ANTASIDA PERAN MAGNESIUM TINJAUAN PUSTAKA

commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 13 Tabel 4. Dosis pemberian MgSO4 parenteral. Kadar magnesium serum Dosis MgSO4 1,6 – 1,8 mEqL 8 – 16 mEq 1 – 2 gram 1,2 – 1,5 mEqL 16 – 32 mEq 2 – 4 gram 1,2 mEqL, tanpa gejala klinis 24 – 32 mEq 3 – 4 gram, diperiksa ulang 4 jam setelah koreksi dan evaluasi pemberian sesuai kebutuhan. 1,2 mEqL, dengan gejala klinis 16 mEq 2 gram dalam 15 menit kemudian 24 – 32 mEq 3-4 gram, diperiksa ulang 4 jam setelah koreksi dan evaluasi pemberian sesuai kebutuhan. Dikutip dari 31

2.4. ANTASIDA

Antasida mengandung magnesium dan alumunium hidroksida merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan menetralkan asam lambung atau mengikatnya. Ion magnesium dalam usus akan diabsorpsi dan cepat diekskresi oleh ginjal, hal ini akan membahayakan pasien bila fungsi ginjalnya kurang baik. Ion magnesium yang diabsorpsi akan bersifat sebagai antasida sistemik sehingga menimbulkan alkaliuria, tetapi jarang terjadi alkalosis. Pemberian kronik magnesium hidroksida akan menyebabkan diare akibat efek katartiknya, sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetapi tetap berada dalam usus dan akan menarik air. Sebagaimana tertulis sebelumnya magnesium mungkin dapat menyebabkan diare, sedangkan alumunium mungkin dapat menyebabkan konstipasi sehingga dapat mengurangi efek samping magnesium. 32 Penggunaan antasida untuk suplemen hipomagnesium telah banyak direkomendasikan terutama pada hipomagnesium ringan. Sediaan antasida yang mengandung magnesium hidroksida 410 mg diberikan untuk kasus subakut dan kronik commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokt dengan dosis pemberian 400 meminimalisasi efek samping d

2.5. PERAN MAGNESIUM

Aktivasi sistem simpat rasa takut meningkatkan eksk dalam keadaan geram marah berbagai keadaan magnesium, Gambar 2 Hipomagnesium terjadi darah. Katekolamin dihasilka pemberian epinerin pada su kalsium sebelumnya akan me Pemberian infus epinerin atau plasma pada subjek normal. I pemasangan intubasi trakea. P emosi meningkatkan kortikos katekolamin dan kortikostero Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 Diku 0 – 600 mg selama 2 – 5 hari dalam dosis ter g diare. 10 DALAM MEKANISME INTERAKSI STRES atis oleh stimulasi sensoris atau emosi seperti n kskresi dalam urin dan norepinefrin dilepaska rah dan agresif. 33 Terlihat gambar 2 mekanism stres metabolik, trauma fisik dan lingkungan. 2. Berbagai keadaan penyebab defisiensi magnes jadi pada pasien dengan kadar katekolamin menin lkan oleh medula adrenal dan ujung syaraf e sukarelwan dengan atau tanpa pengobatan p enyebabkan magnesium dan kalium dalam seru tau terapi dengan salbutamol menurunkan kadar m l. Infus MgSO 4 menghambat pelepasan katekola . Percobaan dengan tikus yang diisolasi lama me kosteroid serum. Perlombaan lari meningkatk roid, pemberian suplemen magnesium akan m 14 ikutip dari 6 terbagi untuk RESS ti nyeri, lapar, an terutama sme interaksi nesium ingkat dalam end nerve . penghambat erum rendah. r magnesium kolamin pada menunjukkan atkan sekresi menurunkan commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 15 ekskresi kortikosteroid. Pada atlet yang terlatih didapatkan kadar magnesium meningkat dalam sel darah merah. 33 Pemberian inhalasi histamin menyebabkan penurunan jumlah magnesium di eritrosit secara bermakna dari 1,84 fmmol. cell -1 menjadi 1,78 fmmol. cell -1 sedangkan magnesium di plasma tidak terpengaruh, induksi oleh histamin menurunkan kadar magnesium tanpa memperhatikan diagnosis asma. 34 Simpanan magnesium menurun dapat menyebabkan terbentuknya aterosklerosis, infark miokard, hipertensi dan disaritmia. Defisiensi magnesium berat pada hewan percobaan secara langsung menyebabkan kerusakan miokard. Penggunaan terapi diuretik menyebabkan magnesium keluar lebih banyak melalui urin akan menyebabkan simpanan magnesium total dan regional tubuh menurun. Penelitian menunjukkan secara statistik tidak ada hubungan yang bernakna antara konsentrasi magnesium serum dengan konsentrasi di otot rangka, miokard atau di sel mononuklear. Elin RJ dkk. 29 berpendapat konsentrasi magnesium dalam serum atau eritrosit dapat digunakan untuk menilai status keadaan klinis magnesium. Analisis keduanya memperlihatkan prediktor yang buruk karena mewakili 1 dari magnesium total tubuh. Zervas dkk. 6,34 melaporkan asma akut berhubungan dengan kadar magnesium eritrosit yang rendah, konsentrasi magnesium di plasma tetap tidak berubah. commit to user Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS RSUD Dr.Moewardi, 2011 16

2.6. KERANGKA KONSEPTUAL