DEFINISI VARIABEL OPERASIONAL 1. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 21 · Asma dengan penyakit metabolik diabetes melitus, tiroiditis. · Klinis gangguan gastrointestinalis. · Pemakaian antasida dan laksantif. · Anemia. · Azotemia. · Intoleransi terhadap magnesium hidroksida dan alumunium hidroksida. Kriteria diskontinyu · Responden tidak terlacak lagi saat follow up penelitian. · Responden mengundurkan diri dari penelitian. · Timbul efek samping terhadap magnesium hidroksida dan alumunium hidroksida.

3.6. DEFINISI VARIABEL OPERASIONAL 1.

Umur : selisih hari kelahiran dengan ulang tahun terakhir pada saat penelitian dimulai. 2. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan. 3. Asma : kelainan inflamasi kronik saluran napas yang hiperesponsif, menyebabkan aliran udara terbatas dan obtruksi oleh karena sumbatan mukus, inflamasi meluas, dan bronkokonstriksi. 23,41 Diagnosis ditegakkan oleh dokter spesialis paru. 4. Eksaserbasi akut : merupakan serangan sesak napas dalam pemeriksaan terdapat mengi, penggunaan otot bantu napas, frekuensi napas dan denyut jantung meningkat, pengukuran arus puncak ekspirasi APE ditemukan penurunan fungsi paru. 18 5. Asma stabil : tidak dijumpai tanda dan gejala serangan eksaserbasi akut dalam dua minggu terakhir sampai pasien mengikuti penelitian. 6. Arus puncak ekspirasi : jumlah aliran udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang dilakukan dengan menggunakan peak flow meter . 42 commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 22 4. Asthma control test ACT : sebuah kuesioner yang dikeluarkan oleh American Lung Association tahun 2004 untuk menilai tingkat kontrol asma. 43 5. Asma terkontrol : penilaian tingkat kontrol asma didapatkan dari kuesioner ACT dengan skor 25. 43 6. Asma terkontrol sebagian : penilaian tingkat kontrol asma didapatkan dari kuesioner ACT dengan skor 20-24. 43 7. Asma tidak terkontrol : penilaian tingkat kontrol asma didapatkan dari kuesioner ACT dengan skor kurang atau sama dengan 19. 43 8. Magnesium merupakan atom bernomor 12 dengan massa atom 24,32 Da, merupakan kation keempat terbesar yang berlimpah dalam tubuh manusia dan kedua terbesar di cairan ekstraselular. 29 9. Dosis pemberian magnesium oral : Magnesium oral menggunakan antasida sirup setiap 5 ml mengandung magnesium hidroksida 200 mg, alumunium hidroksida 200 mg, dosis 3 x 5 ml pagi, siang dan malam. 10. Gizi normal 18,5-23,5 kgm 2 , gizi lebih IMT 23,5 kgm 2 , obese IMT 30 kgm 2 . BB Rumus : IMT = TBm 2 11. Anemia bila Hb kurang atau sama dengan 10 gr . 12. Azotemia bila terjadi peningkatan kadar BUN lebih dari 50 mgdl dan atau serum kreatinin lebih dari 1,2 mgdl. 13. Penyakit jantung : kelainan fungsi jantung baik akut maupun kronik atas pemeriksaan dokter spesialis jantung. 14. Gangguan gastrointestinal : saat responden datang untuk ikut penelitian tidak menderita gangguan gatrointestinal dispepsi, gastritis, gastroenteritis baik akut maupun kronik atas pemeriksaan dokter spesialis penyakit dalam. 15. Perokok : orang yang merokok lebih dari 100 sigaret sepanjang hidupnya dan saat ini masih merokok atau telah berhenti kurang dari dari 1 tahun. 44 commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 23 16. Nilai normal magnesium intrasel eritrosit sama dengan 4,44 – 7,10 mgdl. 45 3.7. CARA KERJA PENELITIAN Subjek penelitian adalah pasien asma di poli Paru RS Dr. Moewardi Surakarta diminta persetujuan penelitian. Diagnosis tingkat kontrol asma ditegakkan dengan memakai kuisener Asthma Control Test ACT sesuai rekomendasi dari GINA Global Initiative for Asthma . Semua pasien yang periksa di poli paru dengan asma stabil pemeriksaan fisik dan APE kemudian dilakukan penilaian tingkat kontrol dengan mengisi kuisener dari ACT. Pasien yang memenuhi kriteria asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol diambil sebagai sampel. Pasien mendapat terapi standar untuk asma yaitu inhalasi kortikosteroid budesonide 400 – 800 µgr setiap hari dan inhalasi b2 agonis salbutamol dengan dosis 200 µgr sekali semprot sesuai kebutuhan. Selesai penilaian tingkat kontrol dilakukan pengambilan sampel darah vena dan dilakukan pemeriksaan magnesium intrasel eritrosit. Lima hari kemudian pasien diambil kembali sampel darah vena dan dilakukan pemeriksaan magnesium intrasel eritrosit ulang. Kemudian pasien diberikan tambahan terapi magnesium oral dalam bentuk sediaan antasida sirup magnesium hidroksida 200 mg dan alumunium hidroksida 200 mg 3 x 5 mlhari selama 5 hari kemudian diambil sampel darah vena kembali dan diperiksa magnesium intrasel eritrosit.

3.8. TEKNIK PEMERIKSAAN