pandangan dan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Kriteria- kriteria itu antara lain :
1. Iman dan takwa kepada allah
2. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan diri pribadi.
3. Ramah dan penuh pengertian
4. Tawadhu rendah hati
5. Sederhana dan jujur
6. Sabar dan tawakkal
7. Tidak memiliki penyakit hati.
3
Dari kriteria-kriteria di atas, jadi seorang kyai harus bisa melaksanakan peranannya dalam introspeksi, mengarahkan, menyimpulkan dan
menggerakkan mad’unya kepada suatu sikap tertentu untuk mencapai tujuan yag telah ditentukan.
C. Dakwah Dan Unsur-unsurnya
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi perkataan dakwah berarti seruan, ajakan atau panggilan.
4
kata dakwah berasal dari kata da’aa – yad’uu – da’watan, yang berarti menyeru, mengajak, memanggil atau mengundang.
5
Dakwah dengan arti di atas dapat dilihat dalam ayat Al-Qur’an seperti firman Allah SWT :
3
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-ikhlas,1983,h.99
4
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997, cet. Ke-1, h. 31
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990, h.127
ْﻮ ْ أ ْ و إ لﺎ و ﺎ ﺎ
و ﻪ ا ﻰ إ ﺎ د ْ ﺎ ْ ْا
. تﻼ
ا :
33 Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
menyerah diri.
Berdasarkan ayat-ayat di atas dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan atau seruan dengan
tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Dakwah dalam pengertian ini masih bersifat umum dan luas.
Secara definitive dakwah Islam adalah mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunai dan akhirat sesuai dengan surat An-Nahl ayat 125.
6
Pengertian dakwah dari segi istilah terdapat beberapa pendapat, di antara pendapat yang mashur adalah :
1. Syekh Ali Mahfuz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,sebagaiman
dikutip oleh Abdul Rasyad Saleh, memberikan definisi dakwah sebagai berikut : “Mendorong manusia agar berbuat kebaikan, menurut
petunjuk, menyeru kebaikan, melarang dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
7
6
Toha Yahya Omar, ilmu Dakwah, Jakarta : Wijaya,1971, h. 1
7
Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993, Cet. Ke-3, h.8
2. Menurut Soedirman dalam bukunya Problematika Dakwah di
Indonesia, definisi dakwah adalah : “ Usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi
kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa
dan umat untuk memperoleh keridhaan Allah SWT.
8
Dari beberapa pendapat dan definisi di atas meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan namun dapat diambil kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut : 1.
Dakwah merupakan penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk mendorong manusia
menuju kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Aktivitas dakwah itu berupa : a.
Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam.
b. Amar Ma’ruf, menganjuran berbuat kebaikan dan pembangunan
masyarakat. c.
Nahi Munkar, melarang orang melakukan kejahatan yang merugikan diri sendiri dan masyarakat.
3. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai
tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah SWT.
8
Soedirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, Jakarta : Forum Dakwah, 1971, h. 4
Dari ketiga kesimpulan tersebut menimbukan dua buah konotasi yang berbeda namun saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu :
Pertama : Dakwah diterjemahkan atau diidntifikasikan dengan
ceramah, pidato, khutbah, tabligh, penyiaran agama dan lain sebagainya. Kedua:
dakwah diberi pengertian berbagai aktivitas muslim dalam mengimplementasikan ajaran Islam pada berbagai aspek kehidupan baik
lahir maupun batin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan individu – masyarakat di dunia dan akhirat.
Pengertian pertama inilah yang banyak dipahami oleh masyarakat, karena lewat jalur inilah transformasi ajaran Islam banyak digunakan.
Interpretasi di atas tidak bisa disalahkan tetapi mengharapkan perubahan masyarakat tidak cukup hanya dengan ceramah dan khutbah saja,
bukankah Allah tida akan merubah kondisi suatu kaum individu dan komunitas masyarakat tanpa adanya supaya kolektif yang sungguh-
sungguh dari masing-masing anggota masyarakat untuk merubahnya, di sinilah urgensi persoalan dakwah yang haarus di garap secara totalitas dan
professional. Paradigma yang telah melekat dikalangan masyarakat ini,
tampaknya hampir tidak pernah memberikan solusi konkrit terhadap persoalan-persoalan yang semakin kompleks dan krusial di tengah-tengah
masyarakat, namun demikian dakwah verbal ini cukup berhasil dalam memberikan informasi ajaran Islam.
Pemikiran kedua, dapat dilihat dalam konsep dakwah yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir yang memiliki pengertian yang
lebih luas bukan hanya menyeru dan menyuruh tetapi juga nahi munkar, melarang orang melakukan tindakan yang tidak dibenaran oleg agama
Islam, pada prakteknya nahi munkar ini jauh lebih berat, lebih banyak kritik kadang lebih keras dan bahkan sangat keras. Oleh karenanya
dibutuhkan dai-dai yang tegar dan segar yang tahu bagaimana berbicara dan bersifat aktual dengan metode yang tepat, peka terhadap persoalan
konkrit, mempunyai pemahaman tentang Islam dan konteks-nya dengan budaya bukan dengan mengulang informasi tentang halal-haram dan
dengan cara yang kaku dan penuh ancam. Konsep dakwah kedua ini menyangkut dua hal yaitu komunikasi
dan perubahan social, dan tentunya membutuhkan strategi, teknik, metode pendekatan yang tepat terkait dengan sarana dan prasarana yang
berhubungan dengan berbagai aspek sosial budaya kehidupan manusia. Meskipun dalam pengertian umum dakwah berarti menyeru atau
mengajak, pada prakteknya, implementasi makna tersebut tidaklah mudah. Faktor-faktor yang menghalangi atau merintangi dan cara penyeesaian
misi dakwah sangat kompleks dibanding dengan misi organisasi yang berorientasi umum.
Dakwah tidak saja harus mengantisipasi perubahan lingkungan yang ada. Dakwah memiliki dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi
akhirat, pembuktian kebenaran agama dan proses sosialisasinya dalam masyarakat.
a.
Unsur-unsur Dakwah
1. Da’i Pelaku Dakwah
Yang dimaksud Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu,
kelompok atau berbentuk lembaga. Da’I sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh orang yang menyampaikan ajaran Islam. Akan
tetapi, sebagaiman telah disebutkan pada pembahasan dimuka tersebut sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’I yang sebenarnya.
Kata Da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan Mubaligh
orang yang menyempurnakan ajaran Islam namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sepit karena masyarakat umum cenderung
mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib orang yang berkhutbah, dan
sebagainya. Untuk mewujudkan seorang da’i yang professional yang mampu
memecahkan kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh objek dakwah, ada beberapa criteria. Adapun
sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i secara umum adalah :
a. Mendalami Al-Qur’an dan sunnah dan sejarah kehidupan Rasul serta
khulafaurrasyidin.
b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi
c. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan dimana pun
d. Ikhlas dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dakwah tanpa
tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara e.
Satu kata dengan perbuatan f.
Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri. Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-qur’an dan
hadist yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’I. Quraish shihab menambahan bahwa dari masing-masng wahyu pertama al-
Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsp pokok yang digariskan al- Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:
a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tertulis segala hal yang
berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun.
b. Da’i harus siap mental megnhadapi situasi yang akan dialaminya.
c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan
yang akan didambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah al- Mudatsir.
9
2. Maddah Materi Dakwah
Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah Maddah atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
9
Quraish Shihab, Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, Jakarta:1992,h.3
disampaikan da’I pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.oleh karena itu,
membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan
maddah dakwah itu pada garis besarnya adalah akidah, Syari’ah dan Akhlak.
Karna luasnya ajaran Islam maka setiap Da’i harus selalu berusaha dan terus menerus mempelajari dan menggali ajaran agama Islam serta
mencermati tentang situasi dan kondisi social mayarakat, sehingga materi dakwah dapat dterima oleh objek dakwah dengan baik. Namun pada
dasarnya materi dakwah itu tergantung dengan dakwah yang hendak dicapai. Materi dakwah sudah tentu prinsip-prinsip ajaran itu sendiri
mencakup ibadah, Sri’ah dan muamalah yang meliputi seluruh aspek kehidupan didunia.
Dari semua materi dakwah yang disampaikan itu hendaknya janganlah bersifat normativ seperti terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah,
tetapi harus juga bersifat empiris dan operasonal. Sehingga materi dakwah yang disampaikan baik scara kiasan maupun tulisan tentang permasalahan
pemahaman ajaran keagamaan, hendak ada keseimbangan antara dimensi esoteris agar pola kehidupan keagaman umat tidak bersifat formalistic dan
ritualistic belaka, sehingga terdapat sikap keselarasan antara sikap batin dan prilaku. Sehingga apa yang dapat dikatakan materi dakwah itu paling
tidak yang harus diperhatikan seorang da’i.
3. Mad’u
Kita tahu bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manuia, baik ia telah
menemui beliau atau tidak, stu bangsa dengan beliau atau berlainan kebangsaannya, lain halnya para nabi yang tulu semata-mata hanya untuk
bangsa tertentu dan waktu tertentu pula kaumnya. Unsur ketiga ini adalah Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupu sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam ataupun bukan, atau
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beraga Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka mengikuti agama Islam,
sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan. Mereka
yang menerima dakwah ini lebih tepat diebut mitra dakwah dari ada disebut objek dakwah, sebab yang kedu lebih mencerminkan kepasifan
penerima dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, suyari’ah
dan akhlak kemudian untuk di upayakan untuk di hayati dan di amalkan bersama-sama.
Al-Qur’an mengenlkan kepada kita beberapa tipe mad’u,. secara umum, mad’u terbagi menjadi tiga, yaitu mu’min, kafir dan munfik.
Didalam al-Qur’an selalu di gambarkan bahwa sikap rasul menyampaikan
risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi 2, mendukung dakwah atau menolak dakwah.
Dalam buku yang di tulis dalam Basrah Lubih juga dijelaskan : yang dimaksud dengan mad’u adalah orang yang menerima pesan dari da’I
dan ini biasanya kita kenal dengan sebutan objek dakwah dalam bahasa arab disebut mad’u, yang di ajak.
Objek dakwah di klasifikasikan menurut : a.
Bentuk masyarakat, bentuk ini dapat kita bagi berdasarkan letak geografis, seperti masyarakat kota, desa dan primitive.
b. Aqidah, dan kacamata aqidah manusia terbagi muslim dan non
muslim. c.
Status social, pada dasrna statifikasi social ini, terbagi pada : pejabat, rakyat jelata, Kaya dan miskin.
10
Da’i yang tidak memiliki kemampuan yang cukup tentang masyarakat yang akan menjadi mitra dakwahnya adalah calon-calon da’I
yang mengalami kegagalan dakwahnya jika hal di atas telah dikuasai, maka da’I hanya menunggu hasil dari semuanya.
4. Tujuan Dakwah
Setiap aktivitas, usaha kegiatan mempunyai tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan
segala usaha yang dilakukan. Tujuan proses dakwah merupakan landasan
10
Basrih Lubih, Ilmu Dakwah Jakarta CV. Tursinna 1993, cet. Ke-1, h.46
seluruh aktivitas-aktivitas dakwah yang akan dilakukan. Tujuan juga merupakan penentu sasaran strategi dan langkah-langkah operasional
dakwah selanjutnya, tanpa adanya tujuan yang jelas, pekerjaan hanya terhitung sia-sia. Tujuan memiliki empat batasan, yaitu hal hendak dicapai,
jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang ingin dicapai dan ingin di tuju.
11
Demikian dengan kegiatan dakwah, merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan
memberi arah, pedoman, metode bagi aktivitas dakwah, tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Oleh karena itu juru dakwah
harus memahami tujuan akhir dari semua kegiatan dakwah yang dilaksanakan.
Menurut Rofi’udin, S.Ag dan Dr. Maman Abdul Djaliel dalam buku Prinsip dan Strategi Dakwah, menyatakan bahwa tujuan dakwah
adalah “mengajak manusia ke jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untk mempengaruhi cara berfikir manusia, cara
merasa, cara bersikap dan bertindak. Agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
12
Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Toto Tasmara, bahwa tujuan dakwah adalah untuk menegaskan ajaran Islam kepada setiap insani
11
Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakart: Bulan Bintang, 1986, cet. II. H. 8-9
12
Rofi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan strategi dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001 cet, 2. h. 32-33
baik individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam tersebut.
13
Dakwah memiliki tujuan yang berorientasi kepada perilaku manusia akhlak. Dakwah akan mencapai tujuannya manakala ajaran
Islam yang berupa norma-norma yang menuntun oran agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direalisasikan dengan sempurna.
Bahkan diutsnya Nabi akhir zaman adalah untuk menyempurnakan akhlak, seperi sabda Rasulullah SAW:
ْﺜ ﺑ ﺎ إ قﻼْﺧﺄْا مرﺎﻜ ﺎ ﺄ
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak
. “HR. Imam Malik Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah
terealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini, sehingga mendatangkan sisi positif berupa kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia hingga di akhirat. 5.
Metode Dakwah Ialah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang da’i
komunikator kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
14
Metode dakwah sangat diperlukan dalam proses dakwah guna keberhasilan dan perkembangan dakwah Islamiyah, karena metode
merupakan komponen terpenting dalam menentukan suatu kegiatan. Salah
13
Toto Tasmara, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996, cet. Ke.1, h.34
14
Munzier Suparta dan Harjani Hefni ed, Metode Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta,2003, h.16
satu faktor berhasil tidaknya suatu kegiatan di dukung oleh ketepatan metode yang digunakannya, tanpa metode dakwah yang tepat dan sesuai
dengan kontekstualisasinya sulit rasanya perkembangan dakwah akan berhasil dengan baik, sebab kompleksitas dan heterogenitas masyarakat
saat ini sangat tinggi. Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya
terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut: a.
Metode dari segi cara, yaitu :
1 Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah system ceramah
umum, cara ini marak dilakukan oleh masyarakat luas. 2
Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan sejenisnya.
b. Metode dari segi jumlah audiens, yaitu:
1 Dakwah Perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
perorangan secara langsung Face to Face atau Privat 2
Dakwah Kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti
kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain. c.
Metode dari segi pelaksanaan, yaitu: 1
Cara langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap muka antara komunikator dengan komunikannya.
2 Cara tidak langsung, yaitu dakwah yan dilakukan oleh media
seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan internet dan lain-lain.
d. Metode dari segi penyampaian isi, yaitu :
1 Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahasan yang
praktis dan tidak terlalu banyak aitannya dengan masalah-masalah lainnya. Fokus terhadap suatu permasalahan
2 Cara bertahap, cara ini dilakukan terhadap pokok-pokok bahasan
yang banyak kaitannya dengan masalah ini, sehingga diperlukan waktu yang relative panjang, maka kegiatan ini harus dilakukan
secara kontinu terus menerus.
14
6. Media Dakwah
Agar dakwah yang dilakukan lebih sinergis, cepat dan tepat tentunya berbagai bentuk komponen dakwah tidak bias dipisahkan. Salah
satu komponen yang terpenting dalam suatu proses dakwah adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah, dalam
kaitan inilah komponen-komponendakwah harus terus diberdayakan agar dapat menghasilkan guna bagi masyarakat.
Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu medium
yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
15
Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapa tujuan dakwah yang telah
14
Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, cet. Ke.1,h. 80-87
15
Amuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surbaya: Al-Ikhlas,1983,h. 163
ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
Sebenarnya media dakwah bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu system yang terdiri
dari beberapa koponen yang saling terkait dalam mencapai tujuan, maka media dakwah mempunyai peranan atau keduukan yang sama pentingnya
dengan komponen lain. Apabila dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki asa efektivitas dan fisisen, media dakwah menjadi tampak jelas
peranannya. Dengan mengertahui pengertian media dan dakwah tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang
telah ditentukan. Media juga berarti alat objektif yang menjadi saluran yang menghbungkan antara ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan
menjadi urat nadi dalam kegiatan dakwah. Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam
mengembangkan dakwah saat ini. Apakah itu berbentuk media cetak maupun elektronik. Walaupun instrument berupa podium atau mimbar
tetap ada, akan tetapi kemajuan pesat industri komunikasi serta media massa telah menyodoran kemajuan-kemajuan media dakwah yang sangat
luas dan canggih, untuk itu perlu ada penyesuaian dari suatu kondisi tabligh ke kondisi yang lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat
ini.
Menurut Adi Sasono, jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan mnjadi dua golongan yaitu:
a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang
secara tradisional dipentaskan iidepan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sift komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak
humor dan lain-lain. b.
Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara lain seperti: televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain dan
sebagainya.
16
D. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah