ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah Gray, et al., 2005.
2. Sistem saraf otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatis dapat menyebabkan vasokontriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama-sama dengan faktor
lain termasuk natrium, volume sirkulasi dan beberapa hormon Gray, et al., 2005.
2.4 Hubungan Hipertensi dengan Parameter Biokimia
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, hipertensi sering disebut sebagai “silent killer”.
Pasien hipertensi sering tidak menyadari bahwa pasien mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, hati, otak ataupun ginjal yang
menyebabkan penyakit komplikasi seperti diabetes melitus, gagal ginjal, stroke dan aterosklerosis Yogiantoro, 2006. Perlu beberapa pemeriksaan untuk
menentukan adanya kerusakan organ salah satunya dengan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan parameter biokimia hipertensi diataranya ALT,
AST, kreatinin, ureum, total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, VLDL dan glukosa.
a. ALT
Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanin dan asam α-ketoglutarat menjadi glutamat dan piruvat yang bersifat reversibel.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. ALT lebih sensitif dibandingkan AST Sacher dan Person, 2002.
b. AST
Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan asam α- ketoglutarat menjadi glutamat dan oksalasetat yang bersifat reversibel. AST
terdapat lebih banyak dijantung dibandingkan di hati, selain itu enzim ini juga terdapat di otot rangka, otak dan ginjal. AST meningkat tajam ketika terjadi infark
miokardium Husadha, 1996. Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati Gaze, 2007. Saat sel hati mengalami kerusakan, enzim transaminase tersebut
berada di dalam darah, sehingga dapat diukur aktivitasnya. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi membran sel hati, aktivitas ALT
lebih dini dan lebih cepat meningkat dari aktivitas AST Wilmana, 1995. Peningkatan AST yang tinggi terjadi ketika nekrosis di jaringan hati sudah
meluas, seringkali dikaitkan dengan infark miokard. AST terdapat di mitokondria dan sitoplasma sel, sedangkan ALT hanya terdapat di sitoplasma. Tingkat
kenaikan AST dan ALT dikelompokkan menjadi tinggi, sedang dan ringan. Peningkatan ringan 1-3 kali lipat biasanya dijumpai pada hepatitis neonatus
yang disebabkan sepsis, perlemakan hati, sirosis, hepatitis steatotik non alkohol, toksisitas obat, dan beberapa gangguan hati lain, terkadang penigkatan ALT juga
dijumpai pada orang normal Thapa dan Walia, 2007. 5 kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti: penyakit parenkim ginjal dimana setiap penyebab gagal ginjal glomerulonefritis,
pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan yang
menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan
Universitas Sumatera Utara
dapat mengakibatkan kerusakan ginjal Gray, et al., 2005. Pemeriksaan darah terhadap kadar kreatinin dan ureum dalam darah diperlukan untuk menegakkan
diagnosa gagal ginjal dengan tepat LabTechnologist, 2010. c.
Ureum Ureum adalah satu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam
cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ureum akan dipekatkan dalam urin LabTechnologist, 2010. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka
kadar ureum darah dapat meningkat dan meracuni sel-sel tubuh karena terjadi penurunan proses filtrasi glomerulus. Ureum secara khusus berguna dalam
mengevaluasi fungsi glomerulus. Kondisi klinis lain yang mengakibatkan kesalahan perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dilihat dari kadar ureum.
Kondisi klinis tersebut adalah volume ekstraseluler dalam tubuh, kadar protein dalam pakan, dan penyakit liver. Keadaan dehidrasi cairan tubuh akan
mengakibatkan kadar ureum meningkat. Kadar kreatinin dan ureum bukanlah satu-satunya indikator kerusakan ginjal, tetapi perlu dikonfirmasi lagi dengan
histologi jaringan ginjal Lefever, 2007. d.
Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin
disintesis oleh hati, terdapat hampir semuanya dalam otot rangka yang terikat secara reversibel kepada fosfat dalam bentuk fosfokreatin, yakni senyawa
penyimpan energi. Reaksi keratin + fosfat ↔ fosfokreatin bersifat reversibel pada
waktu energi dilepas atau
diikat LabTechnologist, 2010. Kreatinin
dieskresikan seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Kadar kreatinin sendiri tidak dipengaruhi oleh asupan makanan atau minuman sehingga
Universitas Sumatera Utara
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus penyakit ginjal. Selain itu, sintesis kreatinin relatif konstan yang dapat menggambarkan pengeluaran
kreatinin dari ginjal. Kadar kreatinin dan ureum bukanlah satu-satunya indikator kerusakan ginjal, tetapi perlu dikonfirmasi lagi dengan histologi jaringan
ginjal Lefever, 2007. Kelebihan komposisi lemak tubuh dan distribusi lemak dalam tubuh
menyebab hiperkolesterol, diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan kanker Goldman dan Klatz, 2007. Hipertensi adalah penyakit yang umum
menyertai pada pasien diabetes McFarlane, et al., 2005. Diabetes melitus dan hipertensi merupakan dua penyakit yang tidak dapat dipisahkan Slamet Suyono,
1993. Orang dengan diabetes lebih rentan mengidap hipertensi daripada mereka yang tanpa diabetes Sowers dan Sowers, 2001.
Salah satu komplikasi dari diabetes melitus adalah hiperlipidemia atau dislipidemia. Untuk mengetahuinya pasien harus diperiksa profil lipidnya.
Profil lipid adalah pemeriksaan klinik yang diperoleh melalui apusan darah. Profil lipid terdiri dari kolesterol total, LDL, VLDL, HDL, dan trigliserida.
Untuk pengukuran yang akurat, profil lipid sebaiknya diukur setelah puasa semalam dan juga 8 jam setelah minum kopi atau alkohol NIDDR, 2005. Syarat
untuk pemeriksaan lipid adalah pasien harus puasa 12-14 jam untuk menghindari efek pasca absorbsi trigliserida Slamet Suyono, 2005.
e. Total Kolesterol
Kolesterol adalah komponen utama pada struktur selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf Movva, 2008. Kolesterol
ditemukan pada otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol diproduksi terutama di
Universitas Sumatera Utara
hati, diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak Almatsier, 2009. Hipertensi dan abnormalitas
lipid sering terjadi secara bersamaan. Data-data terakhir menunjukkan bahwa tekanan darah dan hiperlipidemia diwariskan secara genetik. Penelitian pada
tikus-tikus yang secara genetik memiliki hipertensi menunjukkan bahwa otot polos pembuluh darah binatang ini mengikat LDL dengan afinitas lebih besar
dibanding hewan kontrol yang normotensif Neutel dan Smith, 2001. f.
Trigliserida Trigliserida merupakan bentuk lain dari lemak cadangan energi dan dapat
menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebihan dalam darah Elstein, 2005. Trigliserida dapat disintesis dari karbohidrat dan protein. Setiap kali karbohidrat
yang memasuki tubuh dipakai segera sebagai energi ataupun disimpan dalam bentuk glikogen, karbohidrat yang berlebihan tersebut dengan cepat diubah
menjadi trigliserida Guyton dan Hall, 2007. Pembentukan trigliserida terutama terjadi di dalam hati. Atom-atom
karbon yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino akan di ubah menjadi asetil KoA. Asam lemak ini melakukan esterifikasi dengan gliserol diproduksi
dalam glikolisis dan akan dihasilkan trigliserida. Trigliserida kemudian dikeluarkan ke dalam aliran darah sebagai very low density lipoprotein VLDL,
yang akan digunakan untuk menghasilkan energi atau disimpan pada sel-sel adiposa Almatsier, 2009.
Abnormalitas lipoprotein yang secara umum terdapat pada pasien hipertensi disertai diabetes meliputi hipertrigliseridemia dan penurunan kadar
kolesterol HDL plasma. Pasien diabetes terutama diabetes tipe 2 juga
Universitas Sumatera Utara
mengalami peningkatan produksi VLDL Goldberg, 2001. Hipertrigliseridemia dan penurunan kolesterol HDL pada pasien diabetes melitus tipe 2 disebabkan
oleh produksi lipoprotein kaya trigliserida yang berlebihan oleh hati dan penurunan aktivitas lipoprotein lipase pada jaringan lemak dan otot Abbate dan
Bunzell, 1990. g.
HDL Kolesterol Lipoprotein densitas tinggi HDL berfungsi membawa kolesterol dari
jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu, sehingga penimbunan kolesterol di
perifer berkurang. HDL berguna sebagai transportasi serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma untuk membersihan kolesterol dan trigliserida Rader dan
Hobbs, 2005. Hipertensi dan abnormalitas lipid sering terjadi secara bersamaan. Pasien dengan hipertensi cenderung mempunyai
dislipidemia, dengan
konsentrasi trigliserida plasma yang lebih tinggi dan konsentrasi HDL yang lebih rendah dibanding orang normotensif Reaven, et al., 1996. Hipertensi
yang bersamaan dengan diabetes sering berhubungan dengan abnormalitas koagulasi sekaligus gangguan lipid. Orang dengan diabetes dan hipertensi
menunjukkan sebuah karakteristik dislipidemia, rendah HDL, tinggi LDL dan VLDL Sowers dan Sowers, 2001.
h. LDL Kolesterol
Lipoprotein densitas rendah LDL merupakan lipoprotein yang merupakan alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80
persen dari kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung,
Universitas Sumatera Utara
otak, dan jaringan lain supaya dapat berfungsi sebagai sintesis membran plasma dan hormon steroid Mayes dan Botham, 2003. Kelebihan LDL akan mudah
melekat pada dinding sebelah dalam intima pembuluh darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah
arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis Rader dan Hobbs, 2005. Hal tersebut mengakibatkan abnormalitas lipid baik secara kualitas maupun
kuantitas meliputi hiperlipidemia peningkatan level total kolesterol plasma, trigliserida, dan kolesterol LDL, hipokolesterolemia HDL, perubahan komposisi
LDL, dan meningkatnya kerentanan terjadinya oksidasi LDL Verges, 1999. i.
VLDL Kolesterol Very Low Density Lipoprotein VLDL adalah trigliserida endogen.
Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati yang berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan bagian
terbesar dari VLDL serta ukuran dari VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida yang ada Rader dan Hobbs, 2005. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh
lipoprotein lipase LPL kemudian diubah menjadi VLDL remnant Mahley, et al., 2003. VLDL remnant ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau
dapat tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh Hepatik Lipase HL menjadi partikel IDL dan LDL Rader
dan Hobbs, 2005. Hipertensi yang bersamaan dengan diabetes sering berhubungan dengan abnormalitas koagulasi sekaligus gangguan lipid. Orang
dengan diabetes dan hipertensi menunjukkan sebuah karakteristik dislipidemia, rendah HDL, tinggi LDL dan VLDL Sowers dan Sowers, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Diabetes melitus adalah suatu sindroma metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena defisiensi absolut sekresi insulin atau
penurunan efektivitas kerja insulin atau keduanya Masharani, et al., 2004. Hipertensi adalah penyakit yang umum menyertai pada pasien diabetes
McFarlane, et al., 2005. Diabetes melitus dan hipertensi merupakan dua penyakit yang tidak dapat dipisahkan Slamet Suyono, 1993. Orang dengan
diabetes lebih rentan mengidap hipertensi daripada mereka yang tanpa diabetes Sowers dan Sowers, 2001. Untuk mengetahuinya pasien harus diperiksa
glukosa darahnya. j.
Glukosa Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah dan untuk pengukuran yang akurat, glukosa darah sebaiknya diukur setelah puasa semalam dan juga puasa selama 8 jam. Glukosa
adalah gula monosakarida dan merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh Murray, 2009. Saraf
simpatis memiliki pengaruh metabolik pada pasien hipertensi, yakni menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, meningkatkan konsentrasi lipid dan
glukosa darah, dan meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati dan otot Guyton dan Hall, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang