Syarat Mutu Kecap Kedelai

commit to user

4. Syarat Mutu Kecap Kedelai

Spesifikasi persyaratan mutu kecap manis menurut SNI 01-3543-1999 dapat dilihat pada Tabel 2.3. 5. Pengendalian Mutu Standar mutu bahan pangan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan konsensus semua pihak sehingga dapat memenuhi semua tuntutan pembeli dan dapat diproduksi oleh produsen dengan biaya murah sehingga produsen dapat menjual barang tersebut dengan harga yang dapat dijangkau oleh sebagian pembeli atau konsumen. Ada perbedaan yang sangat mendasar antara jaminan mutu dan pengawasan mutu. Masyarakat pada umumnya sulit membedakan antara dua hal ini. Jaminan mutu dapat didefinisikan sebagai sebuah strategi management fungsional yang menentukan batas dalam pengawasan mutu. Program ini dikutip guna menemukan langkah mencapai kesuksesan dan memberikan kepercayaan bahwa program ini efektif untuk diterapkan. Pengawasan mutu merupakan siasat yang fungsional yang diambil dari program jaminan mutu untuk mencapai keberhasilan dari kualitas produk yang diterapkan Jenie, 1993. Pengendalian mutu dalam arti luas perencanaan, pencegahan, pemantauan adalah melakukan pencegahan selama proses desain dan fabrikasi, agar produk cacat tidak diproduksi. Dalam hal ini, pengendalian mutu bukan suatu kegiatan tersendiri yang dapat dilakukan oleh bagian inspeksi, tetapi mencakup keseluruhan bagian, mulai dari desain, pemasaran, pelayanan, pembelian, produksi, pengemasan dan pengangkutan, juga meliputi pemasok bahan baku dan pelanggan Hubies, 1994. Pengendalian kualitas merupakan manajemen untuk mengukur karakteristik dari produk,dan membandingkannya dengan spesifikasi serta mengambil sebuah tindakan perbaikan yang sesuai jika terdapat perbedaan antara produk dengan spesifikasi yang ditentukan. Pengendalian kwalitas merupakan salah satu cara untuk memelihara serta meningkatkan mutu sehingga produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen. commit to user Tabel 2.3 Spesifikasi Persyaratan Mutu Kecap Kedelai Menurut SNI 01- 3543-1999 No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Manis Asin 1 Keadaan 1.1 Bau Normal,khas Normal,khas 1.2 Rasa Normal,khas Normal,khas 2 Protein Nx6,25, bb - Min. 2,5 Min. 4,0 3 Padatan terlarut, bb - Min10 Min. 10 4 NaCl garam, bb - Min. 3 Min. 5 5 Total gula dihitung sebagai sakarosa, bb - Min. 40 - 6 Bahan tambahan makanan 6.1 Pengawet 1 Benzoat atau mgkg Maks. 600 Maks. 600 2 Metil para hidroksi benzoate, mgkg Maks. 250 Maks. 250 3 Propil para hidroksi benzoat mgkg Maks. 250 Maks. 250 6.2 Pewarna tambahan - Sesuai SNI 01- 0222-1995 Sesuai SNI 01- 0222-1995 7 Cemaran logam 7.1 Timbal Pb mgkg Maks. 1,0 Maks. 1,0 7.2 Tembaga Cu mgkg Maks. 30,0 Maks. 30,0 7.3 Seng Zn mgkg Maks. 40,0 Maks. 40,0 7.4 Timah Sn mgkg Maks. 40,0 Maks. 40,0 7.5 Raksa Hg Maks. 0,05 Maks. 0,05 8 Cemaran arsen As mgkg Maks. 0,5 Maks. 0,5 9 Cemaran mikroba 9.1 Angka lempeng total Kolonig Maks. 10 5 Maks. 10 5 9.2 Bakteri coliform APMg Maks. 10 2 Maks. 10 2 9.3 E.coli APMg 3 3 9.4 Kapangkhamir Kolonig Maks.50 Maks. 50 Sumber: SNI, 1999 Beberapa macam alat yang digunakan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah dalam sebuah pengendalian kualitas antara lain : commit to user a. Diagram Pareto Diagram pareto merupakan alat bantu berupa diagram batang terurut berdasarkan data yang paling besar ke nilai data yang paling kecil. Data yang di plot kebanyakan data prosentase kecacatan atau penyebab kecacatan. Dengan diagram pareto dapat dilihat adanya faktor-faktor yang mempunyai dampak paling besar terhadap proses, yang kemudian dapat mempermudah kita untuk menganalisa dan menemukan solusi yang paling tepat untuk sebuah perusahaan. Langkah-langkah dalam pembuatan diagram pareto, antara lain : 1. menentukan metode yang akan digunakan untuk mengklarifikasi data, berdasarkan jenis permasalahan, penyebab kecacatan dan lain-lain. 2. menetapkan parameter yang akan digunakan untuk membuat urutan dari karakteristik. 3. mengumpulkan data dalam interval waktu yang sesuai 4. menjumlahkan data kemudian mengurutkannya dari yang terbesar ke yang terkecil 5. menghitung prosentase kumulatif 6. membuat diagram pareto dan mencari karakteristik data yang mempunyai nilai frekuensi terbesar. b. Diagram Tulang Ikan Diagram tulang ikan merupakan suatu alat bantu yang berbentuk garis yang tersusun dari garis-garis dan simbol untuk menggambarkan hubungan sebab dan akibat dari permasalahan. Dengan adanya diagram tulang ikan ini maka dapat memudahkan kita untuk mengetahui berbagai penyebab suatu masalah secara terorganisir sehingga memudahkan kita untuk mencari atau memberikan solusi dari permasalahan tersebut dan memudahkan kita untuk menganalisa permasalahan tersebut. Sebab-sebab yang ada dikelompokkan menjadi beberapa sebab utama, yaitu : material, pekerja man, metode kerja method, mesin machine, dan lingkungan environtment. commit to user Langkah-langkah pembuatan diagram tulang ikan atau fishbone diagram untuk mengidentifikasi sebab-sebab adalah sebagai berikut : 1. menentukan karakteristik mutu yang akan diperbaiki 2. memilih karakteristik mutu dan menulisnya pada sebuah kotak disebelah kanan , kemudian memberi gambar tulang ikan ke belakang sebab-sebab utama material, machine, man, dan lain-lain yang mempengaruhi karakteristik mutu sebagai tulang yang besar dituliskan pada tulang-tulang yang besar. 3. menulis sebab-sebab kedua yang mempengaruhi tulang besar sebab utama sebagai tulang ukuran sedang, dan tulis sebab-sebab ketiga pada tulang ukuran sedang sebagai tulang bahan paling kecil 4. menentukan kepentingan tiap faktor dan memberi tanda pada faktor yang kelihatannya mempunyai pengaruh paling besar pada karakteristik mutu. 5. mencatat informasi yang diperlukan 6. memeriksa kembali apakah semua item yang mungkin telah menyebabkan penyimpangan telah tercantum dalam diagram. Bila semua telah tercantum dan hubungan sebab akibat juga telah tergambar dengan tepat, maka diagram tersebut telah lengkap Anonim d , 2008. Contoh fishbone diagram untuk karakteristik kekentalan proses pemasakan kurang cermat yang salah kurang terampil keausan alat kesalahan pengujian alat Terlalu encer method machine man measurement commit to user

6. HACCP