Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta

mengembangkan Pondok Pesantren Darunnajah hingga memiliki puluhan pesantren cabang dan binaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain aktif di dunia pesantren, KH. Mahrus Amin juga bergiat dalam aktivitas dakwah dengan menjadi pengurus MUI DKI Jakarta, Yayasan Annajah, Badan Koordinasi Muballigh Indonesia Bakomubin dan lain-lain. 2 3. Karya-karyanya Sebagai seorang Kyai, Mahrus Amin hanya mampu menyampaikan dakwahnya melalui lisan, tetapi juga dengan karya penanya. Meski karya tulis KH. Mahrus Amin tidak terlalu banyak, namun buku-buku yang di luncurkan ditengah-tengah Pondok Pesantren Darunnajah banyak ditunggu. Dan beberapa macam judul karya Pena yang telah diluncurkan oleh KH. Mahrus Amin adalah sebagai berikut : a. Sumbangan Pondok Modern gontor dalam Pembangunan Masyarakat Islam. b. Pengalaman Kiprah KH. Mahrus Amin c. Buku-buku bimbingan Do’a yang beliau tulis untuk para santri d. Belajar dan Menulis Ilmu Al-Qur’an untuk Usia Dini.

B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah Pondok Pesantren Darunnajah mempunyai beberapa periode peningkatan pertama, periode cikal bikal 1940-1960, dimana sebelumnya 2 KH. Machrus Amin, KH. Machrus Amin Dakwah Melalui Pondok Pesantren, Jakarta Group DANA,2008 hal.3 adanya tanah wakaf di ulujami, Bapak KH. Abdul Manaf selaku pendiri pondok pesantren ini, telah mempunyai madrasah Al-Islamiyah di Petunduan Palmerah tapi kemudian tahun 1960 didirikan yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam KMI dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren, pondok inilah yang disebut dengan “cikal bakal” modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah. Kedua , Periode Rintisan 1961-1973, periode ini berlangsung kurang lebih 12 tahun di mulai tahun 1961, Bapak KH. Abdul Manaf membangun gedung lokal di atas tanah wakaf, kemudian untuk pegelola pendidikan di serahkan kepada ustad Machrus Amin, sebagai alumnus KMI Gontor. Dan pada tanggal 1 Agustus 1961 ustad Machrus Amin mulai membina Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1964 dibuka TK dan Tsanawiyah Darunnajah, pada periode ini begitu banyak tantangan yang menghadang, sehingga usaha membangun pesantren belum terwujud, tetapi dengan usaha tersebut di atas yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf pesantren dari berbagai rongrongan, inilah factor yang sangat obyektif mengapa Bapak KH. Abdul Manaf mempertahankan tanah wakaf ini, yakni agar terciptanya pembangunan Pondok Pesantren Darunnajah diatas tanah tersebut. Pada periode ketiga, adalah periode pembinaan dan penataan 1974- 1987, pada tanggal 1 april 1974, untuk kesekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah hanya mengasuh tiga orang santri, sementara tsanawiyah petukangan di pindahkan ke ulujami untuk meramaikannya. Pada periode inilah di tata kehidupan Pondok Pesantren Darunnjah, dimana aktivitas santri dan kegiatan pesantren di sesuaikan dengan jadwal waktu salat, menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri, meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk lembaga Ilmu Al-Qur’an LIQ, Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat LDPM dan Beasiswa Ashabunnajah kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah untuk kader-kader Darunnajah. Periode keempat, Periode pengembangan 1987-1993, Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, Pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangu seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. Smpai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41. Periode kelima, Periode Dewan Nazir 1994-sekarang, Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relaif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di indonesiadan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah brumur lebi 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selaa ini, berusahamerapihkan dan meremajakan pengurus yayasan. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di ulujami Jakarta KH. Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. KH. Mahrus Amin, dan Drs. H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipinang Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994. Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas Islam. 3 2. Visi Misi Pondok Pesantren Adapun visi dari Pondok pesantren Darunnajah adalah membina insan terdidik yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT, berakhlak mulia, mandiri, cerdas, kreatif dan inovatif serta menyiapkan calon pemimpin masa depan. Sedangkan Misi Pondok Pesantren sebagai tempat untuk menggembleng generasi muda agar menguasai ilmu agama. Setiap santri yang di didik minimal mampu mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan keluarganya. Diharapkan dari pesantren akan lahir ulama-ulama ahli agama yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Ulama-ulama yang mampu memberikan fatwa tentang malah-masalah yang dihadapi pada masanya. Maka dari itu santri tidak cukup hanya belajar selama enam tahun saja. Tapi harus bertahun-tahun. 3 Buletin Darunnajah 1 mei 2005, hal. 8 Pondok pesantren mempunyai misi untuk mengadakan pengkaderan umat untu menjadi pmuka agama yang menjadi panutan masyarakat dalam kehidupan Islam. 4 Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: نﻮ ْﺆ ْا نﺎآ ﺎ و ْ ﻬْ ﺔ ْﺮ آ ْ ﺮ ﺎ ْﻮ ﺔ ﺎآ اوﺮ ْ ْ ﻬ ْ ﻬْ إ اﻮ ﺟر اذإ ْ ﻬ ْﻮ اورﺬْ و ﺪ ا اﻮﻬ ﺔ ﺋﺎﻃ نورﺬْ Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. QS. Attaubah:122 Di dalam Negara yang sedang membangun, dibutuhkan manusia- manusia yang pandai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk sekelompok orang-orang yang memperdalam ilmu agama atau ulama-ulama yang merupakan pewaris para Nabi. 4 Ibid

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI