dengan penggunaan pestisida kimia dalam bidang pertanian yang ternyata berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Sodiq 2010 juga berpengaruh
negatif terhadap organisme tanah termasuk makrofauna tanah.
4.2. Kepadatan dan Kepadatan Relatif Makrofauna Tanah
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan nilai kepadatan dan
kepadatan relatif makrofauna tanah seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Nilai Kepadatan Individumeter
2
dan Kepadatan Relatif Makrofauna Tanah Pada Setiap Lokasi Penelitian
No Spesies
Lokasi I Lokasi II
K Indm
2
KR K Indm
2
KR
1. Amynthas gracilis
1,111 0,419
3,334 0,825
2. Armadillidium vulgare
16,919 6,374
2,731 0,676
3. Blatta orientalis
0,371 0,140
0,371 0,092
4. Blattella germanica
2,106 0,793
0,995 0,246
5. Bradybaena similaris
1,111 0,419
11,666 2,887
6. Calosoma sp
2,731 1,029
6,712 1,661
7. Euborellia sp.
22,452 8,458
27,753 6,868
8. Geophillus sp.
1,481 0,558
18,519 2,583
9. Gryllotalpa sp.
18,632 7,019
1,366 0,338
10. Gryllus sp. 1
0,995 0,375
7,962 1,970
11. Gryllus sp. 2
1,990 0,750
- -
12. Haemadipsa sp.
- -
2,222 0,550
13. Hemphillia sp.
2,986 1,125
- -
14. Hypnoidus sp.
- -
14,929 3,694
15. Julus sp.
- -
3,981 0,985
16. Lamellaxis gracilis
- -
2,107 0,521
17. Leydiula sp.
- -
7,083 1,753
18. Lithobius sp.
- -
1,852 0,458
19. Megascolex sp.
- -
0,741 0,183
20. Monacha sp.
11,897 4,482
22,104 5,470
21. Nitidula rufipes
61,704 23,245
83,947 20,774
22. Odontoponera denticulata
46,775 17,621
89,316 22,102
23. Pheretima sp.
15,833 5,964
22,593 5,591
24. Philoscia sp.
14,049 5,292
20,623 5,103
25. Phyllophaga sp.
8,703 3,279
2,361 0,584
26. Polydesmus sp.
3,102 1,169
2,963 0,733
27. Pontoscolex corethrurus
12,593 4,744
16,667 4,124
28. Rhynchophorus bilineatus
- -
0,995 0,246
29. Scolopendra sp.
0,995 0,375
1,366 0,338
30.. Stenolophus sp. 0,995
0,375 3,588
0,888 31.
Tipula sp. -
- 3,356
0,830 32.
Trochosa canapii 15,924
5,999 19,905
4,926
Jumlah 265,455
100,000 404,100
100,000
Keterangan: Lokasi I = Lahan Pertanian Anorganik, Lokasi II = Lahan Pertanian Organik, K = Kepadatan, KR = Kepadatan Relatif
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis data untuk kepadatan dan kepadatan relatif pada Tabel 4.3
memperlihatkan nilai kepadatan total tertinggi didapatkan pada lokasi II dengan nilai 404,100 Indm
2
, sedangkan pada lokasi I didapatkan nilai kepadatan total sebesar 265,455 Indm
2
. Tingginya nilai kepadatan total individu makrofauna tanah pada lokasi II juga berkaitan dengan faktor fisik dan kimia tanah seperti
kelembaban, suhu tanah, pH, kadar air tanah, C-Organik, P-tersedia, dan K-tukar serta nisbah CN yang nilainya lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan
lokasi I Tabel 4.2. Hal ini dikarenakan kehidupan fauna tanah juga terkait dan
berinteraksi dengan faktor lainnya, seperti dengan faktor fisik dan kimia lingkungan tempatnya hidup. Adanya interaksi ini sangat menentukan penyebaran
dan kepadatan fauna tersebut Suin, 2006. Nilai kepadatan K dan kepadatan relatif KR masing-masing spesies
makrofauna tanah yang ditemukan juga menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada tiap lokasi, baik pada lokasi I maupun lokasi II. Nilai K spesies yang
tertinggi pada lokasi I adalah dari spesies Nitidula rufipes kumbang tanah dengan nilai K 61,704Indm
2
dan nilai KR 23,245. Nilai kepadatan spesies terendah pada lokasi ini didapatkan dari spesies Blatta orientalis kecoak tanah
dengan nilai K 0,371 Indm
2
dan nilai KR 0,140. Pada lokasi II nilai K spesies tertinggi didapatkan dari spesies Odontoponera denticulata semut hitam
dengan nilai K 89,316 Indm
2
dan nilai KR 22,102. Nilai K spesies terendah pada lokasi ini adalah dari spesies Blatta orientalis kecoak tanah dengan nilai K
0,371 Indm
2
dan nilai KR 0,092. Dengan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa Nitidula rufipes kumbang
tanah adalah makrofauna tanah yang dominan pada lokasi I dan Odontoponera denticulata semut hitam adalah makrofauna tanah yang dominan pada lokasi II.
Diduga hal ini disebabkan kedua makrofauna tanah tersebut memiliki daya toleransi yang luas terhadap berbagai faktor lingkungan baik fisik, kimia maupun
biologi tanah pada masing-masing lokasi. Hal ini berdasarkan kepada pernyataan Sukarsono 2009 yang menyatakan bahwa jenis-jenis fauna yang kisaran
toleransinya bersifat luas terhadap banyak faktor lingkungan tertentu misalnya suhu, air, dan kelembaban, maka akan memiliki sebaran yang luas dan jumlah
yang banyak dibandingkan dengan fauna yang toleransinya bersifat sempit
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
toleran terhadap beberapa faktor lingkungan saja. Faktor lain yang diduga memberikan
pengaruh adalah
ketersediaan makanan
Adianto, 1993;
Notohadiprawiro, 1998; Hanafiah et al., 2005; Handayanto Hairiah, 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua spesies makrofauna tanah tersebut
mendapatkan makanan atau nutrisi sebagai sumber energi yang cukup pada habitatnya masing-masing, sehingga pertumbuhannya lebih baik dari yang
lainnya. Faktor ini secara langsung menyebabkan kepadatan maupun kepadatan relatif mereka lebih tinggi dibandingkan dengan spesiesyang lainnya.
Spesies Blatta orientalis kecoak tanah merupakan makrofauna tanah yang paling sedikit ditemukan baik pada lokasi I maupun II. Diduga hal ini
berkaitan dengan daya toleransinya yang sempit terhadap berbagai faktor lingkungan pada kedua lokasi. Pasokan makanan atau nutrisi untuk makrofauna
tanah ini juga diduga kurang memadai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik pada kedua lokasi, sehingga kepadatan dan kepadatan relatifnya sangat
rendah. Suin 2006 menyatakan bahwa semua fauna tanah bergantung pada
material organik tanah sebagai penyedia energi bagi kehidupannya. Handayanto Hairiah
2009 menambahkan,
masing-masing fauna
tanah memiliki
ketergantungan yang berbeda terhadap lingkungan tanah dalam hal pasokan energi dan nutrisi untuk pertumbuhannya. Sebagian besar fauna tanah mendapatkan
energi dan nutrisi langsung dari tanah, baik dari bahan mineral, bahan organik atau dari biomassa hidup dalam tanah.
4.3. Frekuensi kehadiran dan Konstansi Makrofauna Tanah