Frekuensi kehadiran dan Konstansi Makrofauna Tanah

toleran terhadap beberapa faktor lingkungan saja. Faktor lain yang diduga memberikan pengaruh adalah ketersediaan makanan Adianto, 1993; Notohadiprawiro, 1998; Hanafiah et al., 2005; Handayanto Hairiah, 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua spesies makrofauna tanah tersebut mendapatkan makanan atau nutrisi sebagai sumber energi yang cukup pada habitatnya masing-masing, sehingga pertumbuhannya lebih baik dari yang lainnya. Faktor ini secara langsung menyebabkan kepadatan maupun kepadatan relatif mereka lebih tinggi dibandingkan dengan spesiesyang lainnya. Spesies Blatta orientalis kecoak tanah merupakan makrofauna tanah yang paling sedikit ditemukan baik pada lokasi I maupun II. Diduga hal ini berkaitan dengan daya toleransinya yang sempit terhadap berbagai faktor lingkungan pada kedua lokasi. Pasokan makanan atau nutrisi untuk makrofauna tanah ini juga diduga kurang memadai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik pada kedua lokasi, sehingga kepadatan dan kepadatan relatifnya sangat rendah. Suin 2006 menyatakan bahwa semua fauna tanah bergantung pada material organik tanah sebagai penyedia energi bagi kehidupannya. Handayanto Hairiah 2009 menambahkan, masing-masing fauna tanah memiliki ketergantungan yang berbeda terhadap lingkungan tanah dalam hal pasokan energi dan nutrisi untuk pertumbuhannya. Sebagian besar fauna tanah mendapatkan energi dan nutrisi langsung dari tanah, baik dari bahan mineral, bahan organik atau dari biomassa hidup dalam tanah.

4.3. Frekuensi kehadiran dan Konstansi Makrofauna Tanah

Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan sebagai konstansi. Dari frekuensi kehadiran atau konstansi itu, fauna tanah dapat dikelompokkan menjadi empat golongan. Golongan aksidental sangat jarang bila konstansinya 0 – 25, golongan assesori jarang bila konstansinya 25 – 50, golongan konstan sering bila konstansinya 50 – 75, dan golongan absolut sangat sering bila konstansinya lebih dari 75 Suin, 2006. Hasil analisis data mengenai frekuensi kehadiran dan konstansinya untuk masing-masing makrofauna tanah yang ditemukan pada tiap lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Nilai Frekuensi Kehadiran dan Konstansi Makrofauna Tanah Pada Setiap Lokasi Penelitian No Spesies Lokasi I Lokasi II FK Konstansi FK Konstansi 1. Amynthas gracilis 5 Aksidental 15 Aksidental 2. Armadillidium vulgare 17,5 Aksidental 10 Aksidental 3. Blatta orientalis 2,5 Aksidental 2,5 Aksidental 4. Blattella germanica 10 Aksidental 2,5 Aksidental 5. Bradybaena similaris 7,5 Aksidental 30 Assesori 6. Calosoma sp. 10 Aksidental 10 Aksidental 7. Euborellia sp. 32,5 Assesori 47,5 Assesori 8. Geophillus sp. 10 Aksidental 27,5 Assesori 9. Gryllotalpa sp. 35 Assesori 5 Aksidental 10. Gryllus sp. 1 2,5 Aksidental 7,5 Aksidental 11. Gryllus sp. 2 2,5 Aksidental - - 12. Haemadipsa sp. - - 7,5 Aksidental 13. Hemphillia sp. 7,5 Aksidental - - 14. Hypnoidus sp. - - 5 Aksidental 15. Julus sp. - - 5 Aksidental 16. Lamellaxis gracilis - - 7,5 Aksidental 17. Leydiula sp. - - 12,5 Aksidental 18. Lithobius sp. - - 2,5 Aksidental 19. Megascolex sp. - - 5 Aksidental 20. Monacha sp. 22,5 Aksidental 25 Aksidental 21. Nitidula rufipes 42,5 Assesori 47,5 Assesori 22. Odontoponera denticulat a 17,5 Aksidental 35 Assesori 23. Pheretima sp. 37,5 Assesori 30 Assesori 24. Philoscia sp. 15 Aksidental 25 Aksidental 25. Phyllophaga sp. 15 Aksidental 5 Aksidental 26. Polydesmus sp. 12,5 Aksidental 10 Aksidental 27. Pontoscolex corethrurus 27,5 Assesori 30 Assesori 28. Rhynchophorus bilineatus - - 2,5 Aksidental 29. Scolopendra sp. 2,5 Aksidental 5 Aksidental 30. Stenolophus sp. 2,5 Aksidental 10 Aksidental 31. Tipula sp. - - 7,5 Aksidental 32. Trochosa canapii 12,5 Aksidental 17,5 Aksidental Keterangan : Lokasi I = Lahan Pertanian Anorganik, Lokasi II = Lahan Pertanian Organik, FK = Frekuensi Kehadiran Hasil analisis data mengenai frekuensi kehadiran dan konstansi makrofauna tanah pada Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa pada lokasi I golongan makrofauna tanah yang bersifat aksidental ditemukan sebanyak 18 spesies dan yang bersifat assesori ditemukan sebanyak 5 spesies. Pada lokasi II golongan yang bersifat aksidental ditemukan sebanyak 23 spesies sedangkan yang bersifat assesori ditemukan sebanyak 7 spesies.Sementara itu, untuk golongan makrofauna tanah yang bersifat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara konstan sering dan absolut sangat sering tidak ditemukan. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada makrofauna tanah yang aktivitasnya mendominasi pada kedua lokasi tersebut. Dengan perkataan lain, baik pada lokasi I maupun lokasi II frekuensi kehadiran makrofauna tanahnya relatif sama, yaitu antara Aksidental sangat jarang dan Assesori jarang. Keadaan ini dikarenakan kedua lokasi tersebut merupakan lahan pertanian yang sering terdapat kegiatan manusia di dalamnya. Pengelolaan tanah, waktu tanam dan watu pemanenan yang berbeda antara tanaman yang dibudidayakan baik pada lokasi I maupun lokasi II mempengaruhi kehadiran makrofauna tanahnya. Kegiatan-kegiatan tersebut menyebabkan terganggunya aktivitas makrofauna tanah yang ada pada kedua lokasi sehingga frekuensi kehadirannya secara umum cukup rendah. Menurut Hanafiah et al., 2005, pada lahan pertanian, kegiatan petanian yang dilakukan akan menentukan populasi, spesies, dan aktivitas organisme tanahnya. Noordwijk Hairiah 2006 menambahkan, berbagai kegiatan pertanian akan mempengaruhi aktivitas biota tanah meskipun tidak semua biota tanah menunjukkan respon yang sama. Yulipriyanto 2010 menjelaskan berbagai kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan gangguan biota tanah diantaranya pembakaran api, pemanenan, pengolahan, pemadatan, pengambilan rumput, penyakit atau penggunaan pestisida. Frekuensi, banyaknya, dan waktu gangguan menentukan efeknya pada aktivitas organisme tanah. Meskipun frekuensi kehadiran kedua lokasi cukup rendah, namun ada 1 spesies yang memiliki frekuensi kehadiran tertinggi pada kedua lokasi penelitian yaitu dari spesies Nitidula rufipes dengan nilai FK sebesar 42,5 pada lokasi I dan 47,5 pada lokasi II. Hasil ini menunjukkan bahwa spesies makrofauna tanah ini memiliki aktivitas yang lebih sering baik pada lokasi I maupun lokasi II bila dibandingkan dengan spesies makrofauna tanah yang lainnya.Diduga keadaan ini disebabkan oleh daya adaptasi dari fauna ini cukup tinggi terhadap berbagai gangguan yang ada baik pada lokasi I maupun lokasi II, sehingga frekuensi kehadirannya lebih tinggi. Hal ini berdasarkan pernyataan Andrews 1930 yang menyatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan fauna tetap sintas di alam adalah kemampuan mereka untuk tetap bertahan hidup dalam jumlah besar pada berbagai habitat yang berbeda. Brown 1980 menambahkan bahwa beberapa jenis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kumbang diantaranya Nitidula rufipes memiliki struktur dan kebiasaan yang berbeda terhadap semua lahan yang dihuni oleh serangga lain. Alasannya adalah karena mereka memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri pada berbagai habitat.

4.4. Makrofauna Tanah yang Memiliki Nilai KR ≥ 10 dan FK ≥ 25