannya hanya setengah kuntum bunga. g. Sindrom Lobus Frontal Berhubungan dengan tingkah laku, kerusakan pada korteks motor dan premotor dari hemisfer dominan menyebabkan gangguan bicara. h. Gangguan Mengingat Amnesia i. Dementia Hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuanoperasi mental. Gangguan pada satu fungsi luhur saja belum dapat dikatakan dementia.

3.1 Faktor Risiko Stroke